26

321 36 0
                                    

.




.

.

Langkah Sasuke terhenti, ia dihentikan oleh sesuatu yang bertulang namun terasa lembut. Ya, itu tangan Sakura. Tanpa membuang waktu Sakura menyeka air matanya.

"Berhenti, aku ingin bicara. Kamu yang entah siapa namanya kenapa begitu mirip dengan Daisuke? Kalian pasti kembar, aku nggak tahu alasan kamu menyamar jadi Daisuke, tapi satu hal yang pasti; bahwa kamu benar. Aku menyesal, aku menyesal udah menyia-nyiakan Daisuke," lirih Sakura. Emerald nya meredup.

Sasuke berbalik, ia melirik Sakura sekilas. "Jujur aku senang kamu menyesal, karena itulah salah satu harapanku," tutur Sasuke tanpa ekspresi; namun tiba-tiba ekspresinya berubah lembut. "Namaku Sasuke Uchiha, ya kamu benar aku kembaran Daisuke. Aku kakaknya. Ini mungkin bukan pertemuan pertama kita, tapi ini perkenalan pertama kita."

Sakura bergetar, jutaan kenangannya bersama Daisuke menghantam otaknya. Jauh dari lubuk hatinya ia tidak rela Daisuke pergi, perasaannya sudah terlanjur terlalu dalam. Entah kenapa melihat Sasuke ia merasa sakit.

Kakashi mendelik, tindakan Sasuke yang seperti itu tidak sesuai ekspektasinya. Ia lalu menghela napas cemas, ini terjadi karena kesalahannya. Seharusnya saat itu ia tidak merekomendasikan trik itu, jadi Sasuke tidak akan dekat dengan Sakura.

"Apa ini alasan kamu menculik ayah dan kakakku? Kamu ingin balas dendam," tebak Sakura.

Sasuke mundur selangkah. "Tepat, tapi bukan balas dendam atas tindakanmu tapi ini murni karena dosa mereka," jelas Sasuke sambil menatap bilik pintu di depannya. Sorot matanya menggelap.

"Dosa mereka?" Tanya Sakura penasaran. Dosa apa yang sudah diperbuat oleh ayah dan kakaknya.

"Mereka pelaku yang sudah membunuh Daisuke." Iris Sakura membulat, sekilas iris itu bergetar hebat. Sorot mata Sakura ikut menggelap.

"Itu nggak mungkin, ayah maupun Sasori nggak akan se jahat itu," bela Sakura.

"Ini pasti ada kesalahpahaman, atau bisa jadi ada orang yang berusaha mengkambinghitamkan mereka," tuding Sakura. Sasuke tidak melepaskan tatapannya.

"Itu adalah fakta, fakta berdasarkan hasil penyelidikan." Sasuke berucap mantap, penyelidikannya tidak mungkin salah.

"Nggak, itu bukan fakta. Itu hanya tuduhan yang nggak mendasar," protes Sakura. Wanita itu masih keras akan keyakinannya. Sasuke menghela napas, susah sekali meyakinkan Wanita ini bahwa memang faktanya keluarganya bersalah.

"Aku tahu mereka keluarga yang kamu sayangi, tapi jangan jadikan itu alasan untuk kamu nutup mata akan kebenaran." Sakura menggeleng kencang.

"Aku tahu mereka seperti apa, mereka nggak mungkin bunuh orang. Apalagi sosok itu Daisuke," cecar Sakura penuh keyakinan.

Tanpa pikir panjang Sasuke segera menarik pergelangan tangan Sakura, ia hendak membawa Wanita itu ke ruangan tempat bukti-bukti tersimpan. Kakashi berniat mengekor, tapi Sasuke dengan tangkas memberikan kode untuk jangan ikut. Mau tidak mau Kakashi menurutinya.

Begitu sampai ruangan bukti, raut Sakura berubah drastis. Ia menatap tak percaya segala macam isi dalam ruangan ini, apalagi di sini terdapat mading yang berisi beberapa foto orang termasuk fotonya, ayah dan kakaknya.

"Apa maksud semuanya ini?" Tanya Sakura memastikan. Sebenarnya Sakura sudah membuat kesimpulan, tapi ia ingin mendengar penjelasan langsung dari Sasuke.

"Jangan pura-pura nggak tahu, aku tahu kamu tahu," sinis Sasuke. Pria itu mengacuhkan pertanyaan Sakura, ia hanya sibuk mencari dokumen. Sakura mengeram.

"So mana buktinya?" Tagih Sakura tak sabaran. Tangan lentiknya ikutan mencari dokumen, meskipun ia tak tahu pasti dokumen apa yang Sasuke cari.

2 menit kemudian, akhirnya Sasuke berhasil menemukan dokumen yang dicarinya. Lantas ia kembali menarik pergelangan tangan Sakura, membawa Sakura duduk di sofa. Sakura patuh, jujur ia juga ingin membuktikan bahwa ayah dan kakaknya tidak bersalah.

Dengan perlahan Sasuke membuka dokumen, ia langsung menunjukkan isi dokumen. "Lihat ini baik-baik, ayah dan kakakmu tidak sebaik itu. Ayahmu bahkan merupakan anggota Marax, organisasi hitam paling hitam." Setelah melihat itu, lagi dan lagi iris Sakura membulat. Ia tak menyangka ayahnya akan senekat itu.

"Tunggu sebentar, difoto ini memang ayahku terlihat menjalin kerjasama dengan pihak yang aku nggak tahu siapa tapi bukankah dia nggak sendiri, tepat di sampingnya ada ayah kamu kan. Aku tahu pria itu adalah Fugaku Uchiha, mereka partner bisnis." Sakura memberikan argumennya. Sasuke diam, dia berusaha menilai argumen Sakura.

"Daisuke adalah darah daging ayahku, dia nggak mungkin melakukan hal keji seperti itu," bela Sasuke. Sasuke berusaha menepis ucapan Sakura, ia tahu betul ayahnya seperti apa.

Sakura menghela napas gusar. Sasuke jelas tidak akan se mudah itu percaya padanya, kalo Sakura ada diposisi Sasuke ia pasti akan melakukan hal yang sama.

"Aku mengerti, tapi apa nggak bisa kamu bebasin ayah dan kakakku? Mereka nggak bersalah," pupus Sakura. Ia bingung harus seperti apa lagi agar Sasuke percaya kepadanya.

Sasuke ikut gusar, entah kenapa hatinya tidak rela melihat Sakura yang seperti ini. Dengan penuh amarah ia meninju dinding di depannya, sampai dinding itu terasa bergetar. Sakura hanya menatap penuh keterkejutan. Ada apa dengan Sasuke?

"Sialan ada apa denganku?" Monolog Sasuke. Tak peduli dengan lingkungan sekitar. "Baiklah Sakura, aku akan memberimu kesempatan; manfaatkan itu baik-baik." Sorot mata Sasuke mendingin.

Sedetik mendengar penuturan itu Sakura tersenyum cerah, ia menatap Sasuke haru. Ia pikir Sasuke sangat berbeda dengan Daisukenya, ternyata mereka berdua sama-sama berhati baik.

"Arigato, pertama-tama kamu hentikan penyiksaan terhadap mereka. Aku nggak akan serakah, kamu bisa menahan mereka untuk sementara waktu; sampai semuanya terungkap," putus Sakura. "Lalu kita akan sama-sama menyelidiki kasus Daisuke, kita harus bekerjasama Sasuke," lanjut Sakura sambil menatap lekat manik Sasuke. Sasuke menatap balik.

"Setuju, tapi ingat Sakura, kamu jangan pernah memanfaatkan kebaikan ku ini. Sekali kamu mengecewakan aku, kamu akan lenyap," ujar Sasuke tegas. Ia tak pernah main-main dengan lisannya.

Sakura sedikit terkekeh melihat ketegasan itu, Sasuke ternyata berpendirian teguh. Sama persis seperti Daisuke, hanya saja Daisuke selalu terlihat lembut.

"Tenang Sas, aku nggak akan mengecewakan mu."

Sasuke sedikit mengangkat alisnya, dia merasa aneh dengan panggilan Sakura barusan. "Sas?"

Sakura menepuk jidat lebarnya, mulutnya menganga lebar. "Hei! Ayolah, apa aku nggak boleh manggil kamu Sas? Aku hanya ingin kita berteman. Bukankah sekarang kita adalah partner? Partner harus saling akrap bukan.

Sudut bibir Sasuke terangkat. "Menjadi partner heh?"











To be continue
_______________________________________________

To Eunoia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang