.
.
.
Tanpa merasakan perasaan apapun, Sasuke melihat bawahannya menyiksa Makoto dan Sasori. Jangan tanya bagaimana penampilan mereka saat ini. Kondisi tubuh mereka tidak terlihat baik-baik saja, kulit putih mereka penuh dengan memar kebiruan. Bahkan wajah tampan mereka nyaris tidak kentara, bawahan Sasuke benar-benar menyiksa mereka tanpa nurani.
Makoto meringis, tak pernah terbayangkan dalam hidupnya ia sebagai kepala keluarga dari keluarga besar dan berpengaruh akan disiksa seperti ini. Uchiha benar-benar eksistensi yang menakutkan.
Kepalanya menoleh, ia menatap Putra satu-satunya khawatir. Keadaan Sasori sangat memprihatinkan, sosoknya terlihat lemah.
Sasuke menatap keduanya dengan tatapan yang tak berarti apapun, tapi ia lega. Akhirnya ia bisa menyaksikan penderitaan orang yang sudah merenggut Daisuke dari hidupnya. Kakashi yang berada tepat disamping Sasuke juga terlihat senang, tapi belum diketahui secara pasti apa yang membuat Pria bermasker itu senang.
Tiba-tiba terdengar bunyi sirine yang memenuhi ruangan, Sasuke maupun Kakashi langsung keluar ruangan. Mereka langsung menanyakan apa yang menyebabkan sirine keamanan berbunyi. Pasti ada penyusup.
"Apa yang terjadi?" Tanya Sasuke tanpa basa-basi. Pria yang menjadi tempat pertanyaannya segara menjawab dengan napas tak teratur.
"I-itu Tuan, ada penyusup. Entah kenapa penyusup itu bisa membobol pintu kita."
Sasuke mengeram kesal. "Bagaimana dengan penjaga di luar?" Setahu Sasuke mereka sudah menaruh beberapa penjaga di luar. Lantas kenapa masih bisa ditembus, apa mungkin penyusup itu sehebat itu?
"Mereka terkapar tak berdaya, setelah kami cek; terdapat sisa-sisa obat bius," jelas Pria itu sedikit panik.
"Sepertinya penyusup itu seorang yang sudah berpengalaman," cetus Kakashi dengan senyum andalannya. Sasuke mengangguk, tidak salah lagi; pasti penyusup itu sudah sangat berpengalaman.
"Aku yakin dia bawahan Makoto, jadi bagaimana menurutmu Shi?" Smirk Sasuke. Kakashi mengikuti.
"Kita pancing dia ke ruangan itu." Ruangan yang Kakashi maksud adalah tempat penyiksaan Makoto dan Sasori. Sasuke dan Kakashi tidak sabar melihat seperti apa sosok penyusup cerdik itu.
Tampak sosok mungil memakai hoodie berwarna putih sedang menelisik perinci ruangan, ia tak melewatkan celah manapun. Akhirnya sosok itu menemukan ruangan yang menjadi tujuannya, dengan lincah ia membobol pintu besar ruangan tersebut. Dia berhasil mengetahui semua password gedung ini.
"Selamat datang," sambut Kakashi tepat di depan sosok itu. Sosok itu segera mundur beberapa langkah, dia mengamati Kakashi dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun itu tak berselang lama, arah tatapannya berubah. Iris penyusup itu bergetar begitu melihat orang disebelah Kakashi.
"Daisuke?" Gumam penyusup itu dengan volume kecil, namun pendengaran Sasuke dan Kakashi yang tajam mampu menangkap gumaman tersebut.
Sasuke sama terkejutnya, segera ia mendekat. "Sakura? Kamu ngapain di sini?" Kakashi mundur, dia langsung mengetahui siapa penyusup ini.
Penyusup itu atau biasa kita panggil Sakura segera membuka hoodie yang sedari tadi menutupi wajahnya. Dia masih mempertahankan tatapan tidak percaya ke arah Sasuke.
"Seharusnya aku yang nanya itu ke kamu Dai, ngapain kamu ada di sini. Jangan bilang kamu ikut terlibat dalam penculikan ayah sama kakak aku? Sialan," ujar Sakura penuh emosi. Dia tidak menyangka Pria ini akan melakukan hal se menjijikan ini.
"Aku bisa jelasin," sahut Sasuke semakin mendekat. Melihat itu Sakura segera mundur, seolah ia menepis jarak keduanya. Sasuke menatap Sakura tak percaya, ia baru saja ditolak secara tidak langsung.
"Sialan kamu Dai, ternyata benar kata mereka kalo kamu nggak se polos itu," sinis Sakura. Dia masih mempertahankan tatapan tajamnya.
Sasuke terpaku. Apa yang harus dia lakukan? Apa ini sudah saatnya Sakura tahu?
Kakashi peka, ia segera mengambil tindakan. Beberapa detik kemudian dia tertawa, seakan menertawakan Sakura di depannya. "Saya pikir Nona Haruno adalah orang yang cerdas," kekeh Kakashi sambil melepaskan maskernya.
Sakura menyadari kalo kata-kata itu bukanlah pujian, lantas ia menatap Kakashi garang. Eksistensi Pria itu begitu kelabu.
"To the point ada apa sebenarnya," tutur Sakura sedikit mereda. Dia berusaha menahan emosi yang bergemuruh.
Kakashi melirik sekilas Sasuke yang berada tepat di sampingnya, sontak Sasuke sadar. Pria itu langsung mengambil panggung.
Ekspresi Sasuke berubah 180° begitu menatap Sakura, tentu saja mendapati ekspresi kekasihnya yang seperti itu membuat Sakura merasa asing. Dia merasa orang yang berdiri tepat di depannya bukanlah Daisuke yang ia kenal. Daisukenya tidak akan pernah mengeluarkan tatapan sedingin kutub Utara ini, dan pastinya Daisuke tidak akan pernah menatapnya tajam.
Otak cerdas Sakura seakan sudah mengambil kesimpulan. "Siapa kamu sebenarnya? Kamu bukan Daisuke, Daisuke nggak akan pernah natap aku kayak gitu," lontar Sakura kencang. Urat-urat kehijauan kentara pada lehernya.
Sasuke terprovokasi. "Tahu apa kamu soal Daisuke?" Pertanyaan ini membuat Sakura diam membeku. Jadi benar orang di depannya ini bukan Daisuke? Atau jangan-jangan Daisuke mempunyai kepribadian ganda?
"Aku tahu banyak, Daisuke adalah kekasihku," ujar Sakura tegas. Bukannya terharu Sasuke justru tertawa, namun ini bukan tawa kebahagiaan.
"Apa kamu tahu seperti apa perasaan Daisuke selama ini? Kamu nggak tahu Sakura! Yang kamu tahu hanya menyakitinya, kamu terus menyakitinya bahkan sampai akhir hayatnya. Itu kejam Sakura," balas Sasuke penuh emosi. Untuk pertama kalinya seorang Uchiha Sasuke menunjukkan emosinya, padahal itu merupakan pantangan bagi Sasuke.
"Akhir hayat? Da-daisuke di-dia..." Suara Sakura terdengar melirih, kali ini tidak ada emosi yang terkandung. Semuanya sirna, pikirannya langsung kosong.
Hati Sakura serasa dihunus ribuan pedang. Sakit. Sakit sekali. Sakura menepuk dadanya kencang, berusaha menghilangkan rasa sakit yang baru saja menggerogoti hatinya. Haruno Sakura menangis. Tak pernah terbayangkan dalam hidupnya ia akan kehilangan rumahnya, mataharinya dan alasan dia ingin berubah. Ya, Daisuke telah meninggalkannya; dan itu untuk selamanya.
Ingin sekali Sakura berteriak bahwa takdir tidak adil, tapi ia tak bisa. Dia tak pantas. Justru takdir adil dengan mengambil Daisuke darinya, selama bersamanya Daisuke selalu merasa sakit hati. Malaikat seperti Daisuke tidak cocok bersama iblis sepertinya.
Sasuke menunduk, ia benci perasaan yang dia rasakan saat ini. Bagaimana tidak, bukannya berhasrat membunuh Wanita di depannya ini; ia malah ingin menenangkan Wanita ini. Seolah ingin mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Sasuke mengeram, ia berusaha kembali pada realita yang ada. "Nikmati penyesalan mu Sakura, karna kamu nggak akan pernah bisa menghargai sebelum kehilangan," sahut Sasuke sampai menatap Sakura yang terbujur lemas dilantai.
"Daisuke benar-benar pergi ya." Entah kata-kata ini ia tujukan untuk siapa. Itu terdengar lirih, seperti tidak ada semangat sama sekali.
Sasuke tidak berniat bicara lagi. Dia berbalik arah, berniat pergi ke tempat Makoto dan Sasori, ia akan mengakhiri semuanya hari ini.
To be continue
_______________________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
To Eunoia (End)
FanfictionSakura dan Daisuke adalah pasangan yang terikat, lebih tepatnya Sakura mengikat Daisuke untuk berada disisinya. Sakura yang suka bermain Pria dan Daisuke yang lugu. Namun tiba-tiba Daisuke menghilang, kemudian Daisuke kembali dengan aura yang sangat...