8

382 51 2
                                    

.




.



.

"Anda telah mengusik orang yang salah, setelah ini anda akan menjadi incaran Marax," bisik Daisuke dengan mimik menyeramkan.

Pria itu terbujur kaku. Matanya nyaris keluar. Ya Tuhan, betapa tidak beruntungnya dirinya mengusik Wanita milik orang Marax.

Marax adalah Organisasi gelap, di dalamnya penuh dengan tindakan kriminal yang tak pernah diurus oleh kepolisian maupun pemerintah. Intensitas organisasi itu begitu besar.

Merasa selesai, Daisuke segera mengambil sapu tangannya disaku. Dengan kasar ia membersihkan tangannya seolah merasa jijik. Tindakan itu tak luput dari tatapan Sakura. Sakura semakin keheranan.

Daisuke menghadap belakang. Menatap Sakura. Kemudian dia duduk tepat di samping Perempuan itu. Dengan lembut ia mengusap pipi Sakura, pipi itu terasa begitu lembut pada tangannya yang kasar.

Sakura tidak bisa lagi menahan rasa penasaran, dia segera menumpahkan apa yang ingin dia tanyakan. "Sejak kapan kamu bisa berkelahi?" Sakura juga menatap Daisuke serius.

"A-aku belajar," jelas Daisuke singkat. Sakura nampak tak puas.

"Impossible, aku tahu kamu gimana Dai. Apapun hal yang kamu pelajari selain mata pelajaran, kamu nggak pernah bisa. Contohnya ciuman, udah sering kita ciuman tapi kamu tetap nggak bisa. Aku juga kaget loh kamu sekarang bisa ciuman, dan aku lebih kaget lagi lihat kamu bisa berkelahi," tutur Sakura panjang lebar, dia menumpahkan unek-unek yang ditahannya.

Daisuke terdiam. Tubuhnya terpaku membisu.

Keterdiaman itu membuat Sakura mengeram, padahal dia sudah bicara banyak.

"Jangan bilang selama ini kamu pura-pura polos?" Sakura berspekulasi. Dengan cepat Daisuke menggeleng.

"Nggak, aku nggak pernah pura-pura," sahut Daisuke serius.

"Terus apa? Nggak mungkin ada orang yang bisa berubah secepat itu." Sakura teguh pada pendiriannya.

Daisuke merasa tertekan, dengan gerakan lamban dia memegang tangan Sakura. Menggenggam tangan itu erat.

"Aku memang sedikit berubah Kura, tapi aku masih Daisuke. Aku berubah supaya pantas disandingkan dengan Kura." Daisuke menunjukkan sorot mata serius.

Sakura mendesah pasrah, sepertinya dia harus mengiyakan ucapan Daisuke.

5 menit kemudian, tanpa diminta ponsel Sakura tiba-tiba berdering. Sakura mendapat panggilan dari ayahnya. Dalam hati Sakura mendengus kesal, pasti dia akan mendapat ceramah lagi. Sakura menunduk, dia mengepalkan tangannya sampai memutih. Matsuri si palsu itu pasti sudah mengadu.

Daisuke menatap Sakura penuh tanda tanya, Sakura segera memberi kode bahwa ayahnya menelepon dan dia harus segera pulang. Dengan kecewa Daisuke setuju, tak lupa dia melambaikan tangan.

"Dasar pembunuh kecil," sinis Daisuke yang tak bisa didengar oleh siapapun.

Sebenarnya apa yang terjadi pada Daisuke?

.

.

Tampak sebuah ruangan bernuansa Dark Blue, ruangan itu hanya memiliki 2 buah hiasan. Itupun hanya kepala Beruang dan sebuah Pedang yang terbuat dari emas.

Seorang Lelaki emo tampak berdiri dengan menghisap satu buah puntung rokok. Dengan tatapan malas dia menatap pemandangan di depannya.

Sasuke Uchiha, putra tertua dari pasangan Fugaku Uchiha dan Mikoto Uchiha.

Lelaki emo itu ternyata Sasuke Uchiha, dengan penuh wibawa dia menatap Asistennya.

"Kakashi, letakkan foto Makoto Haruno di mading itu," perintah Sasuke mutlak.

"Makoto Haruno? Kenapa dia juga ikut terlibat?" Tanya Kakashi dengan tatapan tidak percaya.

"Jangan polos Kakashi, meskipun dia punya reputasi baik di publik bukan berarti di dalamnya dia baik. Dia benar-benar tua bangka bermuka dua," ujar Sasuke sambil menghisap kembali rokoknya.

"Aku benar-benar tidak habis pikir, apalagi yang dia cari jika benar dia terlibat."

Sasuke memutar badan. "Semakin tinggi posisimu maka akan semakin besar tingkat ketamakan mu." Sasuke mengeluarkan sorot mata dingin.

"Haruno huh," ujar Sasuke sambil membaca informasi Makoto yang tertera dalam berkas.

Saat ini dirinya dan Kakashi sedang berada di Ruang khusus, hanya mereka berdua yang mempunyai akses kemari. Keduanya tidak ingin mengambil resiko besar dengan berdiskusi di Perusahaan. Karena keduanya tahu. Sangat tahu. Bahwa banyak mata-mata di Perusahaan.

Sasuke menatap mading di depan mereka dengan sorot mendalam. Ia menggenggam sepucuk kertas di tangannya dengan erat. Kertas yang ditulis Daisuke sebelum ia benar-benar menutup mata.

"Sebentar kita akan menemui Dokter Veer. Aku harap kita bisa menemukan titik terang." Sasuke mengangguk.

Akhirnya hasil otopsi jasad Daisuke sudah keluar.

"Aku jadi tidak sabar."

To be continue...

To Eunoia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang