31

298 38 0
                                    

.








.








.


Kembali lagi mereka bertiga, trio S, bertemu. Suigetsu, Sasuke, dan Sakura. Kantung mata tebal sangat kentara pada mata Suigetsu, Pria itu terlihat tidak tertidur pulas.

"Sialan aku lelah, Fugaku Uchiha sangat cerdik. Dia berhasil menghapus semua bukti," sungut Suigetsu.

Suigetsu serasa ingin menyerah, penyelidikannya akhir-akhir ini tidak membawanya pada kepastian. Ia tidak menemukan titik terang. Sebenarnya bukan hanya Suigetsu saja, Sasuke maupun Sakura pun sama. Mereka tidak bisa lagi melacak informasi tentang Fugaku, sepertinya pria paruh baya itu sudah mencurigai mereka.

Tiba-tiba ide terlintas dalam otak Sakura. "Bagaimana kalo kita minta bantuan ayahku? Kebetulan hari ini dia dapat kembali ke rumah," saran Sakura.

Memang benar hari ini Makoto dan Sasori dapat kembali ke rumah, sebelumnya mereka berdua mendapat perawatan di Rumah sakit. Penyiksaan itu cukup meninggalkan bekas.

Awalnya Makoto tidak terima, siapa juga yang terima jika ditangkap padahal tidak salah apa-apa; tapi karena Sakura yang berusaha membujuk akhirnya ia luluh. Makoto merasa harus memenuhi permintaan putrinya, selama ini Makoto sudah banyak menyakiti hati putrinya.

"Sempurna, hubungi ayahmu Sakura," tutur Suigetsu penuh semangat. Sasuke pun ikut bersemangat, hanya saja ia tidak terlalu memperlihatkannya.

Sakura menyanggupi, ia langsung mengajak ayahnya untuk bertemu.

.

.

Setelah mendengar penjelasan singkat Sakura, Makoto mengangguk mengerti. Ia langsung paham apa yang sudah terjadi. Ada satu fakta yang mengejutkan baginya, ternyata pemuda yang sempat ia anggap rakyat jelata adalah putra bungsu Uchiha. Benar-benar diluar perkiraan, pantas saja pemuda itu memiliki aura bangsawan.

"Saya tidak menyangka kalo Fugaku akan se keji itu." Makoto memberi pendapat. "Dan karena dia juga berusaha menyingkirkan saya, maka saya setuju bergabung dengan kalian." Mendengar ini trio S memekik senang, tapi tidak terlalu heboh.

Makoto menatap Sasuke dalam. "Tapi nak Sasuke, biar bagaimanapun dia tetap ayah kandung kamu; apa kamu rela ayah kamu mendapat pembalasan?"

Sasuke menampilkan sorot mata dingin. "Sejujurnya saya tidak peduli lagi, semuanya karena dia. Kalo dia bisa tega melenyapkan anaknya, mengapa saya tidak bisa?" Makoto tertawa. Tawanya cukup meramaikan ruangan, tawa Makoto terkesan puas sekali.

"Haha pendirian yang bagus, kamu yang seperti ini mengingatkan saya saat saya masih muda." Makoto merasa dejavu. "Setelah saya lihat-lihat kamu cocok juga dengan Sakura, Putri saya yang keras akan cocok dengan kamu yang tegas," tukas Makoto. Masih dengan tawa beratnya.

Lantas Sakura langsung menatap Ayahnya tajam, seolah menuntut penjelasan. Sasuke tidak marah, ia hanya terkekeh.

"Nak Sasuke saja tidak masalah, kenapa malah kamu yang mempermasalahkannya?" Makoto mempertanyakannya alasan Sakura menatap tajam dirinya.

Sakura mendengus kesal. "Tetap saja Yah, itu tidak baik kalo kita bahas saat kondisi seperti ini."

"Jadi kalo disituasi lain boleh?" Sahut Makoto setengah bercanda. Sakura ngedumel.

To Eunoia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang