15

373 50 0
                                    

.





.




.

Saat ini Sakura telah berada dalam kamarnya yang nyaman, Sakura memeluk guling nya erat. Wajahnya ia sembunyikan dalam guling. Dia masih merasa kesal karena Suigetsu memberi informasi setengah-setengah.

Sakura menatap foto dia dan saudaranya lekat, terlebih wajah Sasori dalam foto itu. Disana Sasori berekspresi datar, namun dia menggenggam tangan kedua adiknya. Difoto itu mereka tersenyum manis.

Sakura mendengus. Andai saja dia tidak tahu fakta itu, mungkin saja saat ini mereka bertiga masih tetap akur.

Sakura tahu Matsuri tidak bersalah dalam hal ini, tapi sifat egoisnya lah yang memaksanya berlaku demikian. Sakura hanya tidak menerima ketidakadilan yang dialami ibunya.

Dia segera menggeleng dengan kecepatan sedang, sekarang yang harus dia pikirkan adalah apa hubungan antara Sasori dan Daisuke difoto itu.

Emerald nya melirik jam dinding. Ternyata ini sudah jam 23.00. Pasti Sasori sudah tidur, jadi Sakura harus menunda sampai besok.

.

.

Keesokan harinya...

Sakura sengaja mempercepat langkahnya agar ia segera tiba di depan pintu kamar Sasori. Dengan sabar dia menunggu sang pemilik membuka pintu, dia seakan tak berniat untuk membuka suara atau mengetuk pintu.

Semenit kemudian, tampak kepala merah menonjol. Itu Sasori, Sasori hanya menatap Sakura heran. Apa yang dilakukan Perempuan itu di depan pintu kamarnya?

"Kenapa?" Tanya Sasori tanpa basa-basi.

"Aku ingin bicara serius." Sakura pun sama.

"Tumben, apa ini bersifat pribadi?" Tanya Sasori lagi sambil memperhatikan sekeliling. Sakura mengangguk, dia senang Sasori peka.

"Kalo begitu ayo masuk," ajak Sasori. Dia mempersilakan Sakura masuk kedalam kamarnya. Sakura mau-mau saja, dia masuk tanpa membuang waktu.

"Jadi apa?" Sasori mendekap tangannya.

"Apa hubunganmu dengan Daisuke," lontar Sakura.

Sasori keheranan. "Calon adik ipar mungkin," jawab Sasori spontan. Sakura jadi kesal.

Bukannya tidak suka Daisuke menjadi calon masa depannya, hanya saja sekarang Sakura sedang serius.

"Serius dan jangan membuang waktu ku," tukas Sakura sambil melirik Sasori.

Sasori mendesah. "Aku tidak mengerti apa maksudmu? Kamu tahu sendiri aku dan Daisuke tidak dekat sama sekali."

"Tapi kalian punya proyek yang sama kan!" Lontar Sakura tak sabaran.

Sasori kaget, bagaimana bisa Sakura tahu. "Kamu tahu darimana?"

"Nggak penting aku tahu dari mana, yang pasti itu benar kan?" Kekeh Sakura.

Sasori menghadap ke belakang. "Sakura dengar, ini bukan hal yang patut kamu urusin. Lebih baik kamu fokus sama kuliah kamu," saran Sasori.

"Jadi kamu tidak berniat untuk kasih tahu?"

"Panggil aku kakak dulu baru aku kasih tahu," kekeh Sasori dengan tawa ringan.

Sakura mendelik. Lagi dan lagi dia merasa dimanfaatkan, kenapa respons Suigetsu dan Sasori sama? Dasar inisial S, hobi membuat orang penasaran.

Sasori menatap punggung Sakura sendu. "Maaf."

.

.

19.00

Kini Sasuke telah sampai di Taman tengah kota, dengan lihai ia mengedarkan tatapannya. Dengan cepat Sasuke mampu menangkap sosok Sakura, yang sedang berdiri menjulang. Sosok itu tampak linglung.

Sasuke menepuk bahu Sakura agak pelan, sontak Sakura menoleh. Dengan gerakan cepat wanita itu memeluk Sasuke erat.

"Deg."

Sasuke diam membisu, meskipun begitu dia tak punya niat membalas pelukan itu. Dia hanya membiarkan Sakura melakukan apa yang ia mau.

Diam-diam ia memperhatikan Sakura, tatapannya begitu intens. Samar-samar Sasuke dapat mencium mau alkohol. Jadi wanita ini mabuk? Pantas saja dari kejauhan dia tampak linglung.

"Kura duduk dulu, Kura pasti lelah berdiri kan?" Ujar Sasuke sambil memandu Sakura untuk duduk, duduk di kursi Taman. Kursi berwarna putih dengan corak angsa, benar-benar indah.

Sakura memegang kepalanya, dia merasa agak pusing. Tatapannya menjadi kunang-kunang, dia mengikuti arahan Sasuke.

Sasuke memegang tangan Sakura lembut, terlihat ekspresi khawatir pada wajahnya.

"Kura mabuk ya."

Sakura yang masih sadar melepaskan pegangan tangan itu, dengan lamat dia menatap Sasuke. Kemudian setelah itu dia terkekeh.

"Daisuke ya," ngawur Sakura. Sakura mengangkat tangannya kemudian menepuk-nepuk pipi Sasuke agak kuat.

"Kenapa kamu tampan sekali hmm." Sakura bertanya dengan nada tak jelas.

Sasuke membeku, dapat dia rasakan belaian tangan Sakura pada pipinya. Itu terasa begitu lembut dan menenangkan.

Sasuke membeku, dapat dia rasakan belaian tangan Sakura pada pipinya. Itu terasa begitu lembut dan menenangkan.

Tanpa sadar Sasuke terbawah suasana, ia hendak mengulurkan tangannya. Entah ingin meraih apa, namun Sakura segera menepis tangan itu.

"Tapi kamu jahat!" Pekik Sakura dengan sorot mata redup. Terlihat jelas ia sejak mabuk.

Sasuke menyeritkan alis bingung, bukannya Sakura Haruno itu kuat minum ya? Entah sudah berapa botol yang wanita itu babat, sampai semabuk ini.

Tapi tunggu dulu, tadi kata Sakura ia jahat? Dalam artian Daisuke kan? Sejak kapan seorang Daisuke menjadi jahat. Merasa penasaran, Sasuke ingin mengorek informasi.

"Aku tidak jahat Kura, memangnya dimana letak kejahatan ku?" Dalam hati Sasuke berharap Sakura akan memberikan nya jawaban yang memuaskan.


To be continue...

To Eunoia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang