3

509 62 5
                                    

.


.


.

Keesokan paginya

Sakura membuka matanya yang sejak tadi terpejam, dengan niat setengah-setengah dia membuka ponselnya. Dapat dia lihat belasan notifikasi dari Daisuke yang mengucapkan selamat pagi, selamat menjalani hari baru dan lain-lain.

Tak membuang waktu Sakura segera bersiap, dia ada kelas pagi. Sakura tidak ingin mendapat nasehat dari ayahnya lagi. Jujur Sakura muak dengan pria tua itu, dia banyak memberi nasehat tentang kebaikan tapi dirinya begitu melenceng dari kebaikan itu sendiri. Lantas harus dia sebut apa pria tua itu?

37 menit kemudian, Sakura tiba di Universitasnya dengan keadaan sehat. Dia menatap Universitas tempat dia mengemban ilmu dengan tatapan malas. Universitas ini memang populer tapi isinya tidak baik, di dalam sini penuh dengan permainan gelap orang-orang kaya. Daisuke merupakan korban.

Daisuke adalah mahasiswa pintar, namun nilainya tak pernah lebih tinggi dari anak donatur. Permainan yang gelap bukan? Tentu saja Daisuke tidak punya kuasa untuk melawan, lelaki itu bahkan tidak punya marga.

Di Kota ini marga adalah identitas dan jati diri, marga sering dijadikan patokan pergaulan. Bisa dibilang seperti kasta di India.

Sakura tak akan bisa membayangkan jika dirinya bukan seorang Haruno. Mungkin dirinya yang pintar dan rajin akan kalah sama yang ber-uang.

Langkah demi langkah menarik perhatian, Sakura Haruno memang Primadona disini. Dia selalu menjadi bahan gosip dan fantasy orang lain. Mereka hanya bisa menatapnya namun tidak bisa menggenggamnya.

Menyadari eksistensi Sakura, Daisuke berlari kecil tak lupa dengan senyum khas miliknya.

"Kura!" Panggil Daisuke sambil memeluk Sakura. Dia meletakkan kepalanya dileher Sakura, kembali menghirup aroma kekasihnya. Hal itu membuat mereka menjadi pusat perhatian, ada yang menatap sinis ada yang menatap kagum.

"Hai," balas Sakura seadanya.

"Bagaimana tidur Kura semalam?" Tanya Daisuke basa-basi.

"Tentu nyenyak," jawab Sakura. Setelah itu tatapannya jatuh pada kotak yang terlihat asing yang Daisuke bawa. Menyadari hal itu Daisuke segera menjelaskan.

"Kura lihat ini ya? Ini kotak makanan yang dikasih teman aku, ukurannya lebih besar daripada yang sebelumnya kan?" Daisuke berkata dengan antusias.

Sakura kembali menatap kotak makanan itu. "Ya lebih besar, dan kenapa warna pink? Kau kan laki-laki."

Daisuke menggaruk teguknya tak gatal. "Aku sengaja minta warna pink, karena warna pink identik dengan Kura," ujarnya malu-malu. Sakura menghela napas, jadi itu alasannya.

"Kura nggak suka ya?"

Sakura menggeleng. "Suka." Daisuke tersenyum senang dibuatnya.

Daisuke tidak lama terlarut akan kesenangan, dia segera menarik tangan Sakura. Hitung-hitung kejar waktu.

"Kura lihat." Daisuke menunjukkan buku yang baru saja dia kerjakan. Namun bukan itu yang menjadi pusat perhatian Sakura, Sakura menatap heran buku disebelahnya.

To Eunoia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang