4

400 52 1
                                    

.




.




.


Ini sudah pencariannya yang kesekian, Sakura tak kunjung menemukan keberadaan Daisuke. Itu membuat Sakura panik, tidak biasanya Daisuke seperti ini. Apapun hal buruk yang dirinya lakukan pasti Daisuke akan memaafkannya. Apakah kesalahannya kali ini terlalu fatal? Entahlah baru kali ini Sakura merasakan perasaan asing seperti ini.

Sesekali Sakura bertanya pada Mahasiswa dan Mahasiswi yang berpapasan dengannya, namun mereka sama sekali tidak melihat Daisuke. Pesan tidak dibalas dan telepon juga tidak diangkat.

Dengan kesal Sakura kembali ke Rooftop, untuk saat ini dia ingin menjernihkan pikiran dulu. Kulitnya terasa terbakar karna matahari. Sakura lupa memakai sun screen.


Seminggu kemudian...



Daisuke menatap tempat tinggalnya nanar, disini menyimpan banyak kenangan antara dirinya dan Sakura. Daisuke tersenyum kecut, akhirnya tiba dimana Daisuke mengalami kecewa besar akan sikap Sakura. Daisuke memilih untuk diam dan kembali ke keluarganya. Dengan langkah gontai Daisuke menarik kopernya meninggalkan rumah berukuran kecil itu.

Daisuke saat ini berada dalam Taxi, terlihat bahwa ia sedang menghubungi seseorang.

"Halo, ya aku akan kesana. Jangan lupa menyambutku kak," ujar Daisuke dengan senyum lebar.

"Aku dan kekasihku baik-baik saja, kami hanya perlu waktu."

"Apa? Ya sudah kalo begitu, aku akan langsung ke Mansion saja. Disana ada mereka bukan?" Setelah mengatakan ini Daisuke segera menutup sambungan telepon.

Dengan wajah senduh dia menatap jendela Taxi, Daisuke bingung dengan perasaannya. Batinnya seolah mengatakan untuk jangan pergi. Tapi mau bagaimana lagi, tekat Daisuke sudah bulat.

"Maaf Kura aku ninggalin kamu gitu aja, tapi ini demi kita. Kamu nggak akan pernah tahu seberapa berharganya seseorang sebelum orang itu pergi, aku harap setelah ini kamu bisa merasakan pentingnya aku di hidup kamu," ujar Daisuke dalam hati diselingi senyum paksaan.

.





.



Daisuke mempercepat langkahnya, dia tidak sabar bertemu dengan orang-orang dirumah. Terlebih kedua orangtuanya, ya meskipun mereka kurang akrap. Daisuke mengerutkan alis bingung. Kenapa tidak ada sambutan sama sekali, bahkan para pelayan tidak menyambutnya. Apa mereka lupa kalo Daisuke bilang bahwa dia akan sampai hari ini?

Dengan sedikit kecewa Daisuke membuka pintu Mansion luas dan megah itu, dia semakin heran karena pintu tidak dikunci. Bahkan tadi ketika dia masuk pagar besar di depan, terbuka lebar dan tidak ada penjaga sama sekali. Bukankah itu aneh?

Otak cerdas Daisuke mulai berpikir, ini pasti ada sesuatu. Karena berpikir begitu, Daisuke memutuskan untuk tidak bersuara, dia ingin melihat apa yang dilakukan orang rumah.

Insting Daisuke mengatakan untuk ke ruang keluarga, dengan langkah pelan dia menuju kesana.

Onyx Daisuke melebar, menatap apa yang di depannya tidak percaya. Dengan kuat dia membekap mulutnya, di depannya terpampang dua orang yang sangat dikenali nya tengah melakukan sesuatu. Lalu disamping keduanya ada beberapa orang yang berjaga.

Jantung Daisuke berdegup kencang, memompa dengan cepat menandakan seberapa kaget dan takut dirinya saat ini. Dengan tidak sengaja Daisuke menjatuhkan Vas antik dibelakang, langsung saja terdengar bunyi yang amat kencang. Penghuni ruangan seketika menatap horor Daisuke.

Tahu sirine bahaya berbunyi Daisuke segera melarikan diri, tak peduli dengan napasnya yang tak beraturan.

"Kejar dia!" Teriak salah satu orang yang diketahui sebagai ketua. Sontak antek-antek disamping tadi langsung mengejar Daisuke.

23 menit kemudian, setelah pelariannya Daisuke bermandikan keringat. Syukur dia berhasil selamat dari kejaran mereka, Daisuke menatap motor di depannya. Dia tidak sengaja mengambil motor ini tanpa izin, semua dia lakukan untuk menyelamatkan diri.

Daisuke melotot panik, karena tidak mendapati ponsel miliknya. Ini pasti jatuh di suatu tempat. Daisuke meringis, apa yang harus dia lakukan.

Daisuke berusaha berpikir positif, dia tetap memilih untuk tinggal di rumah kecilnya. Sayang sekali saat itu Daisuke tidak mengambil tindakan tegas.

.


.

Sakura menguap bosan, sudah dua minggu Daisuke tidak menghubungi dirinya. Bohong kalo Sakura bilang dia tidak merindukan Daisuke, dirinya teramat merindukan lelaki manis itu. Hari-hari yang dia lalui terasa membosankan, bahkan Sakura jadi tak berminat lagi dengan para lelakinya.

Sakura menatap dengan wajah datar akun WhatsApp milik Daisuke yang sejak dua minggu lalu tidak aktif, sebenarnya kemana lelaki itu pergi? Saat Sakura pergi ke rumahnya, lelaki itu tidak disana. Kata tetangganya Daisuke sedang healing.

Ting!

Manik Emerald Sakura membola, dia baru saja mendapat notifikasi dari Daisuke. Ini hal yang dinantikan. Sakura melirik apa pesan yang Daisuke kirim.

"Hi Kura, lama tidak bertemu. Aku merindukanmu, malam ini kita ketemu ya."

Sakura tidak langsung membalas pesan itu, tentu saja karena gengsi. Dia akan membalas setelah sampai di rumah.

.

.

Begitu sampai rumah Sakura disambut tatapan menusuk Kakak laki-lakinya. Sasori Haruno. Sakura mendengus malas, lagi dan lagi Sasori cari gara-gara.

"Bukan urusanmu."

Sasori mencegah Sakura. "Ini urusanku, jika kau tidak lupa. Kau adalah adikku," tukas Sasori dengan lirikan tajam. Sakura menghempaskan pegangan itu.

"Kau lupa huh? Kau sendiri yang bilang adik kau itu hanya Matsuri," balas Sakura sinis.

Sakura cukup sabar dengan sikap Sasori yang selalu membanding-bandingkan dirinya dengan Matsuri. Si palsu itu.

Sasori mengalah, dengan sorot lirih dia menatap punggung Sakura. Dia kecewa dengan sikap Sakura yang berubah, kemana adiknya yang manis?





To be continue...

To Eunoia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang