19

352 45 3
                                    

.



.


.

Kakashi mengalihkan arah tatapannya, dia menatap Sasuke senduh. "Nyaris nggak ada, efek keburaman itu seolah menutupi semuanya."

"Nyaris nggak ada? Berarti ada hal lain kan," putus Sasuke.

Kakashi sontak mengangguk. "Ya, setelah dizoom orang disebelah kiri ini ternyata menggunakan simbol Uchiha," ungkap Kakashi sambil menunjukkan foto digital yang sudah dizoom. Sasuke mengamati dengan cermat.

Ya, pria disebelah kiri jelas-jelas menggunakan pakaian dengan logo Uchiha. Dan Sasuke sangat mengenal pakaian itu. Itu biasa disebut Maku, Maku adalah pakaian yang digunakan keluarga Uchiha saat mengadakan pertemuan penting. Hanya keluarga Uchiha yang bisa memiliki Maku. Tidak salah lagi, pria disamping kiri ini adalah seorang Uchiha.

"Sudah kamu lihat? Dia benar-benar seorang Uchiha," sahut Kakashi ringan.

"Aku berani menjamin kalo ini bukan Daisuke. Daisuke itu normal, dia bukan seorang homo."

Foto itu jelas-jelas menunjukkan hubungan intim antar pria.

"Aku tahu, berarti pria ini mungkin salah seorang dari keluarga kamu," imbuh Kakashi sambil menatap Sasuke lekat.

"Tapi siapa?"

Kakashi mengangkat bahu tidak tahu.

"Dan pria disebelah kanan ini masih menjadi misteri, dia bahkan menggunakan hoodie untuk menutupi rambutnya. Ck sial!"

"Sabar Sasuke, ingat sebaik-baiknya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga. Begitupun dengan kasus Daisuke."

Sasuke beranjak dari tempatnya. "Ya, dan jika aku tahu siapa pelakunya. Aku bersumpah akan membuat dia tersiksa, berasa diambang kematian dan kehidupan." Sasuke serius dengan ucapannya, dibuktikan dengan sorot matanya yang tajam.

Kakashi diam membisu. Ancaman itu terdengar menakutkan. Pemikiran itu tak bertahan lama, setelahnya Kakashi mengalihkan pembicaraan.

"Kamu harus ke Club bukan?" Kakashi menunjukkan senyum bulan sabit.

Sasuke menepuk jidatnya. "Lupa, aku pergi," pamit Sasuke. Kakashi hanya bisa menatap punggung temannya dengan pandangan yang sulit diartikan.

.

.

Kini Sasuke telah tiba di Club Athinos, dia langsung disambut dengan suara musik yang bising. Namun Sasuke tidak terlalu menghiraukannya, karena dekat dengan Sakura mulai membiasakannya.

Sasuke mengeram marah melihat Sakura yang asik bercengkrama dengan Pria asing. Dengan mengepalkan tangannya sampai urat-urat tangannya kelihatan, dengan tidak sabaran Sasuke mendekat. Dia segera menepis tangan Pria itu kasar, dia menatap Pria itu tajam seolah ingin menelannya hidup-hidup.

"Calm man," sahut Pria itu menatap Sasuke santai. Sasuke semakin geram. Hari ini mood Sasuke sangat buruk dan Pria sialan ini menambah buruk.

Sasuke melirik Sakura yang tampak tak peduli, seolah itu hal yang biasa. Tentu hal itu membuat Sasuke tidak terima, dia seakan bisa merasakan apa yang sudah Daisuke rasakan selama ini.

Sasuke bersmirk, hanya saja kisah sudah berbeda. Dia bukan Daisuke. Jadi, dia bisa melawan bukan?

Sasuke menarik kerah baju Pria itu, dia lalu menghempaskan tubuh Pria itu ke lantai. Pria itu tampak meringis kesakitan. Sasuke hendak melayangkan pukulan, tapi tangan mungil Sakura mencegahnya.

Sasuke tak peduli, dia mendorong Sakura pelan. Lalu menghajar Pria itu tak kenal ampun.

"Brengsek."

"Dia sudah punya kekasih dan kau berani menyentuhnya? Cari mati heh."

5 menit kemudian, Scurity segera memasuki kerumunan. Mereka segera menghentikan aksi brutal Sasuke, seorang menahan tangannya dan seorang membantu Pria yang kondisinya saat ini bisa dikatakan tidak baik-baiknya. Melambangkan Sasuke benar-benar memukulnya dengan serius.

Sakura terpaku ditempat. Dia tidak khawatir sama sekali, diam-diam dia tersenyum tipis. Entah apa yang dipikirkan Perempuan itu saat ini.

Merasa ini waktu yang tepat, Sakura segera menarik tangan Sasuke. Mereka beranjak pergi dari sana.

Langkah mereka berhenti, Sakura melotot ke arah Sasuke seolah mempertanyakan apa maksud tindakannya tadi. Sasuke hanya mengangkat bahu acuh.

"Jangan membuatku kesal Dai," sungut Sakura.

"Ini bukan salahku tapi salah Kura," balas Sasuke kesal. Kenapa Perempuan ini tak kunjung mengaku salah?

"Jadi sekarang kamu menyalahkan aku?" Sinis Sakura dengan mimik kesal. Tak melepaskan pandangannya pada Onyx Sasuke.

"Kamu tahu jawabannya Kura," cicit Sasuke.

"Kenapa kamu berubah Dai? Kamu dulu nggak seperti ini, kamu dulu diam aja, kamu nggak pernah melawan, kamu penurut. Tapi kenapa sekarang kamu jadi liar gini?" Tanya Sakura sambil menatap Sasuke lembut.

"Jangan tanya alasan aku berubah, karena kamu orang yang buat aku berubah. Aku capek Kura, aku capek lihat kamu sama Lelaki lain. Apa kurangnya aku sampai kamu cari hal itu di mereka? Apa yang mereka kasih ke kamu yang nggak bisa aku kasih?"

Sakura terdiam, dia merasa tertampar. Dari awal Sakura memang sudah tahu bahwa dia kejam, jahat dan egois. Dia melampiaskan ketidakterimanya soal masalah keluarga ke Daisuke. Dia merasa gagal.

Sasuke ikutan terdiam namun itu tak berselang lama, dia segera memegang pundak Sakura. "Kura dengar, apa kurangnya aku? Kalo masih kurang Kura bisa bilang biar aku berubah, asal Kura cukup sama aku aja."

"Kamu kurang berani Dai, selama ini apa-apa harus aku yang mulai duluan. Aku juga ingin punya kekasih yang agresif, jujur aku iri dengan Karin. Dia punya kekasih yang bisa mengimbangi sifat dominan dia, sedangkan aku? Kamu tahu sendiri jawabannya."

Sasuke mengerti, jadi itu alasannya. Tanpa membalas perkataan Sakura, Sasuke segera mencium Perempuan itu ganas dan penuh napsu. Dia tak membiarkan Perempuan itu mengambil napas.

Sakura meronta, dia nyaris tak bisa bernapas. Sasuke menciumnya secara tiba-tiba dan begitu kasar, Sakura yakin saat ini bibirnya bengkak. Dan benar saja, ketika Sasuke melepaskan ciuman mereka. Terpampang lah bibir merah mudanya bengkak.

"Apa yang kamu lakukan!" Sinis Sakura.

Sasuke tersenyum tipis. "Ini kan yang kamu mau?" Sasuke segera menarik tangan Sakura. Saat ini mereka memasuki bilik kamar yang kosong.



To be continue...

To Eunoia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang