22

318 36 0
                                    

.





.





.

Iris hijau Gaara membola, jujur dia tidak tahu siapa oknum yang menyuruhnya. "Saya tidak tahu, saat itu dia menggunakan pakaian yang sangat tertutup bahkan dia menggunakan topeng. Satu yang saya tahu, dia adalah seorang pria," jelas Gaara jujur.

Gaara benar-benar bertemu dengan orang yang menyuruhnya, hanya saja orang itu menutupi setiap inci tubuhnya terlebih wajah. Kalo tahu dirinya akan berakhir seperti ini Gaara tidak akan pernah setuju dengan tawaran pria itu, Gaara setuju karena berpikir Daisuke hanya kalangan rendahan yang mudah ditindas.

Gaara menatap Sasuke di depannya sayu, tak pernah terlintas dalam benaknya akan ada momen dimana Daisuke berada diatas. Dalam hati Gaara terkekeh geli. Sungguh menggelikan.

"Bagaimana dengan suara?" Tanya Sasuke tak sabaran, dia merasa semakin dekat dengan pelaku.

"Saya rasa dia juga mengubah suaranya, suaranya jadi sangat berat dan serak," tutur Gaara menatap ke arah Kakashi seolah meminta ampun. Sayang seribu sayang Kakashi tak menggubrisnya. Gaara mendesah kecewa.

Mendengar perkataan itu Sasuke mendecih kesal, dia berbalik dan meninju dinding keras. Dia merasa kesal karena tidak mendapat informasi yang memuaskan.

Sasuke memutuskan untuk keluar dari ruangan sempit itu, dia melirik Kakashi sebentar. "Singkirkan dia, jangan meninggalkan jejak," titah Sasuke dengan sorot mata dingin. Gaara bergetar ditempatnya termasuk jari-jemarinya. Gaara tak menyangka hidupnya akan berakhir seperti ini.

Kakashi mengangguk patuh, sebelum memanggil anak buah yang lain Kakashi tampak mendekat dan membisikkan sesuatu. Gaara menegang ditempat.

Kakashi mencibir. "Dasar sampah tidak berguna, berani bermain dengan Uchiha tapi tidak tahu jalan keluar," kekeh Kakashi setelah itu dia keluar dengan langkah santai.

Gaara semakin mengutuk keputusannya kala itu, dia masih mempertahankan tatapannya pada punggung Kakashi. Orang keluarga Uchiha benar-benar gila, kasihan Sakura yang terlibat dengan mereka.

.

.

"Apa yang anda lakukan disini?" Tanya Sakura dengan sorot mata dingin. Dia menatap Wanita tua di depannya dengan tajam tak melewatkan sejengkal pun.

Wanita yang kelihatan sudah berumur itu tersentak, dia menatap Sakura ragu-ragu. "Me-mencari tuan Makoto," jawab Wanita itu. Dia kembali melirik Sakura dengan lirikan kecil.

Sakura mendengus melihat Wanita yang sok lemah di depannya ini, dasar Wanita penghancur rumah tangga orang lain. Ya Wanita inilah Ibu dari Matsuri, kakak perempuan yang selalu dibanggakan keluarga.

"Rupanya datang mencari ayah, saya kira anda datang mencari putri anda. Hmm siapa ya namanya?" Sakura pura-pura lupa, dia sadar kepura-puraan itu membuat lawan bicaranya syok bukan main.

"Duh siapa ya." Sakura melirik dengan tatapan tajam. Wanita itu bergetar meremas dress yang ia kenakan.

"Sa-saya tidak mengerti apa yang Nona katakan. Tujuan saya datang ke sini murni untuk menemui tuan Makoto."

To Eunoia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang