CRIMINAL - Deskripsi + Prolog

682 41 3
                                    

Deskripsi:

"Sial!" umpat Brian dengan cepat.

Helikopter di atas itu, mereka dijebak.

Merasa keadaan mereka tidak baik, ketiganya segera berlari ke mobil Brian yang tengah melaju itu. Pintu mobil itu terbuka lebar memang menanti ketiganya untuk masuk.

Pertama Opal, pemuda itu berhasil masuk, lalu Jeffrey. Ketika Jeffrey akan meraih tangan dari Chandra, satu tembakan mengenai bahu Chandra yang entah berasal dari mana yang mengakibatkan pemuda itu jatuh tersungkur.

"CHANDRA!" teriak Jeffrey.

Brian menatap ke luar dari pantulan kaca spion, mengusap wajahnya kasar sebelum tambah melanjukan mobilnya dari sana karena para petugas itu tengah mengejar mereka.

Opal yang berada di kursi bagian belakang membuka pintu mobil, ketika melewati depan dermaga di mana Adista berada, Opal menjulurkan tangannya dan menarik wanita itu untuk masuk ke dalam mobil.

"BRIAN, CHANDRA, BRI!" teriak Adista ketika wanita itu telah memasuki mobil.

Melihat Brian yang sama sekali tidak menanggapi ucapannya untuk menolong Chandra, Adista menatap pada Opal dan Jeffrey.

"PAL, JEFF, CHANDRA ADA DI SANA, KITA GAK MUNGKIN NINGGALIN DIA!" teriak Adista.

Tapi dua orang itu hanya diam, pikiran semua orang di dalam mobil itu sama-sama kalutnya, tidak bisa berpikir jernih atas apa yang terjadi pada mereka.

Opal dan Jeffrey sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya melakukan apa yang pemimpin mereka katakan. Dan jika Brian tidak memerintahkan apapun, mereka akan tetap diam.

"SIAL! KITA HARUS NOLONGIN CHANDRA, BANGSAT!" teriak Adista lagi.

Respon tiga orang di dalam sana tetaplah sama, tidak ada yang berbicara hingga Brian berdecak kesal. Polisi sialan itu masih mengejar mereka, ia meraih senjata di dashboard mobilnya.

"Pal, Jeff, Dis, ambil senjata kalian."

PROLOG

Bau asap rokok bersamaan dengan kerasnya bunyi knalpot motor balap merusuk masuk ke dalam Indra manusia-manusia yang berada di sana malam itu.

Suasana setelah hujan dengan jalanan yang dipenuhi genangan air juga cukup licin tak menyurutkan semangat para manusia-manusia yang hilang arah untuk menikmati balapan liar yang diselenggarakan dua kali dalam satu tahun itu.

Seorang pria muda di sana tampak menikmati rokoknya sembari bersandar pada sebuah mobil, menatap lautan manusia yang datang menghilangkan jenuh di malam ini. Begitupun dengan dirinya, ia di sini untuk menghilangkan rasa suntuk setelah seharian bekerja keras.

Ia terkekeh, pekerjaan yang sangat keras.

"Oi, Bri. Gue denger Criminal beraksi tadi siang."

Seseorang baru saja datang kepadanya sembari menepuk bahunya. Pria itu menoleh menatap pria lainnya yang menyapanya tadi.

Pria yang lebih akrab disapa Brian itu berdecih, lalu kembali sibuk pada rokoknya.

Pria itu terkekeh melihat respon yang diberikan oleh Brian, tangannya menggapai kotak rokok yang berada di saku celana Brian lalu menghisapnya setelah membakar nikotin itu.

"Membosankan."

Brian menoleh kepada pria itu ketika ia mengatakan sesuatu, satu alis Brian terangkat meminta maksud dari perkataan pria di sampingnya ini.

Pria itu menyeringai. "Ya, membosankan. Merampok bank, menjarah, merampok toko emas, menculik dan meminta tebusan. Jujur saja, itu membosankan."

Mendengar pernyataan itu, sontak saja Brian terkekeh. Ia menatap angkuh pria di sampingnya.

"Terkadang gue suka ketawa ngeliat anak pejabat ngelawak tentang hal yang 'membosankan'. Tau apa anak Papa kayak Lo soal membosankan?"

Brian mengangkat sebelah bibirnya. "Dan ya, perlu Lo ingat. Gue dan geng gue gak suka orang lain ikut campur dalam urusan kami."

Brian mendengus, mematikan rokoknya dengan cara menginjaknya. Menepuk bahu pria itu sebelum pergi meninggalkan si pria dengan wajah yang tengah kesal. Siulan mengiringi langkahnya, sangat alami dan tegas.

"Minggu depan ada lukisan tua yang sampai di pelabuhan, bakal ada pelelangan di pasar gelap. Harganya bisa sampai satu triliun kalo bisa bawa lukisan itu pada mereka. Gue tantang Criminal buat curi lukisan itu sebelum sampai ke museum."

Ucapan dari pria tadi berhasil membuat Brian menghentikan langkahnya. Ia membalikkan tubuhnya menatap pria itu datar.

"Berapa harga lukisannya?"

Tersenyum sinis, pria itu menjawab. "Yang pasti bisa ngelunasin hutang negara."

★★★

Gue gak akan minta apa-apa guys, dan ini pertama dan terakhir kalinya gue tulis di sini. Gue cuma mau kalian vote and komen, itu sangat berarti bagi gue guys. For your information, meskipun kalian lagu offline baca ini, kalian vote & komen, itu tetap bisa kekirim lho.

-Thanks

CRIMINAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang