Dua hari setelah perayaan ulang tahun Yin, dia dan kedua orang tuanya pergi ke panti asuhan WITTAYAYON di Khon Khen. Ini adalah minggu terakhir bagi Yin untuk liburan semester, jadi dia bisa ikut ke Khonkhen untuk menjemput calon adik perempuannya. Butuh hampir 4 jam perjalanan untuk menuju kesana dengan menaiki pesawat. Meskipun sangat melelahkan berada di pesawat selama hampir 4 jam, itu semua terkalahkan dengan rasa senangnya karena akan segera bertemu adiknya. Senyumnya tidak pernah hilang selama di perjalanan, dia bahkan tidak tertidur.
Setelah mendarat di Khon Khen dia menghirup udara yang terasa familiar baginya. Ini bukan pertama kalinya dia mendaratkan kakinya disini, mengingat kedua orang tuanya adalah salah satu donatur tetap di panti asuhan ini Yin beberapa kali ikut kedua orang tuanya mengunjungi panti asuhan tersebut. Meskipun tidak terlalu sering dia cukup familiar dengan keadaan disana. Orang tuanya sering melakukan kegiatan kemanusiaan di panti asuhan tersebut dan terkadang mereka membawanya kesana. Mungkin 6 bulan sekali orang tuanya kesana secara rutin.
Mereka tidak langsung menuju panti asuhan setibanya dari bandara dan memutuskan untuk bermalam di salah satu hotel disana. Menaiki pesawat selama itu membuat mereka sedikit lelah. Mereka ingin menyambut anak mereka dengan keadaan yang segar sehingga memberikan kesan yang baik. Setelah beristirahat sehari di hotel, besok paginya mereka berangkat menuju panti asuhan. Yin berdebar-debar di saat taxi yg mereka kendarai mendekati tujuan mereka. Dia tidak berhenti tersenyum meskipun agak sedikit gugup.
Setelah melewati lapangan bola, disitulah tujuannya berada. Melihat pagar putih dengan gerbang yg biasa dia lihat, taxi itupun masuk kedalam kawasan panti asuhan tersebut. Mereka melawati jalan berbatu dengan taman bunga di sekitarnya. Masih indah dan asri seperti di ingatannya. Lalu taxi itupun berhenti di sebuah gedung dengan pintu kayu yang cukup lebar dan tinggi. Panti asuhan ini cukup besar mengingat banyaknya anak-anak tidak beruntung yg berada disana.
Mereka disambut oleh seorang wanita paruh baya yang biasa dia panggil Mrs. Benz, dia adalah kepala panti asuhan yang sudah akrab dengan orang tua yin. Dia bertukar sapa dengan kedua orang tua yin seperti bertemu kawan yang sudah lama tidak berjumpa. Tentu saja, mereka memang sedekat itu.
"Auw, siapa lelaki tampan ini, aku hampir tidak mengenalimu!" Sapa Mrs. Benz sambil melihat Yin terkesima lalu memeluknya.
"Selamat pagi Mrs. Benz" Yin tersenyum lebar.
"Kau sudah sangat besar sekarang oh my god. Seingatku dulu kau masih se pinggangku Yin" Mrs. Benz meletakkan tangannya di pinggang, menggoda Yin. Mereka semua tertawa sambil melanjutkan basa-basi seperti biasa.
"Baiklah, mari kita menuju ruanganku untuk membicarakan perihal saudara perempuan yin" Mereka menuju ruang kerja Mrs. Benz yang berada di ujung lorong. Mereka duduk di sofa di tengah ruangan itu.
Ternyata orang tua Yin sudah menginginkan untuk mengadopsi adik perempuannya itu sejak 3thn yang lalu, namun karena satu dan lain hal adik perempuannya itu baru menyetujui untuk ikut bersama keluarga yin baru-baru ini. Dari informasi yang dia dapat nama adik perempuannya itu adalah Janhae. Ya, Janhae. Bukankah namanya pun terdengar manis? Dia ijin pergi ke toilet beberapa saat kemudian.
"Kau masih ingat letaknya kan yin?" Tanya Mrs. Benz
"Tentu saja Mrs. Kalau begitu saya pergi dulu"
Yin keluar dari ruangan itu lalu melangkah lurus ke arah pintu masuk tadi. Toilet itu berada di ujung lorong satunya. Setelah menyelesaikan urusannya di toilet, Yin berpikir untuk berjalan-jalan sebentar di sekitar panti. Dia melewat ruang aula, lalu menyusuri jalan setapak dan menginjakkan kakinya di area kantin. Dia melihat beberapa anak sedang makan disana. Lalu dia berjalan lagi kebagia utara dan tiba di lapangan basket. Beberapa anak laki-laki yang terlihat sebayanya dan beberapa lebih tua darinya sedang bermain basket. Lalu dia menyapa mereka dan meminta untuk diperbolehkan ikut bermain. Setelah berkenalan, Yin pun diikut sertakan dalam permainan tersebut.
Entah sudah berapa lama dia keasyikan bermain disana sampai dia merasa cukup lelah dan matahari semakin panas di kepalanya. Dia menyerah, dia memberitahu mereka jika dia harus kembali menemui Mrs. Benz.
"Kau jago juga Yin" Kata salah satu anak yg dia tau namanya adalah Win. Mereka melakukan tos bergantian, lalu Yin pun berpamitan.
"Kalian juga tidak buruk" Yin melambaikan tanganya sambil berlari kecil menjauhi lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S YOU
Tiểu Thuyết ChungIt's a story about a boy, a little sister, and another boy who were destined to meet each other 🤍