Hi Sister 🌸

118 14 0
                                    

Yin memutuskan mengambil jalan memutar untuk kembali ke ruangan Mrs. Benz. Dia ingin menyusuri panti ini sekali lagi. Saat dia melewati salah satu ruangan, dia mendengar suara alunan piano dari dalam. Alunan itu terdengar sangat indah tapi juga sedih. Yin berdiri di depan pintu dimana suara piano itu terdengar, lalu perlahan membuka pintunya dan berjalan masuk.

Tidak ada orang diruangan itu, hanya ada kursi-kursi kosong yg di tata rapi. Lalu matanya mengikuti datangnya suara piano. Disana, diujung ruangan dia melihat anak perempuan sedang memainkan jemarinya di atas tuts piano dengan lincah sambil membelakangi nya. Dia berjalan berjingkat-jingkat takut anak itu terkejut dengan keberadaannya dan menghentikan permainan pianonya. Dia sampai di barisan paling depan dan duduk di salah satu kursi.

Yin memejamkan matanya sambil menikmati alunan piano tersebut. Dia diam disana untuk beberapa saat. Tidak lama setelah itu dia tidak mendengar alunan indah suara piaono yg terdengar sedih itu. Dia membuka mata dan melihat perempuan itu masih membelakangi nya dan masih tidak sadar akan kehadirannya disana. Yin reflek bertepuk tangan saat sadar bahwa permainan pianonya sudah selesai.

"Yaampun, aku hampir saja jantungan" Kata anak perempuan itu sambil membalikan kepalanya dengan sangat cepat dan matanya membesar melihat Yin duduk di belakangnya sambil bertepuk tangan dan tersenyum.

"Ooppss, maaf tidak bermaksud mengagetkanmu. By the way kau bermain dengan sangat bagus, aku hampir menangis"

"Kau sudah lama duduk disana?"

"Yeah, cukup lama. Aku berharap kau bermain lebih lama. Melody itu sangat indah meskipun terdengar sedih untuk beberapa alasan"

"Aku tahu, ini memang terdengar sedih dan indah pada saat bersamaan. Kau bisa memainkan piano?" Tanya anak itu pada Yin. Yin menggeleng dan berjalan kearahnya.

"Aku tidak bisa memainkannya, tidak ada yang pengajariku"

Yin kini berdiri di hadapan anak itu, dia melihat mata anak itu. Itu bersinar sangat cerah dan jernih. Namun entah karena baru saja memainkan melody sedih itu, atau memang dia sedang bersedih, matanya terlihat sayu. Yin hanya tersenyum simpul.

"Sini aku ajari, duduk sini phi" Anak perempuan itu tiba-tiba tersenyum lebar dan matanya kembali bersinar. Senyumannya sangat manis, matanya membentuk bulan sabit. Membuat Yin jg ikut tersenyum. Yin duduk disebelahnya lalu mengikuti jari-jari anak itu sambil mengingat-ingat tuts mana saja yg dia tekan. Meskipun dia agak kesulitan pada awalnya tapi setelah beberapa kali berlatih dia berhasil memainkan melodi basic yg diajarkan padanya.

"Lihatkan ini tidak terlalu sulit, kau bisa bermain piano sekarang phi" Anak itu sedikit berteriak karena sangat excited melihat Yin berhasil memainkan piano. Yin merasa hangat, mungkin seperti ini jika dia berlatih bermain piano dengan adik perempuannya kelak. Dia hampir mengusap lembut kepala perempuan itu namun mengurungkannya.

"Tentu saja, kau tau aku cepat dalam belajar" Jawab Yin bercanda. Anak itu menyipitkan matanya dan menatap Yin.

"Tentu saja itu karena aku yang mengajarimu. Aku hebat!" Balasnya membuat Yin tertawa, lalu tiba-tiba handphone di saku celananya berdering dan melihat daddynya sedang meneleponnya.

"Maaf, sebentar" Yin beranjak dari duduknya dan berdiri, perempuan itu hanya mengangguk dan menggoyangkan kakinya sambil duduk. Daddy menyuruhnya kembali ke ruangan Mrs. Benz.

"Kurasa aku harus kembali sekarang, senang bertemu denganmu. Dan terimakasih sudah mengajariku bermain piano."

"Aku juga senang bertemu denganmu phi, oh ngomong-ngomong namamu siapa?"

"Yin, kalau kau?" Jawab Yin sambil mengulurkan tangannya. Belum sempat perempuan itu menjabat tangannya, handphonenya yg di atas piano berdering.

"Sepertinya aku juga harus kembali phi, Mrs. Benz sudah memanggilku" Tak lama setelah menerima telepon itu, perempuan itu juga beranjak dari duduknya.

"Sunny, kau bisa memanggilku Sunny. Semua orang disini memanggilku itu" Sembari menjabat tangan Yin.

"Kau akan pergi menemui Mrs. Benz? Aku jg akan pergi ke ruangannya"

"Ayo phi, sebaiknya kita lebih cepat kembali. Ini hari yang sangat penting untukku" Anak itu berjalan menuju arah pintu dan Yin berjalan mengikutinya. Mereka berdua berjalan dengan sangat cepat agar cepat sampai di ruangan Mrs. Benz. Lalu Yin mengetok pintu di ruangan Mrs. Benz sebelum masuk.

"Masuk saja" Sahut Mrs. Benz dari dalam. Yin menoleh ke anak perempuan di sebelahnya dan melihat dia gugup untuk alasan tertentu. Yin menepuk pelan bahu anak itu sambil tersenyum hangat.

"Ayo masuk, semua akan baik-baik saja" Kata Yin memberi semangat, anak itupun tersenyum dan menghela nafas panjang lalu menghembuskannya.

"Ayo phi" Yin hanya mengangguk dan membuka pintu itu. Dia berjalan perlahan, perempuan itu berjalan di belakangnya.

"Hai semua" Sapa yin dan melihat anak perempuan di belakangnya melangkah maju dan berdiri disebelahnya. Dia tersenyum gugup.

"Oh my god Sunny, kau dari mana saja. Kita semua menunggumu, apakah dari tadi kalian bersama?" Tanya Mrs. Benz

"Bisa dibilang begitu Mrs, oh dan dia mengajariku bermain piano" Jawab Yin bersemangat. Orang tuanya terlihat agak terkejut namun langsung tersenyum lebar mendengar perkataan Yin.

"Sepertinya kalian memang ditakdirkan untuk menjadi saudara, kalian sudah terlihat akrab saat masuk ke ruangan ini. Aku senang melihatnya" Ibu Yin angkat bicara, Yin dan anak perempuan disebelahnya langsung menoleh ke satu sama lain. Terkejut, tapi juga senang!

"Tapi Mrs. Benz bukankah adik perempuan ku bernama janhae? apakah mereka orang sama?" Tanya Yin pada Mrs. Benz. Belum sempat Mrs. Benz menjawab anak perempuan di sebelahnya menarik bajunya.

"Itu orang yang sama phi, aku Janhae tapi orang-orang disini memanggilku Sunny. Jadi kita bersaudara sekarang, iya kan? Hi lagi phi" Anak itu melambai-lambaikan tangannya kepada Yin.

Yin sangat senang akhirnya dia bisa bertemu dengan adik perempuannya, bahkan dia masih tidak percaya dia sekarang memiliki seorang adik. Terlebih dia sudah merasa akrab dengan adiknya ini bahkan sebelum dia tau kalau Sunny yg akan menjadi adiknya.

"Hi nong!!" Yin mengusap lembut kepala adiknya sambil tersenyum.

"Aku akan mengajarimu piano lagi phi, tenang saja"

"Aku tidak sabar dengan itu" Mereka pun tersenyum dan duduk di samping orang tuanya. Mereka melanjutkan obrolan lagi, sampai entah berapa lama.

IT'S YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang