Paginya, Yin bangun dengan kepala yang agak pusing. Dia melihat jam, masih jam 6 pagi. Dia mengingat semua kejadian semalam. Dia lega akhirnya bisa mengutarakan perasaannya yang sudah lama dia pendam pada War. Dia lalu mengecek handphonenya dan melihat beberapa telepon yang tidak terjawab dari Mommy nya. Yin lalu mengirim pesan pada Mommy nya dan mengatakan jika dia menginap di condo temannya semalam dan akan langsung berangkat kerja dari sana.
Yin mendengar suara dari dapur, dia melihat War sedang melihat-lihat isi kulkas untuk menyiapkan sarapan. Itu membuat Yin tersenyum, bahkan dengan muka bantal dan rambut yang agak berantakan seperti itu War masih terlihat manis di mata Yin.
"Selamat pagi, kau tidur nyenyak phi?" War melompat kaget mendengar suara Yin.
"Bisakah kau memberi aba-aba jika kau sudah bangun? Aku sangat terkejut" Yin hanya tertawa.
"Kau belum menjawab pertanyaan ku" Yin duduk di meja konter sambil menopang dagunya memperhatikan War yang sedang sibuk kesana kemari.
"Tidak, bagaiman bisa aku tidur nyenyak ketika ada orang yang tiba-tiba mengatakan jika dia mencintaiku" Yin kembali tertawa, War benar-benar lucu.
"Aku senang kau memikirkan nya, itu artinya kau masih mempertimbangkan perasaan ku. Apakah kah itu artinya kau memberiku kesempatan?" War meletakkan roti dan beberapa sayuran di meja.
"Kesempatan untuk?"
"Tentu saja untuk mencintaimu, atau kau ingin aku mengatakan kesempatan untuk menjadi kekasihmu?" Yin mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda War.
"Bukan kah ini terlalu pagi untuk menggodaku ai Yin?"
"Jawab saja phi, kau akan memberiku kesempatan kan? Untuk membuktikan jika aku benar-benar mencintaimu dan layak menjadi kekasihmu?" Wajah War memerah. Dia mengalihkan pandangannya dari Yin, dia terlalu malu untuk menatap Yin. Yin berjalan dan mendekati War, lalu memeluk War dari belakang. Seketika War menghentikan apapun yang sedang dia lakukan saat merasa tubuh Yin yang menempel padanya.
"Kau memberiku kesempatan kan phi?" Bisik Yin di telinga War. War kemudian tersenyum dan memberanikan diri membalikkan badannya untuk berhadapan dengan Yin.
"Bukankah aku bodoh jika tidak memberimu kesempatan? Kau sudah sangat baik padaku" Ucapnya, itu membuat Yin tersenyum lebar. Tanpa sadar dia menciun pipi War yang membuat keduanya terkejut.
"Upss, maaf phi. Aku hanya terlalu senang" Ucap Yin. War berteriak dalam hati. Telinganya memerah.
"Duduklah Yin, atau pergilah mandi. Jangan menggangguku yang sedang menyiapkan sarapan"
"Ohooo, lihatlah kau malu. Aku bisa menciummu lagi jika kau mau" Goda Yin lagi.
"Pergilah Yin" Ucap War untuk menutupi ke gerogiannya.
"Atau kau tidak mau di cium di pipi? Aku bisa menciummu di tempat lain" Yin masih menggoda War, War terlihat sangat menggemaskan saat sedang malu seperti ini.
"Ai Yin, jangan mengada-ada cepat lah mandi" War kemudian mendorong Yin ke toilet.
"Baiklah baiklah aku tidak akan menggodamu lagi phi. Berhentilah menjadi menggemaskan seperti ini" War mengambil handuk di sebelah toilet dan memberikannya pada Yin. Saat hendak kembali ke dapur Yin menahan lengan War dan membuatnya menoleh padanya.
"Terimakasih phi"
"Untuk apa?"
"Untuk memberi kesempatan padaku" Yin menatap mata War dengan penuh perasaan. War tersenyum dan mengangguk.
"Jangan tersenyum seperti itu, aku benar-benar ingin menciummu saat ini" Mendengar itu, War langsung berlari ke dapur dan menjauh dari Yin. Dia mendengar suara tawa Yin di toilet. War memegang dadanya yang sedang berdetak dengan sangat kencang. Sudah lama, sudah lama dia tidak merasakan debaran yang sangat hebat seperti ini. Dia kemudian memegang pipinya yang di cium Yin tadi. Dia menutup wajahnya dengan telapak tangan, dia sangat malu dan senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S YOU
Narrativa generaleIt's a story about a boy, a little sister, and another boy who were destined to meet each other 🤍