Setelah makan malam hari itu, Yin dan War cukup sering makan berdua sepulang dari kantor. Itu seperti rutinitas bagi mereka. Dan semakin sering Yin menghabiskan waktu dengan War, semakin dia bingung dengan apa yang dirasakannya terhadap War. Pada awalnya dia sangat yakin dia hanya mengagumi War, namun belakangan ini dia menjadi ragu. Sepertinya perasaan itu lebih dari sekedar kekaguman, Yin belum berani mendefinisikan perasaannya saat ini.
Tapi yang pasti, jantungnya selalu berdegup sangat kencang jika dia berdekatan dengan War. War yang semakin merasa nyaman dengan Yin sudah tidak canggung lagi untuk berkontak fisik dengan Yin. War sudah terbiasa jika harus duduk sangat dekat dengan Yin, atau saat tangan mereka tiba-tiba bersentuhan, atau saat War melingkar kan tangannya di pundak Yin untuk membisikkan sesuatu. Yin di lain sisi, itu sangat membuatnya kewalahan. Dia tidak bisa mengontrol debaran-debaran aneh di jantungnya yang semakin kencang saat berdekatan dengan War. Dia benar-benar bingung, dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Terlebih lagi pada seorang pria, tidak pernah ada di bayangannya jika jantungnya bisa berdegub sekencang itu untuk seorang pria.
"Prom, kau mau makan siang di luar nanti?" Tanya Yin pada Prom yang sedang bermain dengan handphonenya.
"Tumben kau bertanya, memangnya kenapa?"
"Aku ikut denganmu"
"Hah?!"
"Ya, jika kau makan siang di luar aku ikut denganmu"
"Kau salah makan dimana? Tumben sekali? Biasanya kau yang tiba-tiba menghilang saat makan siang"
"Tidak ada, aku hanya ingin makan siang di luar"
"Ya terserah kau saja" Prom pun pasrah. Akhir-akhir ini Yin sedang berusaha menghindari War. Dia tidak mau bertemu dengan War karena dia tidak tahu bagaimana harus bersikap biasa saja saat jantungnya selalu berdegup kencan saat bersama War.
Pagi itu Yin sedang membuat kopi di pantry, dia tidak bisa tidur nyenyak akhir-akhir ini karena dia selalu memikirkan War. Dia membutuhkan kopi untuk membuatnya tetap terjaga, dia sedang melamun sambil mengaduk-ngaduk kopinya.
"Selamat pagi" Jantung Yin terasa seperti berhenti, dia mendengar suara War di sampingnya.
"Eee selamat pagi phi" Suaranya bergetar, Yin gerogi.
"Yin"
"Phi" Mereka mengatakan itu pada saat bersamaan. War menatap Yin heran.
"Ee aku sebaiknya kembali phi" Ucap Yin kikuk, dia lalu berjalan melewati War yang masih kebingungan. War menahan lengannya.
"Kopimu tidak kau bawa?" Jantung Yin kembali berdegup kencang karena dia merasakan genggaman tangan War di lengannya.
"Ee itu, itu buatmu saja phi. Aku lupa harus mengerjakan sesuatu. Aku pergi dulu" Jawab Yin yang langsung menyelonong pergi.
"Dia itu kenapa aneh sekali akhir-akhir ini" Ucap War dalam hati.
Kemudian saat di tempat meeting, Yin dengan sangat terpaksa duduk di sebelah War karena kursi yang lain sudah penuh. Dia kembali melamun dan tidak berkonsentrasi pada apa yang sedang di diskusikan.
"Yin, kau tidak boleh melamun saat sedang meeting. Perhatikan orang yang sedang berbicara" Yin hampir jatuh dari kursinya karena mendengar bisikan suara War di telinganya. Bahkan bibir War hampir menyentuh telinganya karena dia terlalu dekat. Yin hanya mengangguk. Setelah meeting selesai, Yin orang pertama yang keluar dari ruangan meninggalkan teman-teman satu tim nya. Lagi-lagi War dibuat bingung dengan sikap Yin.
Dan sikap Yin yang seperti itu berlanjut sampai hari-hari berikutnya. Itu membuat War sangat kebingungan, dia berpikir bahwa Yin sengaja menghindarinya. Dia tidak tahu apakah dia telah melakukan kesalahan sehingga Yin marah dan tidak mau berdekatan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S YOU
General FictionIt's a story about a boy, a little sister, and another boy who were destined to meet each other 🤍