Selamat malam minggu bestie...🤗
Apa kabar hari ini??🤔
Sudah siap baca part ini?😊
Jangan lupa vote dan komenya ya... 🙏
~Happy reading~
Dengan berat hati, akhirnya Livia mau mengikuti permintaan teman-temannya. Antusiasme yang sejak tadi mereka tunjukkan serta desakan yang terus dilayangkan membuatnya terpilih sebagai peserta pertama dalam sesi curhat kali ini.
"Memangnya apa yang mau kalian tanyakan?" ujar Livia sedikit tidak berminat. Ia lelah dan kesal dengan permainan bodoh yang entah kenapa ia harus ikut masuk ke dalamnya tanpa akhir. Awalnya ia begitu menikmati, tapi semakin ke sini rasanya hal itu semakin terasa membosankan. Bagi Livia, tidur atau belajar lebih asyik ketimbang membuang waktu terlalu banyak dan tidak penting seperti ini.
"Lo kenapa sih gak suka sama Bastian?" tanya Dewi.
"Cuma lo doang di sini kayaknya yang berani balas omongan dia." lanjut Ayu sambil terkekeh.
"Emangnya kalian berdua ada apa sih sampai saling nggak akur gitu?" sambung Dino penasaran.
Pandangan mereka serentak menghunus tajam ke arah Livia. Apalagi ketiganya menanyakan perihal yang sama tentang hubungannya yang tidak baik dengan Bastian. Apa mungkin selama ini di belakang Livia mereka sering membicarakannya? Ditengok dari segi manapun, tingkah Bastian dan Livia memang tidaklah wajar dan yang melihat itu pasti dapat langsung menyimpulkan.
Ulin yang menyadari sahabatnya sedang terpojok hanya menepuk bahu Livia pelan. Menyalurkan sedikit kekuatan untuk menjawab pertanyaan mengintrogasi tersebut.
"Kak Tian itu kekanak-kanakan walaupun usianya jauh di atas aku. Dia lebih nyebelin ketimbang pertama kali aku ketemu Mbak Dewi. Dia itu sombong, sok ganteng, narsisnya kelewatan. Pokoknya, aku sebel aja sama dia." terang Livia. Ada perasaan lega saat kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Mungkin karena ia tidak berani mengumpat dan menyembunyikan perasaan ketidaknyamanannya selama ini.
Di sisi lain, sosok Bastian yang tengah menjadi topik perbincangan itu masih berdiri di balik pintu dengan napas memburu. Ia juga sedang membuat perhitungan dengan Livia. Namun, ia mencoba bersabar untuk tidak menunjukkan dirinya sampai cewek itu selesai dan puas menjelek-jelekannya.
"Lo gak takut sama Bastian? Dia bisa aja pecat lo dari sini." ujar Ayu menatapnya prihatin.
Livia menarik napas, lalu mengembuskannya pelan. "Siapa bilang aku nggak takut. Aku sebenarnya takut banget malah, seumur-umur baru kali ini aku gak akur sama orang kayak gini. Jujur, awalnya aku mau minta maaf gara-gara pertemuan kami yang tidak mengenakkan itu. Aku yang salah karena udah ngira dia pencuri." ucapnya menyesal. Ia menjeda kalimatnya sebentar untuk kembali mengatur napasnya. "Tapi, berhubung orangnya tidak sedewasa yang aku pikirkan, jadilah berakhir seperti ini. Kayaknya dia udah benci banget sama aku." jawab livia sembari memainkan kerikil kecil di dekatnya.
Bekerja dengan hubungan baik antar sesama karyawan dan bos adalah keinginan semua orang. Tak terkecuali dirinya, yang rela meninggalkan kampung halamannya demi mencari uang dan penghidupan yang layak. Namun, terkadang semua memang tak sejalan dengan apa yang kita inginkan. Semua yang berjalan di dunia ini pasti memiliki hambatannya masing-masing.
"Lo yang sabar ya Mbak, kita semua tahu kok kalau sebenarnya Bang Tian itu orang baik. Yah, mungkin nasib lo aja yang kurang beruntung saat dipertemukan sama dia." timpal Ulin mengusap pundak Livia pelan. Di matanya, Bastian memanglah orang baik yang sudah mau menganggapnya seperti adiknya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/311573790-288-k709768.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days (End)
RomantizmIni adalah kisah gadis bernama Livia Almahera bersama 365 harinya. Livia tidak mengira jika keputusannya menerima tawaran kerja di apotek akan membawa dampak besar terhadap hidupnya. Terlebih apa yang ia impikan untuk kuliah bisa terwujud. Ia menjad...