hallo, welcome again...🤗
apa kabar hari ini?😇
happy?😍
sad?🥲
siap baca part ini?🥳🥳🥳
jangan lupa tinggalin jejak ya guys...😎
~happy reading~
Hari-hari masih berjalan seperti biasanya. Udara panas khas pesisir pantai disertai hembusan angin menampar wajah Livia saat menyapu teras apotek. Ayu yang berjaga satu shif denganya sedang melakukan ibadah shalat. Hari ini pelanggan tampak sepi, hanya satu dua orang dan beberapa sales saja yang datang untuk meminta tagihan.
Baru saja Livia hendak melangkahkan kakinya masuk ke dalam, bising suara mobil angkot yang menderu dan berhenti mengalihkan perhatiannya. Seseorang yang ia kenal turun dari mobil dan memandangnya penuh senyum.
"Bapak!" Livia berteriak seolah tidak percaya dengan kehadiran seseorang yang selalu ia rindukan.
"Livia." Irawan langsung berjalan menghampiri Livia dengan sebelah tangan meneteng kardus.
Livia mencium tangan kanan ayahnya begitu bahagia. Wajah keduanya berseri, menandakan rasa rindu yang terpendam setelah sekian lama tidak bertemu.
"Kabar Bapak gimana? Ibu sama Radit baik kan?" tanya Livia usai mempersilakan Ayahnya duduk di kursi panjang depan apotek. Senyumnya senantiasa merekah seperti bunga di pagi hari.
"Siapa Liv?" tanya Ayu yang tiba-tiba datang dari dalam apotek.
"Mbak, kenalin, ini Bapak aku. Dia baru aja datang dari Bandung." jawab Livia memperkenalkan.
Ayu lekas berjalan menuju pintu samping dan menyalami Ayah livia dengan sopan.
"Liv, masuk ke dalam aja. Dibikinin minum." usul Ayu.
"Memangnya nggak apa-apa Mbak?" tanya Livia sedikit ragu.
"Ya nggak apa-apalah. Yang lain juga biasa gitu, kalo ada kerabatnya yang berkunjung pasti disuruh masuk." jelas Ayu.
Livia bangkit berdiri kemudian membimbing Ayahnya untuk masuk melewati pintu utama yang langsung mengarah ke dalam rumah. Dengan gesit, Livia lekas membuatkan teh hangat kesukaan ayahnya dan menyuguhkan beberapa camilan. Sebelum itu ia juga sudah meminta izin kepada Bastian dan teman-temannya yang sedang beristirahat di dalam kamar.
Kini keduanya tengah duduk lesehan berteduh di bawah pohon mangga sembari bercakap-cakap. Udara di sini cukup sejuk bila dibandingkan di depan apotek.
"Bapak belum jawab pertanyaan aku, gimana kabar Bapak dan keluarga di rumah?" Livia mengulangi pertanyaannya yang tadi sempat disela oleh Ayu.
"Baik, Liv. Alhamdulillah semuanya baik." balas Irawan sebelum meneguk lagi teh hangat buatan Livia.
"Alhamdulillah, Livia seneng dengernya, Pak." ujar Livia lega.
"Permisi," Bastian datang menghampiri keduanya, lalu menjabat tangan Ayah Livia dan menciumnya hangat membuat Irawan sedikit tersentak. Pasalnya selama ini belum pernah ada seorang lelaki asing yang mau mencium tangannya kecuali anaknya sendiri. Apalagi, perawakan pemuda itu sungguh mengagumkan. Selain sopan, ia juga ramah dan murah senyum. Pikirnya.
Livia sendiri sebenarnya juga bingung dan bertanya-tanya akan sikap Bastian yang jarang ia lihat. Kenapa ia tiba-tiba jadi baik? Pencitraan nih! batinnya berburuk sangka.
"Maaf sudah menganggu waktunya. Silakan diteruskan Liv," kata Bastian mempersilakan selesai berbincang-bincang sebentar dengan Ayahnya.
"Iya, Kak. Terima kasih." sahut Livia. "Eh, Kak, boleh minta izin keluar sebentar nggak? Mau ajak Bapak makan di luar aja sih, emm... di sekitar perempatan aja kok." pintanya sedikit memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days (End)
RomanceIni adalah kisah gadis bernama Livia Almahera bersama 365 harinya. Livia tidak mengira jika keputusannya menerima tawaran kerja di apotek akan membawa dampak besar terhadap hidupnya. Terlebih apa yang ia impikan untuk kuliah bisa terwujud. Ia menjad...