GOOD MORNING..... 🤗
APA KABAR???
LAMA YA GAK JUMPA HEHEHE....🤸♀️
UDAH SIAP BACA??
JANGAN LUPA VOTEE😡
~Happy reading~
Livia berjalan menuju kamarnya dengan langkah gontai. Sesekali gadis itu meregangkan kedua tanganya ke atas dan menggelengkan kepalanya ke samping kanan dan kiri. Sungguh hari yang melelahkan. Ia telah mengerahkan seluruh tenaganya untuk melayani pembeli yang berjubal. Ia tak habis pikir, jika waktu sore mendekati malam adalah waktu yang paling disukai para pelanggan untuk datang ke apotek.
"Liv, lo belajar yang bener dong! Jangan kayak tadi nanya melulu. Emang lo pikir gue di sini buat bantuin lo doang!" maki Dewi yang sudah terlebih dulu mandi dan berganti pakaian saat berpapasan dengannya di area dapur.
"Iya, Mbak, maaf."
"Lo kenapa sih jutek banget sama Livia? Bukanya itu udah jadi tugas lo sebagai senior paling lama di sini?" sanggah Dino yang sedang mengambil nasi hangat dari dalam macig com.
"Tapi dia itu ngerepotin! Ini yang gak gue suka kalau ada orang baru!" pekik Dewi, sementara itu Livia hanya bisa menghela napas pasrah mendengar keluhan Dewi.
"Nah, lo tahu dia orang baru. Ya pastilah dia masih bingung dan banyak nanya." bela Dino di tengah perdebatan. Matanya beralih melihat tumpukan ayam goreng yang ada di atas piring, mengabaikan wajah Dewi yang masam dan membuat nafsu makannya hilang.
"Iya, Mbak Dewi kenapa sih sewot gitu, kasian mbak Livia tahu! Kayak situ paling pinter aja!" bela Ulin yang mendadak muncul dari balik kamar mandi dengan wajah belepotan.
"Astaga! Ulin! Lo mau bikin gue mati muda?" seru Dino mengusap dadanya naik turun. Ulin sendiri hanya nyengir kuda mendapati raut Dino yang kaget karena masker wajah yang dia pakai.
"Mbak Dewi sabar sikit napa sih. Gue jamin, Mbak Livia itu gak akan lama-lama kok ngerepotin lo." tambah Ulin menjadikan hati Dewi semakin panas.
Dewi yang mendengar itu lantas berdecak kesal, "Dasar pengkhianat! Ngeselin!" umpatnya, lalu pergi dengan sepiring nasi berisikan dua paha ayam lengkap dengan sambal juga lalapan. Dino yang mengetahui kalau Dewi mengambil jatah ayam gorengnya langsung berlari mengejar.
Livia masih diam mematung diri di tempatnya dengan perasaan resah. Kilasan ingatan beberapa jam yang lalu kembali hadir menyesakki otaknya. Ia merasa sangat kesusahan melayani para pembeli dengan minim info hingga harus bolak-balik bertanya. Sementara teman- temanya yang lain dengan cekatan terus berinteraksi dengan pembeli dengan lihainya. Benar kata Dewi, kalau keberadaanya di sini hanya merepotkan.
"Sabar Mbak, gue dulu juga gitu. Jangan dimasukin ke hati kata-kata mbak Dewi." jelas Ulin mencoba menenangkan hati Livia. "Mandi sama ganti baju dulu gih terus makan."
Livia mengangguk dan tersenyum. Satu per satu kawanan yang sejak tadi berada di dapur bubar dengan jatah makanannya masing-masing. Sebelum beranjak, lagi-lagi Livia mendapati sorot tajam dari atas tangga tengah menatapnya lekat. Ia berhenti, menunggu sesuatu keluar dari bibir lelaki itu. Namun, karena terus diam tanpa berbicara apapun, ia memutuskan untuk segera pergi meninggalkanya.
Bima tersenyum menatap punggung gadis yang baru saja berlalu dari pandangannya. Ia merasakan angin sejuk menggelitik jantungnya pelan.
Jika emang lo penawar dari luka ini, apa mungkin gue bisa nolak? batinnya tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days (End)
RomantizmIni adalah kisah gadis bernama Livia Almahera bersama 365 harinya. Livia tidak mengira jika keputusannya menerima tawaran kerja di apotek akan membawa dampak besar terhadap hidupnya. Terlebih apa yang ia impikan untuk kuliah bisa terwujud. Ia menjad...