Bab 7 Es Krim

146 73 196
                                    

Welcome to my story...

Ketemu lagi nih sama aku.. N.jie...😆

Plis, jangan bosen ya...

Udah siap baca dan ramaikan?

Yuk pencet vote dulu...

Menurut kalian, siapa cast yang cocok

buat jadi

Bastian?

Livia?

Bima?

~HAPPY READING~

Setibanya di kamar, Bastian langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia bergegas menyalakan AC dengan suhu terdingin. Setengah jam berada di luar dan berdebat dengan Livia membuatnya sedikit naik darah. Ia bahkan berkali-kali menggelengkan kepala tak percaya bahwa gadis aneh itu baru saja menghinanya bahkan sampai menuduhnya seorang pencuri.

"Gila! Lo dapat dari mana sih pembantu model alien gitu?" tanya Bastian sewot.

"Dia bukan pembantu. Dia karyawan baru yang gue bawa dari alumni sekolah kita." jelas Bima memijit kepalanya yang masih pening.

"Apa?!" Bastian memekik tidak percaya. Seketika bangun dari tempatnya. "Lo serius tuh anak lulusan dari sekolah kita? Lo yakin dia yang bakal jaga di depan?" Bima yang sedang malas berbicara hanya mengangguk pelan.

"Gak! Gak! Gak! Gue gak setuju!" seru bastian keberatan. "Lo gak lihat penampilan dia? Pakai celana olahraga, kaos kebesaran, Rambutnya kusut, wajahnya nggak glow up. Astaga, gue gak bisa biarin ini terjadi. Apa kata orang kalau apotek terkenal ini punya karyawan model alien seperti dia." cicit Bastian berdecih sebal.

"HUUSSTT...." desis Bima. Pusing di kepalanya semakin bertambah karena ocehan Bastian yang tidak bisa berhenti. Bima mengambil sesuatu di atas meja dan melemparnya tepat ke arah lelaki yang ada di depannya.

"Tuh, lo lihat aja nilai ijazahnya. Awalnya gue juga ragu, tapi setelah lihat itu semua apa salahnya memberi dia kesempatan. Soal penampilan itu masalah gampang. Tinggal di make over aja kan bisa." tambah Bima mengungkapkan pendapatnya.

Meski enggan, Bastian tetap membuka berkas surat lamaran milik Livia. Matanya tak henti memindai semua angka yang tertera di atas lembar putih yang dikeluarkan resmi oleh negaranya. Sulit bagi Bastian untuk mempercayai gadis tengil sekelas Livia mempunyai prestasi yang gemilang seperti ini.

"Hahaha... ternyata dia lebih jago dari lo Bim," ledek Bastian menertawakan Bima yang kecerdasanya dikalahkan jauh oleh Livia.

"CK! Cuma beda kurikulum aja." sanggah Bima tidak terima.

"Papah yang nyuruh lo buat cari orang?" tanya Bastian mengintimidasi. Matanya langsung menatap Bima tajam.

"Lo mau minum apa biar gue ambilin." kilah Bima mencoba mengalihkan pembicaraan.

Bastian mengehela napas kasar. Kertas yang sejak tadi ada di tangannya ia lempar di atas meja.

"Tolong berhenti sampai di sini Bim. Cukup lo aja yang harus merasakan buah simalakama itu." peringat Bastian dengan wajah memerah.

"Sorry, gue cuma menjalankan perintah dari bokap lo. Dan itu gak ada hubunganya sama sekali dengan hidup gue." balas Bima datar. Sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pergi dan berbaur dengan teman-temanya di apotek.

365 Days (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang