Bab 5 OSPEK (Orientasi Penerimaan Karyawan)

199 95 354
                                    

Maap guys agak telat up,,

Udah pada tidur kah?

Atau masih begadang mikirin mantan?

Ckckck....

Pease! JustQ

Yuk, merapat. Aku bawa part seru nih...

dijamin nagih....

Siapin hati kalian,,,

Jangan lupa vote! Share n coment...



Angin sepoi berhembus menyibak daunan hijau pada pepohonan rindang yang kokoh. Hamparan padang ilalang terlihat menari menyambut suka cita cahaya jingga yang menjelang. Seorang anak lelaki tengah duduk sambil menikmati pemandangan yang ada di depannya dengan perasaan kalut. Perlahan, suara kicau burung datang mengisi kekosongan. Anak kecil itu berusaha menggerakkan pensilnya pada buku kosong yang ada di pangkuannya. Ia mulai menggambar objek burung yang ia lihat dengan imajinasinya. Sayangnya, tak berapa lama kawanan burung itu pergi dan hilang dari pandangan.

"Kakak kenapa sedih?" tanya seorang Gadis kecil kepadanya. Ia sedikit terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

"Burung yang mau aku lukis pergi."

Gadis itu terus menatapnya lekat dengan tersenyum, tak ayal membuat lelaki kecil itu juga ikut tersenyum ke arahnya.

"Kakak mau nggak lukis aku?"

"Memang boleh?"

Gadis kecil bergaun putih itu mengangguk senang, lalu berlari kecil menghampiri ayunan di bawah pohon. "Kakak... ingat aku baik-baik ya...." teriaknya kencang.

Anak lelaki itu mulai menggoreskan pensilnya untuk menggambar sketsa gadis kecil yang sedang bermain ayuanan. Senyumannya terlihat manis dan lucu. Namun, belum sempat lukisan itu selesai, bayangan gadis itu perlahan memudar, menjadi butiran debu yang menyatu dengan angin dan pergi entah ke mana.

Hampa dan sepi kembali mengisi hatinya. Anak lelaki itu berlari mencari keberadaan Gadis kecil yang baru saja ia temui. Ia menangisi kepergian pemilik senyum semanis gulali itu dengan ketidakrelaaan.

Bastian terbangun dengan napas tersengal. Ia melirik sekilas jam dinding yang baru menunjukkan pukul dua belas siang. Cuaca di luar tampak panas, sesekali hembusan angin datang menerpa gorden dari jendela yang terbuka.

Jantungnya berdegup kencang. Keringat dingin keluar membasahi dahinya. Ia berusaha mengingat mimpinya bersama gadis kecil yang kini menganggu pikirannya.

Tak lama, suara dering ponsel berbunyi. Bastian bergegas mengankat telepon itu dengan perasaan senang. Kedua sudut bibirnya terangkat menambah tingkat ketampanannya sepuluh kali lipat.

"Hallo, Gaga...."

"Hallo, juga sayang. Gimana kuliah kamu? Lancar?"

"Alhamdulillah, lancar. Kamu sendiri gimana kabarnya? Kapan balik Jakarta lagi?"

"Aku udah di Jakarta. Maaf, sengaja nggak kabarin kamu."

"Ih, jahat banget sih. Awas ya kalo nanti ketemu. Aku bilangin sama Tante kalo sekarang kamu nakal."

Bastian bangkit berdiri, lalu berjalan ke arah cermin memandangi wajahnya. Membenarkan rambutnya yang berantakan agar kembali rapi.

"Bilangin aja, paling Mama juga belain aku."

365 Days (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang