Bab 3 OTW Merantau

227 107 273
                                    

Selamat malam minggu eperibadiii....

Siap baca kelanjutan kisah Livia???

Udah siap dong,,,

Yuk, yuk... luangin waktu sejenak

Jangan lupa vote dan coment ya bestie...



Seperti anak kecil, Livia tengah melompat-lompat girang di atas kasur milik Stella. Ia tak peduli akan tatapan sang tuan rumah yang sedang memandangnya dengan tatapan sadis. Ia terus bernyanyi melantunkan lagu 'Ku Bahagia' milik Melly Goeslaw dengan suara sumbangnya penuh percaya diri.

Saat ini tidak ada yang boleh menghalangi dirinya untuk berekspresi. Titik!

"DALAM... HIDUP... INI... ARUNGI SEMUA CERITA INDAHKU... SAAT-SAAT REMAJA YANG TERINDAH, TAK BI... SA TERULANG... KUINGIN NIKMATI... SEGALA JALAN YANG ADA DIHADAPKU... KAN KUTANAMKAN CINTA TUK KASIHKU, AGAR KU BAHAGIA!" nyanyi Livia menggunakan sisir sebagai microfon.

"Livia, please, stop! Berhenti buat tempat tidur gue ambrol! Lo pikir ini trampolin apa?" teriak Stella berdecak kesal, lantas membuat gadis itu menghentikan aksinya.

"Iya, sorry. Habisnya aku lagi seneng banget La," ujar Livia lirih merasa tidak enak. "Maaf,"

Tak lama Stella datang mendekat kemudian berdiri sejajar di atas kasurnya.

"Gue bercanda kali," ujarnya. Ia terkekeh melihat raut Livia yang tiba-tiba berubah gundah. Ya, tadi ia memang sengaja mengerjainya. "Ya udah, kita nge-dance lagi aja. Gak papa kasur gue jebol, kan nanti bisa minta ganti rugi sama lo." lanjut Stella tertawa puas.

"Ih, apaan sih, belum apa-apa udah malakin aku."

"WHATEPER! I DON NO AND I DON KER!" ujar Stella penuh semangat. Keduanya lalu kembali bernyanyi dan menari sesuka mereka.

Livia lega, akhirnya, kesabarannya selama ini membuahkan hasil. Meski sebenarnya, ia juga tidak yakin dengan pekerjaan barunya itu. Namun, ia sudah bertekad akan berusaha dan berjuang semaksimal mungkin.

"La, makasih ya, kali ini kamu beneran udah jadi malaikat buat aku." ujar Livia tersenyum. Ia merebahkan badannya sambil memandang langit-langit kamar Stella yang luas karena kelelahan.

"Iya, sama-sama Liv. Gue seneng kok bisa bantuin lo, bantu Kak Bima juga." jawab Stella asyik menatap layar ponselnya.

"Kak Bima itu siapa sih? Yang punya apotek ya?" tanya Livia penasaran.

"Gak paham gue, mungkin iya mungkin juga enggak. Tapi yang gue tahu, dia itu keren kayak oppa-oppa yang sekarang gue lihat." balas Stella histeris. Matanya yang binar tak henti memandangi deretan artis korea di akun Instagram miliknya.

"Ah, biasa aja sih kalau menurut aku. Atau, jangan-jangan kamu suka ya sama dia?"

Stella tersenyum sipu, ia menoleh ke arah Livia dengan pandangan malu. "Ya sukalah, gila apa ada cowok setampan dia gak gue taksir."

Mendengar itu, sontak membuat perut Livia terasa digelitik hingga tak kuasa menahan tawa. "Pantes aja Genta kamu tolak."

"Tunggu, jangan bilang lo juga suka sama Kak Bima?!"

"No! I don't like him!" tekan Livia.

"Why?"

"Soalnya dia itu tua banget, bukan tipe aku. Aku tuh lebih suka sama cowok yang fresh dan sejajar sama kita. Stella, plis deh, selera kamu itu nggak banget." ejek Livia dengan sisa tawa di bibirnya.

365 Days (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang