Bab 23 Meet Up

125 54 345
                                    

Hallo semua....

Siap baca dan ramaikan part ini?

Yuk... yuk... merapat

Mumpung masih anget nih

-Happy Reading-

Sore itu kota Bandung sedikit mendung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu kota Bandung sedikit mendung. Rintik gerimis perlahan mulai turun membawa aroma petrikor yang menenangkan. Livia menikmati moment ini dengan hati penuh suka cita. Dari balik jendela kamarnya, kilas balik kehidupan yang sudah bertahun-tahun ia jalani seolah diputar kembali. Livia yang yang dulu mengenakan seragam TK, SD, SMP dan terakhir memakai pakaian putih abu-abu berputar bak film lawas yang akan selalu terkenang di memorinya. Serpihan rasa sakit dan pahit yang selama ini mengiringi langkahnya juga perlahan menguap dan hilang begitu saja.

Sejak Livia tiba di rumahnya, sikap dan perilaku sang Ibu sedikit berubah. Tanpa terasa bulir-bulir kecil yang jatuh dari sudut matanya membasahi pipi. Sungguh, Livia belum pernah merasakan kehangatan seperti ini. Hati ibunya yang melunak penuh kasih sayang berhasil mengobati rindunya.

"Liv," panggil Gayatri saat memasuki kamar putrinya pelan. Livia yang kaget buru-buru mengusap pipinya yang basah.

"Eh, Ibu, ada apa?" jawab Livia tersenyum.

"Kemarin ada temen kamu yang ke sini, dia nitip jaket almameter sekolah sama nganter undangan. Katanya, kelas kamu mau ngadain reuni." jelas Gayatri memperhatikan anak gadisnya lekat. Dengan cepat, Livia menerima godie bag yang diserahkan Ibunya dan segera membaca undangan tersebut. "Cowok. Namanya Revan. Orangnya ganteng, baik dan ramah."

"Ibu serius Revan datang ke sini? Dia gak bicara yang aneh-aneh kan Bu?" Livia terkejut mendengar penuturan Ibunya. Ia takut sesuatu yang tidak ia inginkan terjadi.

"Dia cuma bilang udah temenan lama sama kamu. Katanya kalau di sekolah kalian juga suka belajar bareng dan bantuin tugas guru." jelas Gayatri membuat Livia bisa bernafas lega.

"Kamu habis nangis?" tanya Gayatri membuat Livia tersentak.

Livia menggelengkan kepalanya kuat, "Nggak kok. Tadi ada sedikit debu aja yang masuk ke mata Livia." kilahnya, kemudian menunduk kembali melanjutkan aksinya membaca undangan.

"Maaafin sikap Ibu selama ini, Liv,"

Kalimat yang baru keluar dari mulut Ibunya berhasil membuat Livia tertegun. Ia memang sedang tidak salah dengar, detak jantungnya berdegup sangat kencang saat mendengar penuturan Ibunya yang tiba-tiba dan bernada tulus. Bukan caci maki atau bentakan yang selama ini selalu ia terima.

"Maafin Ibu yang selalu menyakiti kamu dengan kata-kata kasar. Maafin Ibu yang egois dan selalu menuntut kamu. Maaf, karena selama ini Ibu tidak pernah menyayangi kamu sepenuh hati Ibu." ujar Gayatri dengan suara bergetar menahan isak. Air mata perempuan itu juga sudah jatuh berlinang.

365 Days (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang