Bab 28 Sebuah Ancaman

128 57 313
                                    

Welcome to my story....🤗

Siap baca part ini??😂

Pelan2 aja... part agak panjang🤭

Semoga puasss deh,🥳

Capa yang kangen sama Bastian? Nih, ku

Spill aura gantengnya...😍

~Happy reading~

"Pagi, Ma," sapa Bastian pada Ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi, Ma," sapa Bastian pada Ibunya. Lelaki itu berjalan mendekati meja makan sembari menggulung lengan kemejanya ke atas dan duduk. Senyum dari bibir cowok itu terbit saat menatap menu hidangan yang beraneka ragam di atas meja. Tepatnya pada salah satu jenis makanan yang jarang ia suka tapi pernah memberinya kesan mendalam. Lele goreng.

Bastian mengambil sebuah lele lengkap dengan sambal dan lalapan lalu meletakkannya di atas piring yang sudah berisi nasi.

"Enak, Ma" komentar Bastian setelah menyantap masakan yang dibuat Ibunya. Ingatanya seperti ditarik untuk mengingat peristiwa di rumah Livia kala itu.

"Tumben kamu makan lele? Bukannya gak suka ya?" tanya Rifa-Ibu Bastian heran. Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu ikut duduk menemani putranya sarapan.

"Bukan nggak suka Ma, tapi males aja. Kalo hari ini Gaga lagi gak males makan lele." timpal Bastian memberitahu. "Papa udah berangkat?" tanyanya basa-basi. Ia sadar pertanyaan itu ia lontarkan hanya untuk formalitas saja. Bastian tidak mau menyakiti hati Ibunya karena dianggap terlalu cuek dan tidak peduli terhadap Ayahnya.

"Sudah." jawab Rifa masih memandang wajah putranya dalam. "Kamu kenapa sih, Mama perhatiin dari kemarin aura kamu ceria banget. Pasti ada sesuatu yang kamu sembunyiin dari Mama, ayo ngaku."

"Apa sih Ma, pengen tau aja urusan anak muda." Wajah Bastian bersemu merah menahan malu.

"Pagi Ma... pagi Gaga,"

Bastian dan Rifa serentak menoleh menatap kehadiran seseorang yang baru saja ikut bergabung di meja makan. Perempuan muda itu duduk di samping Bastian. Mengambil sepotong roti bakar sebagai menu sarapan paginya.

"Tumben belum berangkat, Kak?" tanya Bastian pada Sinta yang masih terlihat mengantuk.

"Gara-gara datang ke pesta kamu ini. Kakak jadi izin berangkat siang deh. Hm, lebih tepatnya gara-gara Mama yang maksa aku." gumam Sinta menyalahkan Ibunya.

"Sinta... jangan mulai deh," tegur Rifa memberinya pelototan tajam. Sementara yang ditatap hanya diam sambil sesekali terkekeh pelan. "Ulang tahun Gaga itu cuma setahun sekali. Apa salahnya kita memberinya kejutan. Bukannya Mama juga begitu kalau giliran kamu ulang tahun."

"Diem, Kak. Kamu mau Mama ceramah dari sekarang sampe ntar subuh?" Bastian mencoba memperingatkan Kakanya sambil berbisik.

"Iya, Ma, iya...." putus Sinta memilih menuruti nasihat Bastian. "Ma, bukannya Mama mau nitip ke Gaga buat nuker gelang yang Mama beli kemarin. Nih, mumpung orangnya masih ada." celetuknya.

365 Days (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang