Haloha.....🤗
Malam ini aku mau update nih,😇
Yang ada notip dan belum tidur
Bantu ramaikan ya...🥳🥳
Semoga suka deh sama part ini🥰🥰
Bastian cowok Sial~an.... 🤣
~Happy Reading~
Livia duduk di dalam mobil Bastian dengan perasaan ragu dan cemas. Bima yang menyuruhnya untuk masuk duluan karena udara malam yang dingin. Lima menit yang lalu, cowok itu juga sudah pergi meninggalkanya di parkiran setelah sebelumnya berpamitan. Tak lama, Bastian datang membuka pintu dan duduk pada kursi kemudi membuat jantung Livia berdebar kencang.
"Pakai sabuk pengaman lo!" perintah Bastian. Cowok itu hanya meliriknya sekilas melalui sudut matanya yang tajam. Senyum hangat yang hendak Livia suguhkan perlahan memudar.
Livia melakukan apa yang dititahkan Bastian dengan gusar. Hatinya tersentak kala mendengar nada bicara cowok itu kembali ketus dan dingin.
Di sepanjang perjalanan pun keduanya sama-sama diam. Suasana hati Bastian berubah kacau setelah melihat kejadian Bima yang menyatakan perasaannya pada Livia tak jauh dari parkiran tadi. Kini, ia sedang berusaha menahan amarahnya dengan tidak mengajak gadis itu bicara. Ia takut akan lepas kendali dan menimbulkan debat yang berujung luka.
Berbeda dengan Livia, isi kepalanya terus-terusan berisik menerka perubahan sikap Bastian padanya. Baru kemarin cowok itu menyatakan perasaannya sampai membuatnya terbang sampai langit ke tujuh. Namun, kini apa yang dilakukannya tak jauh beda seperti orang yang menjadikan hatinya sebuah mainan. Sesak dan sakit. Itulah yang sedang gadis itu rasakan.
Livia akhirnya bisa menghirup udara bebas setelah menginjakkan kembali kakinya di depan apotek. Bastian memang sengaja memarkirkan mobilnya di luar. Ia tidak ingin menganggu teman-temanya yang sudah tidur dengan suara bising mobilnya.
"Liv," panggil Bastian menghentikan langkah kaki Livia. Cewek itu membalikkan tubuhnya, menatap Bastian yang masih bersandar pada samping pintu mobil dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana.
"Apa?" sahut Livia malas.
"Ambilin gue minum." Livia menghela napas panjang. Kesal dengan sikap Bastian yang kembali bertindak semene-mena terhadapnya. Ia pikir Bastian akan mengatakan sesuatu yang penting atau sekadar meminta maaf atas perlakuannya.
"Ambil sendiri. Aku bukan pembantu kamu." jawabnya lelah.
Bastian tersenyum remeh, niatnya ingin menggoda malah dibalas wajah sendu gadis itu.
"Lo kenapa? Udah berani lo ngebantah perintah gue?"
Livia berjalan beberapa langkah mendekati Bastian. Kini, posisinya sudah ada di depan cowok sialan yang baru saja melukai hatinya. Livia tidak bisa dipermainkan seperti ini. Ia bukan barang yang gampang dibuang dan dibutuhkan semaunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Days (End)
RomanceIni adalah kisah gadis bernama Livia Almahera bersama 365 harinya. Livia tidak mengira jika keputusannya menerima tawaran kerja di apotek akan membawa dampak besar terhadap hidupnya. Terlebih apa yang ia impikan untuk kuliah bisa terwujud. Ia menjad...