Bab 33 Usai

224 52 309
                                    

Hallo guys...🤗

Alhamdulillah, wasyukurilah..akhirnya aku bisa tamatin cerita ini😇

Yeee... seneng banget rasanya🥰

Maaf ya, jika banyak salah kata yg mungkin tidak sesuai🙏

Teima kasih sudah bantu suport🙏

Sudah menjadi bagian dari perjalanan kisah ini🙏

Pokoknya i love u my readers🥰

Sehat2 ya...😇

Sampai ketemu di cerita aku selanjutnya

Bye-bye..... see you..👋👋👋👋

~Happy Reading~

Hari-hari keberangkatan Livia ke Surabaya tinggal menghitung hari. Seminggu ini ia sudah berada di rumah untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya. Ia juga sudah berpamitan dengan rekan-rekan apoteknya karena tidak akan kembali ke sana. Ia akan berangkat ke Surabaya menaiki kereta api dari stasiun Kiaracondong. Sebelum berangkat, Livia benar-benar melakukan persiapan dengan matang. Hanya satu yang kini masih mengganjal di hatinya. Bastian. Sampai saat ini ia belum mendengar kabar lelaki itu. Nomor ponselnya juga tidak pernah aktif. Apa yang sebenarnya terjadi pada Bastian? Apa benar cowok itu sedang baik-baik saja? Livia tak henti memikirkan itu semua. Meski tidak bisa bertemu, Livia ingin mendengar suaranya sekali saja. Ya, ia rindu.

"Sudah selesei, Liv, beres-beresnya?" Livia yang sedang melamun seketika tersadar. Ia menyambut kedatangan Ibunya yang membawakan segelas susu sembari tersenyum hangat.

"Sudah Bu,"

"Kenapa? Ibu perhatikan sepertinya kamu lagi sedih. Mau cerita sama Ibu?"

Livia menggelengkan kepalanya pelan kemudian tersenyum lagi. Ia tidak mau membuat Ibunya cemas dan khawatir saat akan jauh darinya.

Livia duduk di tepi ranjang dan meneguk minumannya ditemani sang Ibu. Gayatri yang duduk di sampingnya terus memperhatikan Livia sambil mengusap rambut putrinya lembut. Bahkan, tanpa disadari ia menitikkan air mata membuat Livia yang melihatnya jadi sedih.

"Kamu bahagia, Nak?" tanya Gayatri mengusap air mata di pipinya.

"Bu, kebahagiaan Livia itu ada pada Ibu. Kalau Ibu bahagia, Livia jauh lebih bahagia Bu. Ibu bahagia kan?"

Gayatri mengangguk dan tersenyum. "Ibu bahagia Nak, Ibu bangga sama kamu. Terima kasih sudah mewujudkan impian Ibu. Maaf kalau selama ini Ibu tidak pernah mempedulikan kamu."

"Sudah Bu, Ibu jangan sedih lagi ya. Livia mana bisa pergi kalo Ibu nangis kayak gini. Ibu doain Livia aja terus. Semoga Livia selalu sehat dan bisa belajar tanpa halangan. Ibu mau kan foto wisuda bareng Livia?" Livia terus tersenyum memandang Ibunya yang tersedu. Selain ingin menghibur Ibunya, ia juga sedang berusaha menyembuhkan luka di hatinya sendiri. Ya, Livia akan pergi sembari membawa segala kenangan tentang Bastian bersamanya.

****

Sudah hampir satu bulan Bastian hanya berdiam diri di dalam kamar. Ia sama sekali tidak melakukan aktifitas apapun selain tidur, membaca buku dan bermain PS. Ia akan keluar kamar saat ingin makan dan beraktifitas seperlunya. Selebihnya, ia akan kembali mengurung diri.

Hidup lelaki ibu benar-benar kacau. Aksi perang dinginnya bersama Bara sampai saat ini masih belum berakhir. Meski tinggal dalam satu rumah, ia enggan sekali untuk bertemu dengan Ayahnya.

365 Days (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang