Sister In Law (d)

55.2K 629 4
                                    

Tiga bulan sudah berlalu sejak kejadian di rumah utama yang disaksikan oleh Nana sendiri. Selama tiga bulan ini pun banyak yang terjadi dalam kehidupan Nana. Bahkan tidak pernah terpikir oleh Nana kalau wanita itu sudah menjadi seorang istri. Lagi.

Ya, sebulan yang lalu Tama melangsungkan pernikahan dengan Nana. Dan kini mereka memilih tinggal di apartemen milik Tama, untuk sementara waktu. Tama sudah menyiapkan rumah untuk mereka tinggal, namun masih proses pengerjaan.

Juna sendiri, pria itu membuka usaha untuk membiayai kehidupan keluarganya. Namun Bunda dan Ayah tidak pernah lupa untuk berkunjung ke rumah putra sulung mereka saat weekend.

Setelah Tama dan Nana menikah, Bunda dan Ayah memilih pindah ke luar negri, namun tetap meluangkan waktu untuk mengunjungi kedua anaknya.

"Nana?" Nana tersentak merasakan tepukan di bahu wanita itu.

Tama, sang pelaku, pria itu tersenyum melihat wajah Nana yang menurutnya menggemaskan.

"Kenapa?"

"Kamu."

"Aku? Kenapa?"

"Melamun. Kenapa sih?" Wanita itu tidak sadar kalau sejak tadi melamun sambil menatap buku di hadapannya.

"Gak kok." Tama menarik bahu Nana untuk merapat padanya.

"Mikir apa?" Nana menggeleng. Menutup buku bacaannya lalu meletakkan kepalanya pada dada Tama.

Astaga! Nana tidak pernah berpikir akan menikah lagi, apalagi yang menjadi suami wanita itu adalah Tama, yang dulu adalah Adik Iparnya.

"Alasan kamu ke luar negri, kenapa?" Nana teringat akan perkataan Bunda kalau Tama begitu bahagia saat menikah dengan Nana. Bunda tidak menjelaskan lebih detail alasan kenapa Tama begitu bahagia saat menikahinya, wanita paruh baya itu hanya tersenyum.

Dan lagi, Nana juga heran, kenapa di hari bahagia Juna, Kakak Tama, Tama sendiri tidak ada disana. Yang Nana dengar, Tama sedang melanjutkan studi saat itu.

"Kok tiba-tiba?" Kepala Nana mendongkak, wanita itu dapat melihat rahang tegas Tama.

Tiba-tiba Nana menelan ludah. Bentuk rahang Tama sangatlah indah, apalagi dapat melihat dengan sedekat ini membuat Nana semakin berpikir aneh.

"Ya, kan waktu itu Juna menikah. Kamu, Adiknya, kok gak ada di saat Juna nikah." Tama tersenyum. Mungkin sudah saatnya berterus terang pada Nana.

Kedua lengan Tama lalu memeluk Nana dari belakang, mendekap erat wanita itu.

"Mau tau alasan jelasnya?" Nana bergumam pelan. Pelukan Tama memang tidak sampai membuat dirinya sesak, namun, berdekatan dengan pria sedekat dan seintim ini membuat Nana salah tingkah.

"Aku memang melanjutkan studi, tapi alasan jelasnya adalah... kamu." Mata Nana menyipit, keningnya mengerut.

"Aku?" Tunjuk wanita itu pada dirinya sendiri.

"Iya. Kamu."

"Kenapa sama aku?"

"Karena aku gak mau hancur saat liat kamu menjadi istri Juna. Kamu tau kenapa?" Nana hanya diam. Nana tau apa yang dimaksud oleh Tama, namun wanita itu tidak ingin tebakannya adalah jawaban kebenaran dari Tama.

"Karena aku cinta sama kamu." Ucapan itu seakan tidak ingin menghilang dari kepala Nana. Mendengar langsung jawaban dari Tama membuat Nana merasakan perasaan yang bercampur aduk.

"Kenapa?"

"Karena aku jatuh cinta pada pandangan pertama, dan itu kamu." Tama kembali mengingat saat dulu. Di mana dirinya yang tidak sengaja melihat Nana bekerja di toko kue. Saat itulah Tama merasakan cinta untuk pertama kali. Dan pada pandangan pertama.

𝐒𝐡𝐨𝐫𝐭 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 ( 𝗘𝗻𝗱)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang