Step Brother (c)

27.7K 428 5
                                    

ᴜᴘᴅᴀᴛᴇ!!!

ᴜɴᴛᴜᴋ ᴀʀɢᴇɴᴛɪɴᴀ ʏᴀɴɢ 𝟸:𝟶





.・゜゜・ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ.・゜゜・







Jane menatapnya. Dibalik kaca, keindahan malam kota tempatnya dulu tinggal. Dua hari lalu dirinya dan Dito sudah kembali ke kota, tempat di mana Michael dan Jane dulu menghabiskan waktu bersama sebelum insiden Michael dan Sisil terjadi.

Tangan Jane menyentuh kaca besar itu. Seakan menggapai sesuatu yang sebenarnya akan jadi miliknya. Dia, Michael. Sang Kakak angkat yang membuat Jane merasakan jatuh cinta pada orang yang salah.

Michael, seorang hero yang selalu melindungi Jane dari apapun. Bahkan tidak pernah membuat Jane menangis. Namun, cinta pertama dan kesakitan pertama yang Jane rasakan, berawal dari pria itu sendiri.

Jane menarik nafasnya dengan kasar. Tidak boleh lemah hanya karena kembali memikirkan pria itu. Dua tahun sudah dirinya berusaha membuang bayang-bayang Michael, tidak boleh ada celah untuk pria itu kembali padanya setelah Jane dengan susah payah mengubur sosok pria itu.

"Jane." Jane kembali menarik nafas. Berbalik badan untuk menatap Dito yang sudah rapi dengan pakaian dokternya.

"Aku dinas malam. Maaf, makan malam hari ini aku gak sempat masak." Jane mengangguk. Mendekat pada Dito kemudian memeluk pria itu.

"Hm, gak apa. Aku bisa masak nanti." Dito mengangguk. Meregangkan pelukan Jane kemudian mengecup kening wanita itu.

"Aku pergi dulu." Pamit Dito kemudian tersenyum hangat pada Jane.

"Hati-hati."

***

Siang itu Jane sedang memasak di dapur. Menggoreng pisang untuk dijadikan kripik. Makanan kesukaan Jane. Namun dengan tiba-tiba sebuah lengan kekar melingkar pada perut Jane.

Jane menolehkan kepalanya ke belakang. Menangkap sosok Dito di sana dengan senyuman khasnya.

"Malam nanti, gak usah masak. Aku dapat undangan makan malam diluar." Dahi Jane mengerut. Kembali memusatkan pandangannya pada wajan gorengnya.

"Undangan apa?" Dito mengendus lekukan leher Jane kemudian bergumam di sana.

"Anniversary pernikahan salah satu teman dokter." Jane mengangguk. Mematikan kompornya kemudian menarik Dito untuk menuju ruang tamu.

"Aku punya sesuatu yang mau ditanya ke kamu." Dito menatap Jane kemudian mengangguk.

"Sebentar." Mata Dito mengikuti Jane yang masuk ke kamarnya lalu kembali dengan membawa sesuatu di tangan wanita itu.

"Ini." Dito menatapnya dengan bibir mengatup rapat.

Meihat diamnya Dito, Jane hanya mendesah kasar. Jane kemudian duduk di samping Dito, mengambil map yang ada di tangan Dito kemudian membukanya.

"Enam bulan lalu ya?" Tanya Jane tanpa perlu jawaban dari Dito. Mata Jane bergerak menatap beberapa foto yang ada dalam map tersebut. Pun dengan beberapa kalimat penjelasan yang terdapat di bawah foto.

"Dito." Dito memeluk Jane. Mengucapkan kata maaf berulang kali pada wanita itu.

"Sekarang, aku ingin semua ini berakhir." Dito menggeleng. Semakin mengeratkan pelukannya pada Jane.

"Gak! Aku gak mau, Jane. Pelase, maafkan aku." Jane melepaskan pelukan Dito, menatap wajah pria itu yang sangat kacau.

"Sisil punya anak, Dito. Aku gak mau kamu jadi pria yang gak bertanggung jawab." Dito menggeleng. Menatap map yang ada di tangan Jane, merampasnya kemudian merobeknya menjadi serpihan kecil.

𝐒𝐡𝐨𝐫𝐭 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 ( 𝗘𝗻𝗱)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang