Fina buru-buru mengetuk pintu kayu besar di hadapannya begitu mendapat kabar kalau sang atasan menunggunya di ruangan. Padahal Fina baru memasuki kantin, tapi sudah harus kembali karena mendengar kabar tersebut.
Begitu mendengar seruan dari dalam, Fina mendorong pintu besar tersebut. Masuk ke dalam ruangan sang atasan. Di dalam, Fina mendapati Bayu, sang atasan duduk di kursi kebesarannya dengan kedua tangan menopang dagu. Dan juga, bawah datar itu membuat Fina dilanda rasa gugup.
"Bapak manggil saya?" Bayu mendongkak. Tatapannya memindai tubuh Fina sebelum bibirnya membentuk satu garis lurus.
"Berapa tahun kamu kerja di sini?" Fina menarik nafas sebelum menjawab pertanyaan Bayu.
"Tiga tahun, Pak."
"Baca itu!" Dua buah dokumen di lempar kearah Fina. Bahkan wanita itu tidak melihat pergerakan Bayu yang begitu cepat. Alhasil kedua dokumen itu jatuh berserakan di lantai. Fina menguatkan diri untuk tidak mengumpati Bayu, wanita itu lalu berjongkok, memunggut dokumen tersebut.
"Berapa kali harus saya jelaskan, Nona Fina?" Fina tau dirinya salah karena tidak memeriksa dokumen yang diberikan divisi pemasaran sebelum wanita itu memberikannya pada Bayu.
Bayu adalah orang yang teliti juga disiplin. Satu kesalahan saja, bisa membuat Fina terkena amukan meskipun bukan kesalahan wanita itu. Dan Fina, entah kenapa memilih bertahan menjadi sekretaris pria itu selama tiga tahun ini.
"Maaf." Hanya itu yang bisa Fina katakan dan membungkukkan badan untuk memohon maaf kepada sang atasan.
Bayu menyeringai. Bangkit dari kursi kebesarannya lalu mendekat pada Fina.
"Perbaiki, sebelum jam satu." Bisik Bayu di telinga Fina lalu keluar dari ruangannya.
Fina mendesah. Menatap jam yang melingkar di pergelangannya. Wanita itu hanya memiliki waktu setengah jam, dan lagi Fina belum istirahat untuk mengisi perutnya. Bayu benar-benar atasan yang kejam.
***
Fina mendesah kasar begitu selesai meregangkan otot kedua lengannya. Melirik jam, Fina tersenyum. Pukul lima sore dan wanita itu sudah menyelesaikan semua pekerjaan. Wanita itu kemudian membereskan meja kerjanya sebelum pulang untuk mengistirahatkan tubuh.
"Mau ke mana?" Pertanyaan dengan suara khas itu membuat Fina mendongkak. Menatap Bayu yang berdiri di pintu ruangannya.
"Pulang, Pak." Sebelah alis Bayu terangkat, pria itu bersedekap menatap Fina.
"Pekerjaan saya sudah selesai." Lanjut Fina karena tau Bayu tidak mungkin membiarkan dirinya pulang tanpa kejelasan dari Fina.
"Siapa yang bilang?" Dahi Fina mengerut. Semua pekerjaan untuk hari ini sudah dikerjakan oleh wanita itu. Bahkan untuk menyusun ulang jadwal Bayu, Fina sudah menyelesaikannya.
"Saya, Pak. Tugas terakhir dari Bapak, menyusun kembali agenda Bapak untuk besok. Saya sudah menyelesaikannya."
"Kamu lembur!" Bayu tersenyum mengejek setelah mengucapkan dua kata tersebut. Fina terdiam, memandang punggung Bayu yang kembali masuk ke dalam ruangan pria itu.
"Sialan!" Umpat Fina dengan pelan. Wanita itu bahkan belum mengisi perutnya sejak siang tadi, dan Bayu lagi-lagi membuat dirinya harus mengunakan tenaga extra untuk menghadapi pria itu.
Fina mendesah kasar, ingin sekali berkata kasar di depan Bayu. Namun, wanita itu masih menyayangi pekerjaannya. Mengatai Bayu di depan pria itu sama saja membuat dirinya menjadi gelandangan.
Dua jam kemudian Fina berteriak kesal. Harusnya wanita itu sudah pulang pukul delapan tadi. Namun, Bayu, sang atasan lagi-lagi membuatnya harus bekerja di luar jam kerja wanita itu. Bayu kembali menambahkan pekerjaan untuk Fina.
Dan pria itu dengan seenaknya sudah lebih dulu pulang lima belas menit lalu. Fina meraup udara di hadapannya, memukul kesal udara.
"Gue pesan makan deh." Fina lalu membuka ponsel untuk mencari aplikasi pesanan online. Wanita itu memesan makanan sebelum benar-benar terkena penyakit karena seharian perutnya belum terisi apapun.
Setengah jam kemudian pesanan wanita itu datang. Setelah membayar lebih karena sang kurir sudah mau direpot kan malam-malam begini, Fina lalu melahap makanannya.
Setelah kenyang, wanita itu kembali melanjutkan pekerjaannya. Menyelesaikan secepat mungkin sebelum larut malam.
Fina menatap ponselnya begitu layar benda tersebut menyala dan menampilkan notifikasi. Karena penasaran, Fina membuka ponselnya.
"Astaga!" Fina berteriak lalu menutup mulutnya. Salah satu bacaan wanita itu ternyata sudah update.
Fina meletakkan ponselnya. Kembali pada layar komputer di depannya. Wanita itu harus menyelesaikan lebih dulu pekerjaan dari Bayu sebelum membaca komik.
Lima belas menit kemudian Fina sudah menyelesaikan pekerjaannya, wanita itu membereskan meja kerjanya lalu kembali membuka ponselnya.
"Duh, gak sempat ini." Ucap wanita itu. Seakan tersadar, Fina kembali duduk di kursi kerjanya. Menatap ke sekeliling untuk memastikan bahwa hanya ada dirinya di lantai tersebut. Setelah memastikan tidak ada orang lain, Fina membuka notifikasi tadi.
Wanita itu tersenyum. Fina kemudian mulai menyingkap rok wanita itu sampai berkumpul satu pada pinggangnya. Kedua kaki jenjang dan mulus miliknya lalu terangkat ke atas meja kerja. Fina melebarkan pahanya, salah satu tangannya kemdian menyentuh pusat tubuh wanita itu.
Matanya terfokus pada layar ponsel yang ada di hadapannya, sedangkan jemari wanita itu mulai bermain di bibir bawah miliknya.
Fina lalu larut dalam kegiatan wanita itu sampai beberapa menit kemudian wanita itu mendesah dengan lantang karena telah menuntaskan sesuatu yang tidak bisa ditahan olehnya.
"Ah..."
Bayu menyeringai melihat layar komputer pria itu. Fina pikir, pria itu sudah pulang, namun ternyata Fina salah. Bayu kembali ke kantor saat wanita itu sibuk dengan pekerjaannya.
