Chapter 24

3.9K 519 45
                                    

VOTE
&
Komennya

*****

Lisa POV

Satu persatu, memori ingatanku semuanya sudah kembali, bukan hanya tentang Jennie, melainkan tentang Rosé.

Lebih tepatnya lagi, aku mengingat jelas bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi, hari sebelum kecelakaan, aku merayakan anniversary ku dengan Rosé yang ke empat tahun, tetapi Rosé tidak seantusias seperti biasanya, wajahnya terlihat murung, namun dia mengatakan bahwa dia baik-baik saja.

Mungkin karena pertengkaran hebat yang sebelum nya terjadi, kami hampir putus karena Rosé ingin mengatakan bahwa nilai ujiannya turun drastis dan kedua orangtuanya marah besar padanya dan tentu saja aku mengatakan tidak padanya, aku menolaknya karena aku sangat mencintainya.

Keesokan paginya, aku mengajaknya untuk makan malam bersama, tentu saja bukan tanpa alasan, aku sudah membelikan cincin sebagai tanda bahwa aku akan melamarnya, dia mengatakan bahwa dia akan datang, namun saat menjelang malam tiba, dia sama sekali tidak bisa ku hubungi, aku berusaha untuk tetap menghibur diriku sendiri dan terlihat bahagia, karena bagaimanapun, kami baru saja merayakan anniversary ke empat tahun, aku tetap bersiap untuk pergi ke restoran, saat itu aku berhenti disebuah toko bunga, aku ingin membelikan bunga untuknya sebelum kami bertemu nanti.

Aku mengecek ponselku lagi, tetapi dia belum membalas pesanku, aku mencoba menghubunginya dia juga tak kunjung menjawab panggilanku, aku tetap berpikiran positif, mungkin dia juga sedang bersiap, aku tersenyum pada diriku sendiri dan melangkah turun dari mobilku, karena aku berkali-kali mengecek ponselku saat menyebrang, aku tidak melihat ada sebuah truck yang sedang melaju cukup cepat, ya disitu lah aku mendapat kecelakaanku.

Karena aku terlalu sibuk memikirkannya, hingga aku tidak terfokus pada jalan dan akhirnya aku kecelakaan.

Itulah yang sebenarnya yang terjadi.

Tetapi, ini semua bukan salahnya, aku juga tidak bisa menyalahkannya, justru kecelakaan itu membuatku melupakannya dan bertemu dengan Jennie, jahatkah aku bila aku menyebutnya sebagai takdir? Karena jelas-jelas, Rosé masih milikku dan aku mencintai orang lain selain dirinya, aku tidak tahu harus bagaimana, pada intinya, aku tidak bisa menyalahkan siapapun atas semua yang terjadi.

Karena Rosé maupun Jennie, keduanya hanya korban karena ingatanku.

"Aku minta maaf atas semuanya, aku melakukan ini karena aku tidak ingin kau pergi meninggalkanku dan kembali dengan Jennie." Suara Rosé memecahkan lamunanku, aku masih terduduk merenungi semua yang telah terjadi.

"Aku mengingat semuanya, Chaeyoung-ah. Aku bahkan ingat bahwa sebelum anniversary itu mau sempat ingin memutuskanku, bahkan besok malamnya kau juga tidak ada kabar, aku terlalu memikirkanmu dan aku tertabrak setelah itu." Aku terkekeh dan menghapus airmataku yang berderai di pipiku.

Aku merasakan telapak tangannya yang dingin dan berkeringat menyentuh tanganku. "Maafkan aku, saat itu orangtuaku melarangku untuk pergi bersamamu, dia mengambil ponselku dan aku tidak bisa memberimu kabar." Ucapnya dengan suara yang pelan.

"Kau selalu saja seperti itu, ketika orangtuamu melarangmu, kau tidak mencoba berjuang, kau tahu bagaimana perasaanku malam itu? Aku bahkan mencoba berpikir positif bahwa kau tetap akan datang, untung saja aku kecelakaan, jika tidak, mungkin aku seperti orang bodoh karena menunggu seseorang yang tak akan pernah datang." Kekeh ku laku segera menghapus airmataku.

HOME (JENLISA) GXG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang