Chapter 33

4.2K 523 35
                                    

Vote
&
Komen~

*****

Ini kebetulan yang kesekian kalinya mereka kembali dipertemukan, setelah perpisahan yang cukup panjang, Tuhan kembali memberi mereka kesempatan untuk bertemu, sebenarnya.. apa maksud Tuhan dari semua ini?

Jika mereka tidak di biarkan untuk tidak bersama, lantas.. kenapa mereka selalu di pertemukan di waktu yang tidak terduga? Dan dapatkah mereka menyebut ini sebagai takdir?

Atau memang itu hanya kebetulan semata dan tidak ada yang spesial?

Jennie membuang wajahnya kearah lain, ketika ia menyadari bahwa dia terlalu lama memandang gadis yang baru saja berada di sisi Lisa saat ini yaitu Diana.

Pikirannya pasti berkecamuk dan membuatnya salah paham, Lisa tahu bahwa Jennie akan salah paham, dia melepaskan tangan Diana yang mengait pada lengannya, selepas Diana turun dari mobil, kakinya tidak sengaja tersandung yang membuat kaki Diana sedikit terkilir dan Lisa harus membantunya berjalan dengan cara mengaitkan tangan Diana dilengannya, tidak ada alasan yang lebih dari itu namun Jennie sudah melihatnya sebagai pandangan yang berbeda.

Melihat perubahan mimik wajah Lalisa Manoban, Diana hanya berdeham canggung dan melepaskan tangannya begitu saja.

"Hey, ini putramu? Tampan sekali." Lisa mencoba menyapanya lagi dan mencairkan suasana.

Jennie hanya melirik sekilas dan kepalanya mengangguk. "Hmm, ini putraku." Jawabnya singkat.

Mulut Lisa terbuka dan kepalanya mengangguk. "Aah, lucu sekali, aku kesini bersama client ku dari Thailand, baru saja tiba dan senang sekali akhirnya kita bertemu disini, Jennie. Bagaimana kabarmu?" Ucapan Lisa seolah menjelaskan bahwa dirinya tidak ada hubungan dengan Diana, padahal hubungannya dengan Jennie juga sudah lama selesai, namun untuk apa dia repot-repot harus menjelaskan?

Satu tangan Lisa terulur menyentuh satu pipi Daehan yang sedang sibuk mengunyah dan mengusapnya lembut disana.

Diana melihat interaksi keduanya dengan raut wajah yang cukup kesal karena Lisa sekarang tidak menganggap dirinya ada.

Jennie berdeham dan menatap Lisa dengan tatapan datarnya. "Aku baik." Jawabnya singkat lagi dan melirik kearah Diana.

Diana berdeham lagi untuk kesekian kalinya, sontak hal itu membuat Lisa mengalihkan pandangannya dan tersadar bahwa ada Diana yang sejak tadi berada disisinya. "Sorry, uhmm.. Diana-ssi, ini adalah Jennie dan Jennie ini adalah Diana client ku." Sikap Lisa lagi-lagi semakin membingungkan, Jennie mengerutkan kedua alisnya tidak mengerti, untuk apa juga dia perkenalkan dirinya kepada Diana?

Namun berbeda dengan Diana, gadis bertubuh tinggi itu menyapanya dengan senyuman hangat dan ramah, dia menjulurkan satu tangannya kearah Jennie. "Nice to meet you, Jennie. Aku Diana." Ucapnya dengan ramah.

Jennie menatapnya dengan tatapan malasnya yang akhirnya dia menjulurkan tangannya dan menjabat tangan Diana dengan tarpaksa. "Hmm, aku Jennie." Balasnya dingin.

"B-bolehkah kami duduk disini, Jennie?" Ucap Lisa yang menggosok tengkuk lehernya yang tak gatal.

Jennie membuka sedikit mulutnya, membiarkan udara memasuki paru-parunya dan setelah itu dia membuang napasnya samar, gadis itu terlihat ingin sekali mengumpat, tetapi untuk apa? Kenapa dia harus kesal dan marah sekarang?

HOME (JENLISA) GXG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang