🌚DUAPULUHENAM☀️(sudah revisi)

6.9K 307 16
                                    

Pagi yang cerah ini Khania sudah berangkat dari Ndalem untuk ke asrama. Ya, dia semalam tidur di Ndalem karena pulang dari rumah sakit larut malam. Jadi nya gadis itu menginap di Ndalem.

Hari ini Khania bertekad untuk tidak malas malasan belajar. Walaupun hari ini ada pelajaran yang tidak ia sukai. Sebisa mungkin Khania menahan diri untuk tidak bolos.

Saat ini, Khania sedang berjalan di sekeliling pondok pesantren. Ia ingin ke asrama untuk mengambil buku dan perlengkapan lainnya.

Namun mata nya menangkap sosok Abel yang tengah berada di balik pohon. Entah sedang apa gadis blasteran belanda itu.

Khania tidak jadi berbelok ke arah asrama. Ia malah memilih untuk menghampiri Abel.

"Lagi liatin apa?" Tanya Khania saat tiba di belakang Abel. Dan Abel belum menyadari hal itu.

"Lagi liatin jodoh." Balas Abel disertai senyuman nya. Ia terus menatap kedepan.

"Siapa?" Tanya Khania lagi. Dan lagi lagi Abel belum menyadari kedatangan teman nya itu.

"Ustadz Zaki." Jawab Abel lantang.

"Ohw. Ustadz tiang." Ucap Khania manggut manggut mengerti. Ustadz tiang julukan Khania untuk ustadz Zaki. Ustadz yang mengajar Tarikh itu memiliki postur tubuh tinggi serta paras nya yang cukup tampan. Jadi, tak ayal banyak santriwati yang menyukai ustadz tersebut.

"HAH?" Sontak Abel terkejut saat mendapati Khania di belakang nya. Yah, sudah terbongkar rahasia nya.

"Ha hi hu he ho." Ejek Khania kesal

"Kamu dari kapan disitu?" Tanya Abel bingung. Perasaan dari tadi tidak ada siapa siapa.

"Sejak lo liatin tu ustadz." Jawab Khania.

"Asik banget lo liatin nya. Sampai gue dateng aja ngga sadar." Sambung Khania setelah itu.

Abel kikuk sendiri. Ia menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. "Hehehehe. Btw, kamu denger aku bilang apa?" Tanya Abel sambil cengengesan sendiri.

"Menurut lo?" Ketus Khania. Abel mengangguk. "Ya udah." Kata Khania setelah nya.

"Lo suka ustadz tiang?" Tanya Khania.

Abel mengerutkan dahi nya. Ustadz tiang?. "Siapa ustadz tiang?" Abel bertanya balik.

Khania menghela napas pasrah. Ia mengarahkan pandangan nya ke arah ustadz Zaki yang tengah menghukum santri santri. Entah apa kesalah santri itu sehingga harus di hukum membersihkan lapangan pesantren yang luas ini.

"Ustadz Zaki?" Tanya Abel. Mata nya ikut melihat objek yang Khania lihat. Gadis itu mengangguki ucapan Abel.

"Nama nya udah bagus. Kenapa kamu ganti?" Tanya Abel.

"Dia tinggi kaya tiang." Jawab Khania tanpa beban apapun.

"Astaghfirullah!" Gumam Abel sembari menepuk jidat. Lalu setelah nya dia melihat lagi ustadz Zaki yang duduk di pinggir lapangan. Sungguh di mata Abel, ustadz Zaki sangat tampan. Maka dari itu Abel mengagumi nya. Abel selalu memperhatikan kemana pun ustadz Zaki pergi. Seperti mata mata saja.

"Lo suka?" Tanya Khania.

"Iya"

"Gue bilangin yaa?" Ujar Khania. Abel langsung menatap gadis itu tajam.

"Nggak!. Jangan di bilang. Aku malu." Abel menyanggah ucapan Khania.

"Gue mau bilang." Kekeuh Khania. Dia mulai berjalan meninggalkan Abel.

Abel mencekal tangan Khania. "Jangan Khania. Please..aku maluu." Cicit Abel.

"Aishh...cemen lo jadi cewek. Gue dong, tiap hari nyatain cinta sama gus Farrel." Khania berucap bangga. Mengingat bagaimana usaha nya setiap hari menggoda bahkan terang terangan menyatakan cinta pada Farrel.

Gus FARREL [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang