🌚EMPATPULUHENAM☀️

5.5K 265 19
                                    

assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

jangan lupa VOTEE sebelum membaca!!!!
⚠️HATI HATI TYPO BERTEBARAN⚠️

happy reading🍁



Bulan ke enam Farrel koma

Milan menggendong Suci ala bridal style menyusuri lorong rumah sakit. Di belakang, Keizya dan Khania berjalan dengan cepat.

"Dok...tolong istri saya" Milan membawa Suci ke ruang UGD.

Beberapa perawat mengambil brankar dan membantu Milan.

"Silahkan tunggu di luar pak" Titah salah satu suster.

Langkah Milan terhenti di depan ruang UGD. Keizya dan Khania menyusul, mereka mendapati Milan yang terduduk lemah seperti orang putus harapan.

Kedua nya paham, dua perempuan itu memeluk Milan dari sebelah kanan dan kiri. Khania dan Keizya tau, ini berat bagi Milan. Abang mereka sedang di landa kebingungan.

Ini sudah bulan ke-8 Suci mengandung. Itu artinya, waktu mereka tidak banyak lagi. Pilih bayi atau ibu nya?.

"Gue harus gimana?" Tanya Milan lirih.

"Kita selamatkan Suci ya bang?" Sahut Keizya. Keizya menangis, ikut merasakan apa yang Milan rasakan.

Mereka rela kehilangan anak yang sudah lama di nanti natikan daripada harus kehilangan Suci. Ini juga sudah di bicarakan oleh keluarga besar. Jawaban mereka sama, selamatkan Suci. Namun perempuan itu menolak keras. Itu alasan nya mereka belum mengambil tindakan.

"Kita selamatkan Suci, Lan. Gue, gue gak mau kehilangan untuk kedua kali nya. Udah cukup Aqil ninggalin kita. Sekarang, jangan Suci" Khania sama hal nya. Ia menangis ikut merasakan kesedihan Milan.

Pintu ruangan UGD terbuka. Dokter Aura keluar dengan wajah lemas. Ia menghela napas berkali kali. Pasien kali ini benar benar keras kepala. Bukan kah di sudah mengatakan untuk cepat mengambil tindakan?. Sekarang semua nya sudah terlambat. Keadaan sudah semakin memburuk. Tubuh Suci semakin hari semakin lemah dan tampak kurus.

"Pak Milan. Sekarang cepat tentukan. Kita harus mengambil tindakan secepat mungkin. Keadaan Suci sudah semakin menurun. Apa dia lupa minum obat lagi?" Ujar dokter Aura.

Milan mengangguk benar. Suci telat minum obat tadi pagi karena dia pergi jogging subuh tadi.

"Putuskan Pak"

"Selamatkan ibu nya" Jawab Milan tegas. Baik, ini keputusannya. Tidak peduli Suci akan marah besar.

Dokter Aura mengangguk. "Ikut saya untuk menanda tangan surat surat nya" Milan pergi bersama dokter Aura.

Seorang suster keluar dari UGD.

"Sus. Boleh kita jenguk pasien?" Tanya Khania.

Suster mengangguk. "Boleh. Tapi jangan terlalu sering membuat pasien berkomunikasi. Keadaan nya masih belum stabil" Pesan suster tersebut.

Khania dan Keizya mengangguk patuh. Selepas suster pergi, mereka segera masuk ke dalam UGD.

Terlihat, Suci sedang duduk di atas kasur rumah sakit sambil memandang ke arah luar jendela. Ia tidak menyadari bahwa ada orang yang masuk.

Setetes, air mata Keizya dan Khania jatuh. Demi apapun, mereka belum siap kehilangan Suci ataupun tidak akan siap jika kehilangan gadis itu.

"Haii" Sapa Keizya dan Khania bersamaan.

Suci menoleh lantas tersenyum. Sebelum itu dapat di lihat bahwa Suci menghapus air mata nya. Suci menangis?.

"Sini duduk" Tangan Suci bergerak menepuk tempat di sebelah nya.

Gus FARREL [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang