🌚SEBELAS☀️ (sudah revisi)

9.9K 491 1
                                    

Sudah 1 minggu lebih Khania berstatus sebagai istri Farrel, namun diri nya juga belum mengetahui fakta itu.

Khania sendiri sudah mulai terbiasa dengan keadaan pesantren. Walaupun dirinya selalu saja membuat ulah dan tingkah yang membuat para ustadz ustadzah kewalahan mengurus nya.

Seperti saat ini, gadis itu tengah berjemur di lapangan sambil memegang kedua telinga dan kaki yang di angkat sebelah.

Hari ini Khania telat bangun untuk sholat tahajjud dan lupa pula mengahafal hafalan yang ustadzah Rara berikan.

"Gini amat nasib gue" Khania menatap langit terik itu dengan tatapan memelas.

"KHANIA" Sorak seseorang dari arah belakang nya.

Refleks Khania menoleh dan mendapati, Khansa dan Abel yang datang ke arah nya. Perlahan, mereka sampai di depan Khania.

"Lo pada bantuin gue dong" Rengek Khania dengan tatapan memohon.

"Ya, ya bantuin gimana?" Tanya Abel ikut bingung juga. Apakah mereka harus bersembah sujud kepada uatadzah Rara?. Tidak mungkin kan?.

"Ya,bilangin tuh ke si Rara, murid nya yang cantik cetar membahana ini capek berdiri tegak di lapangan begini" Ucap Khania sambil tersenyum paksa. Sedetik setelah nya dia memudarkan senyuman itu dan kembali ke wajah melas.

"Gini, Khania, bukan ga mau nolongin, tapi kita takut juga sama ustadzah Rara" Ujar Khansa tidak enak hati. Ingin membantu tapi dia takut dan tidak berani.

"Mental tempe lo" Desis Khania pada Khansa. Dan Khansa hanya mampu memberikan senyuman nya.

Tidak lama setelah itu, ustadzah Rara datang dengan wajah tegas nya. Segera, Abel dan Khansa menyalimi tangan ustadzah Rara. Sedangkan Khania hanya menatap sinis ustadzah Rara.

"Kenapa kamu menatap saya seperti itu?" Tanya ustadzah Rara menatap tajam Khania.

Tidak mau kalah, Khania malah menatap tajam kembali ustadzah Rara.

"Apa lo?, suka suka gue dong, mata mata gue" Jawab Khania dengan berani nya. Bisa bisa nya anak itu melawan di tengah tengah hukuman yang di berikan untuk nya.

"Jaga omongan kamu yaa?" Tunjuk ustadzah Rara pada Khania. "Santri kok bicara nya seperti itu, tidak ada sopan santun nya." Sambung ustadzah Rara lagi.

"Udah deh ga usah banyak bacot lo. Orang gue ga lakuin kesalahan yang fatal, tapi lo ngejemur gue di atas terik matahari begini" Timpal Khania lagi lagi tak tahu sopan santun. Bisa bisa anak ini di telan hidup hidup oleh ustadzah Rara.

"KHANIA JAGA OMONGAN KAMU!" Tegur ustadzah Rara dengan oktaf suara yang cukup tinggi.

Khansa dan Abel yang menyaksikan langsung terkejut kala mendengar ucapan ustadzah Rara. Mereka melihat ke arah Khania yang dengan santai memaparkan wajah dengan datar saja.

Khansa memberi isyarat Khania agar diam dengan menggeleng kan kepala nya. Dan Khania tidak mengubris hak tersebut.

"Salut aku sama kamu Khania. Hajarr terus biar si Rara kapok" Ucap Abel di dalam hati. Jujur, saja Abel juga tidak suka dengan ustadzah killer satu ini, dan dia juga pernah di hukum oleh ustadzah Rara. Tapi apalah daya Abel yang tidak berani ini.

"Ikut saya ke Ndalem" Ustadzah Rara menarik paksa tangan Khania.

Abel dan Khansa mengikuti nya dari belakang. Mereka berjalan menuju Ndalem.

"Gue bisa jalan sendiri kali. Ga usah di pegang pegang juga." Khania seraya menghempaskan tangannya.

"Diem kamu" Ujar ustadzah Rara dengan nada penuh amarah.

Gus FARREL [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang