Di kamar yang minim pencahayaan, terlihat seorang lelaki dengan posisi terduduk di meja belajar dan menumpukan kepala nya disana. Beberapa buku terbuka dengan bebas menampilkan deretan angka dan juga rumus yang terkadang menjadi bahan caci maki para siswa, sayang nya pelajaran matematika yang sangat menyebalkan itu selalu menjadi pelajaran paling pertama saat kegiatan ujian.
Bibir mungil milik Nattaniel terus menggerutu menandakan bahwa ia sangat kesal karena semua rumus yang tercatat dalam buku tulis nya sama sekali tidak bisa ia cerna dalam otak nya, entah dirinya yang terlalu bodoh atau memang matematika adalah pelajaran yang terlalu sulit.
"Yang nyiptain ini rumus jiwa nya tenang gak ya di alam sana... Bikin pusing aja taik" Gerutu nya dengan pipi yang menempel diatas coretan tinta dalam buku tulis yang terbuka.
Ini yang Nattaniel benci jika dihadapkan dengan ujian, ia harus mati-matian belajar dan menghafal sampai dirasa otak nya akan meledak setiap hari. Terlebih Ayah nya yang menyebalkan selalu menyita handphone beserta seperangkat alat-alat PS milik Nattaniel agar anak itu fokus pada ujian nya dan lulus dengan baik, perihal nilai kedua orangtua Nattaniel tidak pernah mempermasalahkan tapi tentu itu akan menjadi topik pembicaraan jika Namira (sang Kakak) ikut berkumpul di rumah.
Sebenarnya Nattaniel dan Namira dahulu sangat lah akrab satu sama lain, namun seiring berjalan nya waktu orangtua Nattaniel selalu membandingkan dirinya dengan Namira yang jelas-jelas adalah wanita cerdas dan berbudi luhur. Hal itu membuat rasa tidak suka Nattaniel perlahan-lahan muncul dan berakhir merenggangkan hubungan dirinya dengan sang Kakak, rasanya Nattaniel selalu ingin mengamuk saat sang Kakak selalu mendapat perhatian lebih dengan alasan bahwa Namira adalah seorang wanita. Benar-benar tidak berperikekelaminan.
"Handphone gue manaaaaaa~" Rengek Nattaniel lesu karena sungguh jika ia tidak memegang handphone nya maka Nattaniel merasa bahwa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya.
Nattaniel mendengus kesal, "Hp gak ada, orang gak ada, temen gak ada, hantu gak ada, semuanya gak ada!! Rumus doang nih yang nemenin gue sekarang"
"Tapi lo bikin pusing bajingan"
Di suasana sepi seperti ini, Nattaniel tiba-tiba teringat dengan semua teman-teman nya yang selalu berisik. Andai teman-teman nya itu bisa kemari tanpa ia suruh maka Nattaniel tidak akan se badmood ini sekarang, Nattaniel benar-benar membutuhkan teman mengobrol di sela-sela rasa suntuk nya seperti ini sedangkan orangtua Nattaniel kini sedang pergi mengantar Namira ke bandara karena kakak nya itu akan kembali ke london setelah beberapa hari pulang kerumah untuk menyaksikan acara pertunangan sang Adik.
Tok tok tok
Nattaniel melirik acuh pada pintu kamar nya yang diketuk dari luar, "Masuk aja Biii" Teriak Nattaniel lemas.
Pintu berwarna putih gading itu terbuka menampilkan seorang pria yang berbalut pakaian serba hitam. Nattaniel pun sedikit berjengit kaget saat melihat pria itu memasuki kamar nya yang remang-remang dengan pakaian serba hitam bak penjahat yang bisa kapan saja mencelakai Nattaniel.
"LO AH NGAGETIN!!" Seru Nattaniel dengan kesal sedangkan pria itu hanya tertawa ringan.
"Perasaan aku masuk kesini ketuk pintu dulu" Jawab Milen sembari menyimpan satu tote bag mekdi di hadapan Nattaniel.
"Kirain Bi Marni yang masuk lagian baju lo kayak maling begitu"
Milen menatap memindai tubuh nya sendiri dengan seksama, bagi Milen outfit seperti ini adalah hal biasa tapi kenapa Nattaniel dengan menyebalkan nya berkata bahwa ia seperti maling.
"Wiiiii dalam rangka apa nih? Tiba-tiba dateng kayak jelangkung terus bawain gue mekdi" Ucap Nattaniel yang kini berwajah riang sembari merogoh tote bag tersebut dan mengambil satu buah burger untuk ia kunyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Malchance (MileApo local) ✔️
FanfictionHanya bercerita tentang kehidupan Nattaniel Mahawira yang tiba-tiba harus terikat dengan pria tampan rendah hati bernama Milen Sambara. + Non Baku (Karna aku buat ini lokal) + Homo. Yang homophobic puter balik