6). Perhatian Kecil Milen

2.7K 304 11
                                    


Pukul 02.30 dini hari Milen sudah berada di sebuah klinik 24 jam dan berhadapan dengan beberapa polisi. Beberapa kali Milen harus mengerjap serta menautkan kedua alis nya karena merasa bahwa kepala nya sedikit pening setelah ia dibangunkan oleh nada dering ponsel dari nomor tidak dikenal, awalnya Milen tidak menghiraukan panggilan itu namun nada dering tersebut lagi dan lagi berbunyi kencang memekakkan telinga membuat Milen mau tidak mau mengangkatnya.

Milen pun mendesah kesal saat mengetahui siapa yang menelpon nya dan meminta tolong untuk menjemput Nattaniel yang saat ini sedang digondol oleh pihak kepolisian.

"Jadi dia itu komplotan kamu, Milen?" Tanya salah seorang polisi yang terlihat jelas dari raut wajah nya bahwa beliau bosan bertemu dengan Milen.

"Bukan. Dia korban"

"Lalu? Pelaku balap liar kali ini adalah komplotan kamu?" Tanya polisi itu lagi membuat Milen berdecak malas.

"Bukan juga. Anda tau sendiri kan nasib saya dan teman-teman saya waktu itu?" Jawab Milen malas.

Sungguh demi apapun, Milen ingin sekali untuk segera pulang kerumah dan melanjutkan tidur nya yang baru saja berlangsung selama satu jam. Beberapa pekerjaan kantor yang akhir-akhir ini mengeroyok nya membuat Milen tak jarang membuka mata dari pagi sampai ke pagi, dan kali ini seharusnya Milen mempunyai waktu lebih banyak untuk mengistirahatkan diri jika saja calon pasangan nya ini tidak berbuat ulah yang berujung menganggu jam istirahatnya.

"Baiklah. Kami akan menyelidiki hal ini lebih lanjut untuk memastikan bahwa pemuda yang kamu kenal ini hanya lah seorang korban tabrak lari dari pelaku balap liar" Jelas polisi tersebut yang meyakini bahwa Nattaniel adalah salah satu pelaku balap liar.

Milen membatin. Terlintas dalam pikiran nya bahwa ia akan mengatakan 'Iya' untuk tuduhan terhadap Nattaniel, namun saat Milen melirik bocah itu yang terduduk di atas brankar klinik sembari meniup-niup telapak tangan nya yang lecet membuat Milen menjadi tidak tega dan membiarkan polisi itu pergi dengan ancaman nya.

Nattaniel yang fokus meniupi luka lecet nya yang terasa perih kini mendongak saat Milen menghampiri dan berdiri tepat dihadapan nya. Milen meraih telapak tangan Nattaniel yang lecet tersebut lalu memperhatikan nya selama beberapa detik.

"Luka kecil. Harusnya gak begitu perih" Ujar Milen yang mana membuat Nattaniel mendecih.

"Lo tau gak sih? Justru yang berasa banget perih nya itu luka kecil"

"Oh ya?"

"Iya!!" Seru Nattaniel dengan wajah kesal nya yang begitu kentara.

Milen mendengus meledeki Nattaniel, "Oke. Sekarang kita pulang"

Kepala Nattaniel sontak menggeleng kencang menolak ajakan Milen, sudah terbayang dalam benak nya bagaimana wajah menyebalkan sang Ayah yang sudah diyakini telah menyiapkan rentetan kalimat ajaib yang akan membuat kedua kuping Nattaniel terasa berdenging tiba-tiba. Terlebih Ayah nya sudah mengetahui tentang hukuman yang Nattaniel peroleh karena telah membuat onar di sekolah saat hari kemarin, Nattaniel menyodorkan Handphone nya pada Milen yang berisi roomchat dirinya dengan Pak Pangestu, sang Ayah.

"Terus?" Tanya Milen setelah membaca isi dari roomchat tersebuat yang ternyata adalah kemarahan dari Pak Pangestu terhadap anak bungsunya, Nattaniel.

"Lo calon suami gue, kan? Berarti lo harus bantu gue buat sembunyi dari papah hehe"

Milen menghela nafas dalam mendengar perkataan Nattaniel yang saat ini sedang tersenyum sok manis.

"Nggak. Aku anterin kamu pulang sekarang" Tukas Milen yang mana membuat Nattaniel seketika menatap Milen datar dengan rasa kesal yang menggebu.

Malchance (MileApo local) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang