BAGIAN 8

33 2 0
                                    


"Apakah kau yakin ingin menemuinya, Rey?" tanya Luc.

Reynart mengangguk. Keduanya memasuki area istana setelah diijinkan masuk. Mereka benar-benar akan meminta ijin langsung kepada Axele. "Ini permintaan Vera. Di pernikahannya, ia ingin bertemu dengan ayah," ungkap Reynart sekali lagi.

Setelah lima puluh tahun lamanya akhirnya kedua pria ini kembali menginjakkan kaki di kerajaan Axele. Langkah kedua pria ini sangat tegas dan Reynart tanpa ragu menyanggupi permintaan sang adik. Luc hanya menemaninya saja dan ingin bertanya juga kepada teman lamanya itu apakah sudah menemukan solusi untuk Frey.

"Raja sudah menunggu di ruangannya," ucap salah satu pria yang tadi Axele tugaskan. Reynart dan Luc pun mengangguk. Kemudian, mereka mengikuti langkah kaki pria yang menyambutnya. Istana Axele sudah berbeda, di sini lebih gelap nuansanya. Tapi mengingat jika Axele telah menemukan sang mate, mungkin cepat atau lambat semuanya akan berubah lagi. Reynart pastikan itu akan terjadi.

Setelah berjalan beberapa menit, mereka pun sampai di pintu besar. Pintu itu dibuka oleh dua prajurit, keduanya kemudian masuk ke sana. Pemandangan pertama yang mereka lihat adalah Axele yang duduk di kursinya sembari menatap kedua orang ini. Pria itu seperti sudah menunggu mereka. Reynart dan Luc pun duduk di kursi. Reynart adalah orang yang paling tenang dalam ruangan ini. Setelah lima puluh tahun lamanya, akhirnya ketiga orang ini bisa berada dalam satu ruangan lagi.

"Langsung saja bicara," kata Axele yang enggan untuk basa-basi. Bukankah harusnya mereka saling sapa dan menanyakan kabar lebih dulu?

Reynart mengangguk. "Di sini aku berbicara antara teman, Axele. Aku sangat butuh bantuanmu sekarang. Kamu pasti mengingat Vera, bukan? Adikku itu sudah menemukan pasangannya sejak empat bulan lalu. Dan mereka sedang mempersiapkan pernikahan. Tetapi, Vera menginginkan kehadiran ayah di pernikahannya. Bisakah kamu—"

"Tidak bisa," potong Axele cepat.

"Hanya sebentar. Setelah pernikahannya selesai, kau bisa membawanya kembali," tutur Reynart.

"Sekali saja cobalah untuk tak egois, Axele. Dulu kau menganggap Vera seperti adikmu sendiri, bukan? Jadi, apa salahnya jika kamu berbaik hati sekali saja kepada Vera? Anggap ini hadiah pernikahan untuknya," sela Luc yang ikut membantu Reynart berbicara.

Axele tak suka dengan perkataan yang Luc ajukan kepadanya. Egois? Dia hanya mencoba menghukum orang yang bersalah. Pria ini memutuskan pandangan mereka. Dia tak ingin jadi lemah. "Aku akan memikirkannya lagi. Jika keputusan sudah aku buat, aku akan mengabari kalian," ucap pria ini. Reynart dan Luc mengangguk. Setidaknya mereka memiliki harapan.

Reynart dan Luc pun memutuskan untuk pergi saat itu juga. Namun, kedua pria ini tak langsung pulang ke rumah mereka. Luc memutuskan mengajak Reynart untuk pergi ke danau yang ada di dekat sana. Reynart tentu menaiki punggung Ben saat itu.

"Sudah lama sekali kita tidak ke sini," celetuk Luc yang diangguki oleh sang sahabat. Keduanya menatap danau yang sekitarnya masih sama seperti dulu ketika ketiga orang ini bermain di sana. Sayangnya semua keadaan telah berbeda. Bahkan hanya ada mereka berdua di sana, sedangkan Axele tentu masih dalam keadaan marah.

"Bukankah dia berlebihan?" celetuk Luc sekali lagi yang membicarakan perihal sikap egois sang sahabat. "Persahabatan kita sejak kecil sepertinya tak berarti apa pun di mata dia, Rey. Bahkan dia begitu tega kepada Vera yang dulunya ia sayang," imbuh Luc.

Reynart tahu apa yang Luc katakan adalah sebuah kebenaran. Tapi sekali lagi dia tak mau menyalahkan teman-temannya karena ada alasan yang Axele miliki bersikap seperti ini.

Reynart menepuk pundak Luc dengan pelan dan membuat pria itu menoleh padanya. "Kau tidak mau pulang? Mungkin merindukan Frey," tanyanya. Luc mengangguk, dia bersama dengan Reynart pun pada akhirnya pulang saat itu juga.

Sleeping MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang