BAGIAN 36

9 0 0
                                    


Ini adalah kali pertama Owen mengunjungi kamar sang adik semenjak kepulangan mereka ke rumah. Agata menyambut baik kedatangan sang kakak. Hari itu Owen ingin memberitahu sang adik mengenai kepergiannya. Dia perlu berpamitan juga kepada gadis ini.

Agata menyiapkan minuman dan sedikit camilan untuk kakaknya. Terlihat gadis itu tampak senang setiap berada di dekat sang kakak. "Camilan ini berasal dari buah-buahan yang ditanam di dalam istana, Kak. Kristo yang memberikanku ini, dan aku menyukai makanan tersebut," ungkap Agata.

Owen pun tersenyum. Melihat bagaimana sang adik mulai nyaman berada di kerajaan, Owen yakin jika tak ada yang perlu ia khawatirkan lagi jika dirinya pergi sebentar lagi.

"Agata. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Ini penting," ujar Owen mengawali. Agata mengangguk dan langsung menutup mulutnya. Jika Owen berkata demikian, itu artinya gadis ini harus mendengarkan dengan baik.

"Apakah kamu bahagia tinggal di sini?" tanya pemuda itu. Agata mengangguk.

"Apakah semuanya memperlakukanmu dengan baik?" tanya Owen lagi yang kembali diangguki oleh sang adik.

"Baiklah. Itu sudah cukup untukku. Aku datang ke sini untuk berpamitan kepadamu. Aku akan pergi ke luar istana."

"Tugas dari Ayah, Kak?" tanya Agata.

Owen terdiam. Dia pun akhirnya mengangguk. "Ya. Tugas dari raja. Masalahnya adalah aku tidak tahu kapan akan pulang. Jadi, untuk itu aku berpamitan lebih dulu kepada semua orang sekaligus meminta restu agar bisa menyelesaikan tugas dengan baik dan cepat," tutur pemuda ini.

Agata mengangguk paham. Mungkin ini adalah tugas kedua yang sedikit berat. "baiklah. Agata akan berdoa agar tugas ini berjalan dengan baik. Dan berdoa juga agar tugas Kak Owen cepat selesai," katanya.

Owen tersenyum. Pemuda itu kemudian mengeluarkan gelang yang ia beli kemarin di wilayah wizard ketika bersama dengan Iris. "Kemarin kakak beli ini di pasar. Terimalah," ucap Owen. Agata menerima benda itu dan langsung memakainya di pergelangan tangan.

"Bagus, Kak. Terima kasih."

"Sama-sama." Owen berdiri dari duduknya. "Karena hari sudah malam, sebaiknya kamu segera istirahat agar besok bisa kembali bekerja di kebun," perintah Owen. Agata yang memang mematuhi segala perintah kakaknya pun langsung bersiap untuk tidur. Sedangkan Owen bergegas keluar kamar.

Namun, Owen mengingat soal Kristo. Pemuda ini langsung menuju ke area bagian timur tempat di mana Kristo tinggal. Dan benar saja dugaannya jika Kristo tampak belum tidur dan malah duduk santai di depan kediamannya.

Melihat sosok Owen dari jauh, Kristo pun langsung menyambut sang pangeran. "Salam, Pangeran," sapa Kristo menunduk hormat yang diangguki oleh Owen.

"Mari duduk," ajak Owen kala itu. Keduanya duduk di kursi panjang yang terbuat dari kayu. Kristo lah yang membuat kursi tersebut.

Keduanya sama-sama menatap langit yang tampak cerah dengan bertaburan bintang. Pemandangan seperti ini tampak aneh bagi Owen karena di sekolahnya dulu bintang-bintang tampak terlihat lebih jelas.

"Apakah keseharianmu memang selalu mengurus kebun?" tanya Owen mengawali percakapan mereka.

"Itu benar, Pangeran," jawab Kristo.

"Dengan siapa kamu tinggal di sini?" tanya Owen. Di sekitar mereka tampak sepi.

"Saya hanya tinggal sendiri, Pangeran. Orang tua saya sudah tiada sejak lama. Jadi, saya lah yang melanjutkan pekerjaan beliau di kerajaan ini," jelas pemuda itu. Owen pun akhirnya paham jika Kristo benar-benar sendirian. Cukup salut dengan pemuda ini yang mampu bertahan seorang diri tanpa siapa pun di sisinya.

Sleeping MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang