BAGIAN 18

14 0 0
                                    


"Owen," panggil sang guru kepada pemuda yang tadinya sibuk mengobrol dengan teman-temannya. Owen pun menghampiri wali kelasnya tersebut. "Mari ikut saya," perintahnya. Owen pun mengangguk dan mengekori gurunya itu.

"Agata," panggil wali kelasnya. "Ikut saya," perintahnya yang sama persis seperti wali kelas Owen tadi.

Kakak beradik ini bertemu di lorong yang akan menuju ke ruangan tempat biasa pertemuan dilakukan. Tentu Owen mengernyit ketika melihat keberadaan sang adik di sana.

Kemudian pintu besar di depan sana terlihat terbuka. Keempat orang yang baru datang ini pun segera masuk. Pandangan Owen dan Agata terhenti kepada sosok pria gagah yang tentu tidak akan pernah ia lupakan. Pria yang menjadi alasan mereka masuk ke sekolah ini. Pria yang setiap saat akan selalu mereka ingat.

Dengan wajah dingin dan datarnya, keduanya pun duduk di salah satu kursi yang kosong. Kennard sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari kedua anak-anak itu. Tentu ini akan menjadi tatap muka pertama mereka setelah bertahun-tahun lamanya.

"Karena semuanya sudah berkumpul, jadi mari kita bicarakan kelanjutannya," ucap orang yang bertanggung jawab dengan sekolah ini. "Kami dewan agung sudah berdiskusi dengan matang. Melihat perkembangan Agata dan Owen yang sudah jauh lebih baik, kami telah memutuskan akan memberikan mereka ijin untuk kembali ke orang tua mereka," ujar pria itu yang mana membuat Kennard lega.

"Tapi, Owen akan di sini lebih dulu untuk menyelesaikan misinya," imbuhnya yang langsung mendapat tatapan penuh dari Kennard di sana. "Jadi, Anda akan pulang lebih dulu bersama dengan Agata, Raja," sambung pria ini lagi.

"Aku ingin pulang dengan kedua anakku," sela Kennard.

"Maaf, Raja. Itu adalah hasil diskusi kami dengan dewan agung. Owen harus menunaikan tanggung jawabnya. Ini juga masuk ke dalam pembelajaran kita," jelas orang tersebut.

Owen mengangkat tangannya untuk menyela pembicaraan yang terlalu to the poin ini. Ya meskipun dia pribadi sudah paham maksud kedatangan Kennard ke sini. "Maaf menyela. Tapi, apakah kami berdua tidak diberikan kesempatan untuk bicara?" ujar pemuda ini dengan berani. Agata mengangguk, tampak setuju dengan Owen, sang kakak yang lahir berbeda beberapa menit saja dengannya.

"Baiklah, silakan bicara," kata petinggi sekolah ini.

Owen mengangguk. "Jika kami pulang, apakah itu artinya kami tidak akan kembali ke sekolah ini lagi?" tanyanya.

"Tentu saja. Mereka yang sudah keluar dan mendapat persetujuan dari dewan agung di anggap sudah paham akan dunia luar. Kamu dan Agata sudah diijinkan untuk kembali, tetapi karena kamu masih memiliki tanggung jawab di sini, maka kamu harus tinggal beberapa hari lagi, Owen."

"Bagaimana jika kami menolak?" ucap Owen membuat orang dewasa di ruangan itu mengernyit. "Bagaimana jika kami menolak untuk pergi?" terangnya.

Kennard tentu kurang suka dengan pernyataan sang putra. Dia ke sini untuk membawa mereka kembali, dan Owen dengan seenaknya mengatakan tidak ingin pulang? Alice pasti akan mempertanyakan kenapa anak-anak mereka tak mau pulang. Dan Kennard akan terus mendapat tekanan di sana.

"Apa alasanmu untuk tidak pulang?" sahut Kennard. Mungkin ini akan menjadi obrolan pertamanya dengan anak-anak setelah berpuluh tahun.

Owen tersenyum, seperti tidak takut sama sekali dengan sosok yang sedang dia hadapi sekarang, meskipun Kennard adalah ayahnya. "Maafkan saya, Raja. Tetapi, saya menganggap bila kepulangan kami tidak begitu penting bagi kerajaan werewolf," tutur Owen yang malah membangkitkan amarah di dalam diri Kennard, namun masih mampu dia kendalikan.

"Bisakah kami berbicara bertiga?" pinta Kennard kepada petinggi di sana dan wali kelas dari kedua anaknya itu. Mereka mengangguk dan langsung meninggalkan tempat tersebut menyisakan ayah dan anak ini.

Sleeping MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang