BAGIAN 53

7 0 0
                                    

"Ibu ... Ayah ... Ibu ..."

Seorang gadis nampak berjalan tergesa-gesa menyusuri lorong istana. Matahari bahkan belum menampakkan dirinya, tetapi gadis ini malah bangun di tengah malam gelap gulit.

"Buka pintunya," perintah Agata kepada prajurit yang menjaga kamar raja dan ratu.

"Maaf, Putri. Anda harus mendapat ijin lebih dulu dari raja dan ratu," kata prajurit di sana. Meskipun Agata adalah seorang putri, dia tetap harus menghormati apa yang menjadi peraturan kerajaan.

"AYAH. IBU." Karena kesal, Agata pun berteriak di depan kamar kedua orang tuanya.

Kennard dan Alice yang mendengar teriakan putrinya pun langsung terbangung. "Masih belum pagi, ada apa dengan gadis itu?" kata Kennard yang menatap jam masih pukul satu malam.

Alice yang tak banyak bicara pun langsung bergegas menuju ke pintu. Ketika dibuka pintu itu, mata wanita ini menjadi melotot. Kennard tak bisa melihat apa yang ada di depan kamarnya karena tubuh Agata tertutupi oleh tubuh Alice.

"Aga ... ta. Kamu kenapa, Nak? Apa yang terjadi?" pekik Alice. Mendengar nada suara sang istri sedikit berbeda, Kennard pun mengalah dan ikut menuju ke pintu.

Belum juga pria ini sampai, matanya telah menangkap keanehan pada diri Agata. Kennard mempercepat langkahnya. "Apa-apaan ini? Ada apa dengan tanganmu itu, Agata?" semburnya.

Terlihat Alice masih meneliti apa yang ada di tangan putrinya.

"Aku tidak tahu Ayah, Ibu. Tadi aku merasa ada yang gatal di tanganku, saat aku lihat, tanganku sudah begini," jawab gadis ini. Rasa gatalnya sudah hilang, tetapi tetap saja tangannya jadi terlihat aneh sekarang. Di tangan Agata seperti ada luka-luka yang tidak bisa dijelaskan kenapa bisa sampai seperti itu.

"Ayah, Ibu. Lukanya tidak ada di tanganku saja. Lihatlah," ungkap gadis ini sembari memperlihatkan kakinya. Alice pun mengkhawatirkan putrinya itu.

"Panggilkan tabib," perintah Kennard kepada prajurit yang berjaga di depan kamarnya. Salah satu dari mereka pun bergegas pergi ke tabib istana.

"Ayo, Sayang. Masuk ke kamar dulu," ajak Alice. Agata menurut saja di sana. Alice membawa putrinya masuk ke dalam kamar yang ia dan Kennard tempati. Kennard pun juga ikut masuk untuk memastikan apa yang terjadi kepada putrinya itu.

Alice mendudukkan Agata di atas tempat tidur. "Apa ada yang sakit, Nak?" tanya Alice dengan penuh perhatian. Gadis itu menggeleng, namun ekspresi wajahnya menunjukkan jika dia sedang tidak baik-baik saja.

Tabib istana pun datang. Agata langsung diperiksa saat itu juga. Alice mengamati setiap ekspresi yang Agata keluarkan.

"Sepertinya ada yang dia sembunyikan dari kita, Ken," bisik Alice kepada suaminya.

"Nanti kita tanyakan," balas Kennard.

Setelah tabib memeriksa Agata, nampak Alice sedang menanti jawaban apa yang tepat atas luka-luka di tangan dan kaki putrinya itu.

"Saya belum memastikan apa yang terjadi kepada Putri, Ratu. Jika itu adalah gigitan serangga, sepertinya tidak mungkin. Saya akan membuatkan ramuan agar lukanya cepat mengering dan hilang," kata sang tabib. Baiklah, itu bukanlah jawaban yang semua orang inginkan.

Kennard pun memerintahkan sang tabib untuk pergi. Alice kembali menghampiri putrinya itu. Ia membelai rambut Agata yang lembut. "Sayang ... kamu istirahat ya?" katanya.

Agata menatap ibunya, tiba-tiba saja gadis itu menangis. Hal ini membuat kedua orang tuanya memandang Agata dengan bingung. "Nak ... kamu kenapa? Apa ada yang sakit? Biar Ayah panggilkan tabib lagi," tanya Alice dengan khawatir.

Sleeping MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang