BAGIAN 11

23 1 0
                                    


Hari berlalu begitu cepat. Hal yang mereka tunggu pun akan tiba. Semua orang berkumpul di lapangan yang ada di kerajaan milik Axele. Pria ini sengaja tak memakai tempat ritual yang dulunya dipakai oleh Celesse karena dia tak ingin luka lama kembali terbuka. Dan juga dia tidak ingin terjadi hal buruk lagi.

Di sana ada dua batu memanjang, di mana salah satunya sudah ada Frey yang berbaring. Frey dan Bella sama-sama menggunakan baju panjang berwarna putih. Luc tengah mempersiapkan Frey untuk ritual ini. Dan sama seperti Axele, pria itu tak ingi jauh dari sang mate.

"Mari kita lakukan semuanya bersama, Frey," bisik Luc pada sang mate. Mencoba menguatkan sang mate dan dirinya sendiri. Setelah itu Luc kembali ke pinggiran untuk memantau jalannya upacara.

"Bagaimana? Apakah sekarang ada perasaan aneh yang menganggumu?" tanya Axele sebelum ritual dilakukan.

Gadis ini tersenyum. "Perasaan untuk melihat Frey bangun semakin kuat, Axel. Kamu boleh percaya kepadaku atau tidak, yang jelas aku tidak takut sama sekali saat ini," jawab Bella yang percaya diri. Axele tersenyum, pernyataan ini sedikit membuat hatinya tenang.

Axele memeluk sebentar gadis itu, dan beberapa kali mendaratkan kecupan di kepalanya. "Kamu adalah gadis yang baik. Tuhan sangat baik memberikan dirimu untukku," katanya. Hal ini tak luput dari pandangan Luc yang nampak iri melihat kebersamaan sang sahabat. Luc akan bersabar karena semuanya akan berakhir di hari ini. Dan Frey akan kembali padanya.

Kemudian Axele melepaskan pelukannya, dia menemani Bella menuju ke tempat pembaringan. Dua batu itu saling berhimpitan karena nantinya kedua tangan mereka akan disatukan.

"Sepertinya Luc terlihat sangat khawatir," kata Bella yang melirik pria itu. Axele pun juga sama. "Axel, temanilah dia. Ini mungkin akan menjadi pertama kalinya untuk dia. Dia pasti sangat takut. Katakan padanya jika Frey akan bangun sebentar lagi," pinta Bella. Axele mengangguk.

"Raja, ritualnya akan segera saya mulai," ucap Wizard Berta. Axele mengangguk dan menatap Bella sekali lagi di mana gadis ini terus menampilkan senyumannya.

"Aku akan menunggumu," katanya.

"Aku tau," jawab Bella.

Axele pun bergerak menuju ke sisi Luc yang terlihat khawatir juga. "Ini pertama kalinya untukmu, pasti kau sangat khawatir. Itu wajar. Semoga kau tidak merasakan apa yang aku rasakan dulu, Luc," tutur Axele. Tentu Luc tak ingin dipisahkan dari sang mate.

Ritual pun dilakukan. Wizard Berta memercikkan air mengelilingi dua batu tempat Bella dan Frey terbaring. Dan tak lupa juga wanita tua itu mengucapkan mantra-mantra. Tidak seperti ritual Celesse dulu, Bella sama sekali tidak diminta untuk memejamkan mata. Dia bahkan bisa melihat cerahnya langit biru di atas sana. Fokus Luc benar-benar tertuju pada sang mate. Tak ketinggalan pula dia terus berdoa agar semuanya berjalan dengan baik-baik saja.

Wizard berhenti di sebelah kanan Bella, ia meminta gadis itu menjukurkan tangan kanannya. Bella dengan ragu memberikan tangannya itu. "Maafkan aku," kata wizard seiring dengan dirinya melukai sedikit kulit tangan Bella yang mana langsung mengeluarkan darah.

Itu tidak sakit, tetapi cukup membuat gadis ini terkejut. Wizard Berta mengumpulkan tetesan-tetesan darah itu pada sebuah daun yang entah apa namanya. Kemudian dia beralih kepada tangan Frey. Selanjutnya tangan wanita itu yang ia lukai. Bau darah Frey memasuki indra penciuman Luc dan wolf nya.

"Tolong letakkan tangan Anda di atas tangan Frey," perintah sang wizard kepada Bella. Gadis itu melakukannya. Kedua tangan yang berdarah itu saling bertautan sekarang.

Langkah terakhir adalah Wizard Berta memasukkan daun yang tadi ia beri tetesan darah milik Bella pada mulut Frey. Ia buat daun itu sekecil mungkin agar mudah untuk wanita itu telan. Kemudian, Wizard Berta kembali mengucapkan mantra.

Sleeping MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang