BAGIAN 28

12 0 0
                                    


Mengetahui takdir putranya yang menyedihkan membuat Alice sebagai seorang ibu merasa gagal. Tentu saja Alice ikut merasakan kesedihan itu. Kennard yang melihat Alice pun menjadi tak tega.

"Putra kita, Ken. Putra kita ... kenapa nasibnya begitu buruk," kata Alice dengan air mata yang sudah tak bisa dia bendung lagi. Mereka sedang berada di dalam kamar.

Kennard segera membawa istrinya ke dalam dekapan. Padahal baru saja dia melihat senyum kebahagiaan di wajah istrinya. Sekarang semuanya terganti dengan tangisan lagi. "Maafkan aku, Alice. Maaf karena belum bisa menjadi suami dan ayah yang baik," ucap Kennard. Tangis Alice pun makin pecah di sana.

"Kita harus berusaha untuk Owen, Ken. Aku yakin pasti ada jalan keluar," yakini wanita tersebut.

Kennard melepaskan dekapannya. "Alice, sadarlah. Wizard Berta sendiri yang mengatakan jika ini kasus pertama. Ke mana lagi kita harus mencari jawaban jika Wizard Berta mengatakan demikian?"

Alice menunduk, dia mengusap air matanya pelan. "Aku takut, Ken. Aku takut semua orang memperlakukan hal buruk kepada Owen. Aku takut dia terluka karena ini." Walau bagaimana pun Alice adalah seorang ibu. Dia mengkhawatirkan anaknya.

"Kamu tenanglah dulu, Alice. Aku sudah membicarakan hal ini dengan Wizard Berta. Aku sudah memintanya untuk tidak berbicara di luar mengenai kekurangan Owen ini."

"Bagaimana dengan Putri Iris dan keluarganya? Apa yang akan kita katakan nanti?"

Untuk hal itu Kennard sudah memikirkannya. "Aku yang akan memberikan alasan yang tepat untuk mereka. Aku akan beralasan jika Owen salah mengenali Putri Iris."

"Tapi, apa mereka akan percaya dengan mudah?" tanya Alice ragu.

"Tidak. Tapi, mereka akan percaya jika Owen sendiri yang mengatakan itu kepada mereka."

Jadi, ini artinya Owen akan ikut bersama Kennard ke kerajaan wizard. Alice mengangguk paham. Jadi kuncinya ada pada pemuda itu.

Ketika Kennard dan Alice yang membicarakan perihal anak mereka, terlihat Owen sedang melakukan latihan lagi di lapangan tempat biasa dia berlatih. Owen berlatih fisik seorang diri.

"Dia mungkin ditakdirkan tidak memiliki mate sejati."

"Semua karena rambut putihnya."

"Dia bisa menjadi yang terbaik, dia juga bisa menjadi yang terburuk."

"Wolf dari Pangeran akan menangkap aroma mate dari orang-orang yang telah kehilangan mate nya."

Perkataan sang wizard terngiang jelas di pikiran Owen dan Crush. Crush tentu masih sedih, sedangkan Owen sebenarnya tidak, dia lebih kepada kesal pada rambut dan takdir yang ia miliki. Owen yakin ini hanya satu kesialan yang ia miliki. Di depan pasti akan ada kesialan lainnya.

"Sudah aku katakan untuk jangan terlalu bahagia. Kau lupa, Crush. Rambut ini harus selalu kau ingat. Bersamaku, kita akan menjalani hidup yang penuh rintangan," kata Owen menasihati Crush. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menghibur wolf tersebut.

"Aku ingin memiliki mate."

Owen menghentikan latihannya. Inilah yang tidak pemuda itu sukai dari sang wolf. Crush akan terus merengek mengenai mate nanti.

"Berhentilah membahas mate. Jika kau memang butuh mate, pilih saja wanitamu. Kita bebas memilih siapa mate kita. Tapi ingat, aku tentu tidak akan menerima mate itu," kata Owen dengan sadis. Crush pun kesal dan langsung menutup komunikasi mereka. Owen kembali melanjutkan latihannya.

"Ada apa?" tanya Frey yang sedang menemui Luc. Luc memintanya untuk datang ke perpustakaan. Entahlah kenapa pria ini memilih tempat tersebut.

"Duduklah," perintah Luc yang langsung dilaksanakan oleh Frey. Pandangan wanita itu tertuju kepada sang suami. "Ini benar-benar buruk, Frey. Sangat buruk," awali Luc dengan wajah yang tak bisa Frey baca.

Sleeping MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang