BAGIAN 12

25 2 0
                                    

Luc, Frey beserta rombongan sudah kembali ke kerajaan werewolf. Sejak terbukanya mata Frey, pria itu tampak tak membiarkan sang mate sendirian lagi. Luc akan memulai membuat momen bahagianya bersama dengan Frey mulai sekarang. Kedua orang ini sudah sampai di dalam kamar mereka. Frey mengamati keadaan kamar yang sedikit ada perubahan. Melihat ekspresi sang mate membuat Luc menjadi sadar dengan keadaan mereka.

"Sudah lama sekali, jadi aku mengubah dekorasi kamar kita. Apakah ini sedikit mengganggumu, Sayang?" tanya Luc kepada wanita yang berdiri di sebelahnya.

Frey menggeleng, dia berjalan pelan menuju ke tempat tidur mereka. Seketika raut wajahnya berubah menjadi sedih sekarang, dan itu membuat Luc sedikit khawatir. "Ada apa?" tanya pria itu sembari mengambil duduk tepat di sebelah Frey.

Frey mengembuskan napas berat. Dia menatap Luc dengan penuh. "Kalau saja kejadian itu tidak terjadi, pasti kita sudah bahagia bersama anak kita, Luc."

Jadi ini alasan Frey terlihat sedih. Luc sebenarnya juga merasakan itu, dia hanya mencoba terlihat lebih tegar di depan mate nya saja. Semua dilakukan agar Frey tak terus sedih.

Dengan lembut, Luc menggenggam tangan Frey di sana. "Hei. Kita bisa memulai semuanya dari awal lagi. Aku, kamu, dan anak-anak kita."

Frey menatap Luc. Luc langsung membawa sang mate ke dalam pelukannya saat itu juga. "Lima puluh tahun sudah berlalu, Frey. Aku bahagia pada akhirnya kamu bangun. Meskipun aku sudah kehilangan anak kita, tetapi aku tetap bersyukur karena masih memiliki dirimu. Dan meskipun itu harus menunggu berpuluh tahun, aku akan tetap setiap di sini."

"Maafkan aku, Luc. Pasti kamu sangat sedih dan tersiksa. Maafkan aku," ucap Frey yang benar-benar merasa bersalah pada hubungan mereka.

Luc menggeleng dengan posisi yang masih setia mendekap sang mate. "Ini bukan salahmu. Takdir sedang mengujiku. Dan pada akhirnya aku mampu untuk melewati itu. Semua berkat kebaikan Bella."

Frey melepas pelukannya. Dia mengusap pipinya yang sedikit basah di sana. "Mengenai wanita bernama Bella itu, dia benar-benar mate dari Axele?" Luc mengangguk. "Jadi ... Celesse benar-benar pergi?" tanya Frey lebih lanjut dengan raut sedihnya karena mengingat dia telah kehilangan teman baiknya.

"Ya. Itu sudah lima puluh tahun lalu, Frey. Dia sudah tenang di sana. Axele sudah mendapatkan mate barunya. Kamu sudah bangun. Semua orang sudah mendapatkan bahagia mereka masing-masing."

Frey mengangguk setuju. Dia kembali memeluk Luc, menyalurkan kerinduannya. "Aku merindukanmu. Grace juga merindukan Ben. Kita sama-sama saling merindukan. Bukankah lima puluh tahun itu sudah terlalu lama?"

Luc mengangguk setuju. "Ya, kamu benar."

Ada keheningan menyelimuti mereka dalam beberapa saat hingga pada akhirnya Luc memiliki ide cemerlang untuk membangun hubungannya dengan Frey lagi. "Sayang ... apakah kamu mau ikut berlibur bersamaku?" tanya Luc.

Frey mendongak, menatap wajah sang mate dari bawah. "Ke mana?"

"Ke dunia manusia."

Frey menjauhkan dirinya sedikit dari Luc. "Apakah tidak apa-apa?"

Luc mengangguk. "Aku rasa kita harus pergi ke tempat baru. Kak Kennard dan Kak Alice pasti setuju. Biar aku yang bicara dengan mereka nanti," kata Luc.

"Emm, baiklah," jawab Frey.

***

"Dunia manusia?" pekik Kennard ketika Luc meminta ijin kepada sang kakak untuk pergi beberapa waktu bersama Frey. Luc menemui Kennard di ruang kerjanya yang hanya ada mereka berdua di sana.

"Iya, Kak. Setelah sekian lama pada akhirnya Frey terbangun. Dia masih terpukul dengan kehilangan anak kami. Aku rasa kami berdua butuh suasana baru. Aku juga ingin mengalihkan perhatian Frey agar tidak terlalu bersedih," jelas Luc.

Sleeping MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang