BAGIAN 23

10 0 0
                                    


"Pesta?"

Alice mengangguk kepada suaminya. "Iya, Ken. Anggap saja ini sebagai pesta penyambutan juga. Dan mungkin saja di pesta nanti mereka bisa menemukan mate masing-masing."

Kennard melangkah menuju ke lemari besar miliknya guna mencari baju yang pas untuk ia gunakan tidur nanti. "Sebelum kita mengadakan pesta, apakah yang bersangkutan sudah menyetujui hal tersebut? Tanyakan dulu kepada mereka, Alice," ucap Kennard. Dia tak ingin segalanya menjadi sia-sia jika pada akhirnya kedua anak itu tidak hadir di pesta.

"Untuk Agata sudah setuju, aku sudah berbicara mengenai ini. Akan tetapi, untuk Owen, aku belum memberitahunya," jawab Alice.

Kennard mendekati istrinya itu sembari membawa baju ganti miliknya. "Kamu tanyakan dulu kepada dia. Jika dia setuju, maka akan aku buatkan pesta. Jika tidak, maka tidak akan aku lakukan."

Alice mengangguk. Wanita ini pun segera keluar kamar menuju ke kamar sang anak. Kennard yang melihat Alice tampak bersemangat pun hanya bisa memaklumi hal tersebut. Pria ini pun berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Owen yang tadinya sibuk membaca buku pelajarannya pun dikejutkan dengan kedatangan Alice yang tiba-tiba. "Bolehkah Ibu masuk?" pinta Alice. Meskipun ragu, Owen tetap membiarkan sang ibu masuk ke dalam kamarnya.

Keduanya sama-sama duduk di tempat mereka masing-masing. "Apakah kamu sedang sibuk sekarang, Nak?"

Owen menggeleng dengan pandangan penuh kepada Alice. Wanita itu pun tersenyum hangat. Ini adalah kali pertama mereka bisa mengobrol berdua setelah bertahun-tahun lamanya.

"Apakah ada hal yang kamu butuhkan saat ini? Jika iya, jangan sungkan untuk mengatakan kepada Ibu dan Ayah," kata Alice kemudian.

Owen mengembuskan napas lelahnya. "Ada apa Ibu ke sini? Owen sedang belajar," ucapnya. Meskipun terdengar sedikit kasar, akan tetapi Alice tak memasukkannya ke dalam hati.

"Ibu hanya ingin bertanya. Sebentar lagi adalah hari kelahiranmu dan Agata. Kami berencana mengadakan pesta untuk kalian. Selain untuk hari kelahiran, ini juga dilakukan sebagai penyambutan. Ibu sudah berbicara kepada Agata, dia tampak setuju saja. Sekarang Ibu bertanya kepadamu, apakah kamu setuju?"

Owen tampak kurang suka dengan pesta karena hidupnya di dalam sekolah tersebut hanya di isi dengan belajar. "Jika aku tidak setuju bagaimana?"

Alice tertegun beberapa detik, kemudian dia menormalkan ekspresinya lagi. "Itu tidak apa-apa. Ibu akan bicara kepada Agata jika tidak jadi ada pesta."

Mendengar nama sang adik membuat Owen menjadi tak tega. Kebahagiaan Agata terletak kepada Alice. Berbeda dengan Owen, tidak ada yang bisa membuat pemuda ini bahagia di sini. Hanya sang adik yang menjadi penyemangat hidupnya. "Baiklah. Aku setuju dengan adanya pesta," putus Owen yang berubah pikiran. Alice pun senang.

"Itu bagus, Nak. Kalau begitu kamu lanjut belajar, Ibu akan kembali ke kamar."

Owen mengangguk. Alice pun keluar dari kamar sang anak dengan senyum lebar di wajahnya. Sedangkan Owen tampak tak berekspresi sama sekali dan kembali membuka buku tebal miliknya.

"Frey," panggil Luc yang baru saja masuk ke dalam kamarnya dan menemukan sang istri sedang duduk bersantai di dalam kamar.

"Ya?"

Luc menghampiri istrinya itu. Setelah berbicara panjang lebar dengan Reynart, Luc sekarang menjadi semakin khawatir. Melihat ada yang tidak beres dengan sang mate membuat dahi Frey berkerut. "Ada apa?" tanyanya kemudian.

Luc tampak tertekan. "Aku tadi ke tempat Reynart," ungkapnya. Frey mengangguk, pantas saja dia tak menemukan Luc tadi siang. "Aku hendak meminta bantuan kepadanya untuk masalah Agata dan Owen," lanjutnya yang didengar baik oleh Frey.

Sleeping MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang