BAB 29

35 39 2
                                    

Keesokan harinya, tepatnya pada jam tiga dini hari, terdengar suara ketukan yang berasal dari jendela kamar Melisa.

Ketukan itu terdengar samar dan beraturan yang membuat si empu terusik dari tidurnya.

Melisa melugu sebelum bangun dari tidurnya. "S-siapa disana?" Tanyanya sedikit khawatir.

Bukannya mendapat jawaban malahan decitan aneh yang terdengar.

Melisa terkejut, dan melihat beda bulat dengan angka didalamnya, waktu menunjukkan pukul tiga dini hari, tidak mungkin kan kalau yang mengetuk kaca jendelanya adalah orang.

Dengan tubuh yang bergetar menahan takut, dirinya paksakan untuk melihat jendela. Ia menyibak kasar gorden yang menutupi dan mendapati ada secarik kertas dengan kotak yang terpampang jelas.

Dengan cepat dia membuka dan melihat ke sekeliling, tidak ada orang disana, dan mustahil juga karena kamarnya ada di lantai dua. Melisa mengambil kertas dan kotak tersebut dan membukanya, terdapat tulisan dengan tinta merah disana.

"Ini hanyalah awal permainan Melisa. Tunggu besok pagi disekolah, kamu pasti akan terkejut" gumamnya, membaca isi dari surat tersebut.

Melisa terperjat kaget dan mundur beberapa langkah, tangan yang tadi memegang kertas dan kotak langsung membekap mulutnya setelah membuka kotak tersebut. Ada boneka beruang kecil yang sudah tak berbentuk lagi.

Melisa menahan isakan, dia memejamkan mata sejenak dan menghela nafas. "Apa lagi ini" ucapnya begitu frustasi dan luruh ke lantai yang dingin.

Melisa gemetaran, ia langsung saja menjauhkan kotak itu. Jujur saja, sebenarnya ia benar-benar bingung, siapakah yang mengirim bingkisan aneh itu. Kali ini ia benar-benar ketakutan.

Ia memilih untuk kembali menidurkan tubuhnya itu. Namun, tetap saja pikiran-pikiran aneh tentang hal itu terlintas begitu saja.

"Melisa takut, Ma"

*****

"Mel!"

Melisa menoleh, dan sudah mendapati Queen dan juga Lauren dibelakangnya. Sebisa mungkin ia harus menebarkan senyumnya agar mereka tak curiga.

"gila lo, lo nggak tidur semalem ya?" tanya Queen pada dirinya itu. Benar sekali, setelah mendapat teror itu, Melisa memilih tidak tidur.

"iya, gue nyelesaiin tugas semalem" balas Melisa, dengan berbohong.

"udah sih Mel, nggak usah terlalu dipikir, gue juga Osis, tapi nggak gitu amat" seru Queen.

"iya Mel, lo itu manusia, bukan robot. Robot aja kalau dipaksa kerja terus juga bakal rusak" titah Lauren memberi saran.

"iya-iya maaf. Makasih udah ngingetin" Melisa tersenyum melihat kedua sahabatnya itu terlihat begitu khawatir dengannya.

"udah yok ke kelas" ajak Queen. Ia pun langsung melangkah menuju ke kelas, begitu juga Melisa dan Lauren

*****

"gue punya dj rimex baru, lo mau dengerin nggak?"

Itu suara Arka. Cowok satu itu memang sangat heboh jika berkumpul. Selain hobi mengoleksi cewek, ia juga memiliki hobi mengoleksi DJ Rimex.

"jamet jj emang" gumam Zidan dengan menggelengkan kepalanya.

"main bekel yok, gabut gue" ajak Arka. Memang aneh anak yang satu ini. Selain jago menggoda cewek, ia juga jago bermain bekel.

"oke, nantangin lo?" ujar Zidan.

"yang kalah pargoy sejam di lapangan sekolah, dan juga traktir sepuasnya" ucap Arka dengan lantang.

"oke. Palingan lo juga yang kalah" remeh Zidan dengan senyum miringnya.

"ets... Jangan sombong dulu brader, gue udah latihan kemarin sama adik gue" seru Arka begitu percaya diri.

Mereka pun mulai melangsungkan permainan. Sedangkan Alan dan juga Jordan hanya terdiam seraya menggeleng-gelengkan kepalanya heran melihat tingkah kedua sahabatnya yang sangat strong, alias stres tak tertolong.

Ting...

"Kebelakang sekolah, ada yang mau aku bicarain sama kamu"

*****

Melisa dengan anak-anak OSIS lainnya, sedang melakukan kegiatan rutinnya, yaitu patroli, untuk melihat ketertiban para siswa.

Ting...

Saat ia dan Andre hendak menuju kelas 10 A tiba-tiba saja notifikasi pesan mengalihkan perhatiannya. Dengan segera Melisa membuka pesan tersebut.

+62-853-****-****
"kebelakang sekolah, kalau lo mau tau kejutan yang bakal terjadi"

Kira-kira seperti itulah pesan yang dikirimkan oleh nomer misterius. Melisa menyengritkan dahinya. Sebenarnya siapa orang ini?, dan apa maunya?

"kenapa Mel?" Tanya Andre karena Melisa berhenti ditengah jalan.

"emm, gapapa gue ke toilet bentar, lo lanjut aja" pamitnya yang segera melangkah pergi, meninggalkan Andre beserta kebingungannya.

Dengan langkah yang tergopoh-gopoh, Melisa menuju kebelakang sekolah seperti yang dikirimkan oleh nomer misterius itu. Dirinya begitu penasaran dengan apa yang akan terjadi. Jujur saja, Melisa sedikit takut, karna ia memilih untuk datang sendiri dan tidak ditemani oleh siapa pun.

Sesampainya disana Melisa dibuat bingung, ia seperti mengenali orang yang sedang berada disana. Satu orang perempuan dan sosok pria yang begitu ia kenali.

Melisa pun memilih bersembunyi dibalik tembok yang menjulang tinggi, dan mulai mendengarkan pembicaraan mereka.

Saat melisa bersembunyi di belakang tembok tak sengaja dia menginjak kaleng dan menimbulkan suara cukup kencang hingga mengalihkan atensi kedua orang tersebut.

"Bodohnya kamu Melisa" dumel Melisa kepada dirinya sendiri.

"Siapa disana?" Tanya si perempuan misterius.

"Biar gue liat dulu"ucap si cowok misterius menghentikan pergerakan sang perempuan.

"Oke" Cewek itu mengikuti dari belakang.

"Gue harus pergi dari sini" ucap Melisa, dan dia langsung pergi dari belakan sekolah sebelum mereka berdua mengetahuinya kalau dia sudah ada di situ.

Melisa pergi tepat sebelum cowok tersebut melihatnya.

"Siapa woii?!" Tanya si perempuan mulai emosi .

"Gak ada apa apa cuma kucing" opini si cowok dengan tenang.

"Oh cuma kucing"

Bersambung.....

Vote komennya jangan lupa ya 🥳

My bad boy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang