Setelah kejadian mimisan kemarin, hari esoknya Melisa jatuh sakit hingga absen masuk sekolah.
Badannya panas, mukanya pucat seperti mayat hidup versi panas.
Arum yang senantiasa menjaga Melisa tak henti-hentinya membujuk Melisa agar mau dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut.
Jangankan dibawa ke rumah sakit, mau di datangkan dokter saja Melisa menolaknya.
"Melisa, kamu kenapa kok bisa tiba-tiba sakit begini, biasanya jarang loh kamu sakit sampai begini" kata Arum sambil mengganti handuk kompres.
Melisa tidak menjawab, dia memandangi langit-langit kamar dengan tatapan kosong dan sedetik kemudian memejamkan matanya.
"Mel?" Tanya Arum, yang melihat anaknya memejamkan mata membuatnya sedikit khawatir.
"Melisa?" Tanyanya lagi sambil menggoyangkan tubuh Melisa perlahan.
Tidak mendapat jawaban membuatnya semakin panik dan mencoba memanggil Melisa sekali lagi. "Mel!" Oke kali ini Arum benar-benar panik.
"Pa...! Melisa pa!" Teriak Arum langsung berlari keluar kamar dan mencari suaminya.
Ardan yang sedang menikmati secangkir teh dengan serial tv kesayangannya itu merasa terusik akibat teriakan Arum.
Arum berlari secepat yang dia bisa menuruni tangga hingga sampai didepan suaminya.
Arum dengan nafas tersengal-sengal mencoba menceritakan apa yang terjadi. "Pa...anak kita...." ucapnya terhenti dan mencoba mencari nafas sebanyak-banyaknya.
"Kenapa Ma? tenangin dulu diri Mama, baru ceritain" bujuk Ardan.
Setelah dirasa nafasnya mulai normal Arum melanjutkan perkataannya yang sempat terpotong. "Itu Melisa, gak mau bangun!"
"Maksud Mama apa?"
"Itu loh, tadi Mama kan gantiin kompres, nah Melisa tu natap langit-langit kamarnya tapi tatapannya kosong, terus pas Mama balik badan buat pasang kompres yang baru dia udah mejamin matanya, pas Mama panggil dia gak jawab jawab pa!" Jelas Arum, tubuhnya gemetar dengan peluh di dahinya, air mata mulai mengalir dari pelupuk matanya.
Mendengar itu, Ardan langsung berjalan cepat menuju kamar putri semata wayangnya itu.
Sesampainya disana Melisa masih terkapar dengan wajah yang begitu pucat.
“Melisa kok jadi bikin ngeri ya, Ma” ujar Ardhan dengan menggidikkan bahunya.
Plak
Arum memukul lengan Ardhan dengan sedikit keras “malah bercanda!”
“siapa yang bercanda sih, kan emang bener” lontar Ardhan sedikit kesal.
“ya nggak gitu juga dong. Itu kan anak Papa juga” Arum kembali berujar.
“iya-iya. Apa dibawa ke rumah sakit aja ya ma,” saran Ardhan pada Arum.
Arum pun berpikir sejenak “iya deh Pa, dibawa ke rumah sakit aja, demamnya juga nggak turun-turun”
Kedua orang tua itu pun memilih untuk membawa Melisa ke rumah sakit, takutnya jika Melisa terkena apa-apa.
*****
Sesampainya dirumah sakit Arum dan juga Ardhan pun segera membawa Melisa ke IGD untuk pemeriksaan.
Seraya menunggu dokter memeriksa Melisa, Ardhan dan juga Arum menunggu diruang tunggu. Tak berselang lama, dokter pun sudah datang.
“orang tua Melisa Lavendra?” tanya dokter itu pada mereka.
“iya, dok, kamu berdua” Arum dan juga Ardhan berdiri dari tempat duduknya.
“bisa ikut keruangan saya?, Ada hal yang ingin saya dibicarakan” ujar Dokter itu.
*****
Ardhan dan juga Arum menatap amplop pemberian dari dokter itu. Mereka berdua pun saling pandang dengan wajah yang nampak bingung.
“jadi, ada kabar yang kurang baik terjadi pada Melisa, ibu, bapak” Dokter itu menatap lekat keduanya. Entah kenapa suasana mendadak menjadi serius.
“kabar buruk? Kabar buruk apa dok?” tanya Arum, jantungnya mendadak berdetak dua kali lebih tegang.
Dokter itu nampak menghela napas “Melisa memiliki penyakit kangker hati, dan kangker itu sudah pada stadium akhir, ibu, bapak.”
Arum dan juga Ardhan nampak kaget sekaligus tak percaya dengan itu.
“dokter tidak bercanda kan?” Arum bertanya dengan sedikit menyentak.
“saya tidak bercanda. Dan satu lagi, ibu, bapak, jika” dokter itu menjeda ucapannya “kangker ini tidak bisa disembuhkan, kami hanya bisa mencegahnya untuk tidak bertambah menyebar. Namun, karna kanker Melisa sudah berada di stadium akhir, kami hanya bisa menahannya untuk bertahan hidup lebih lama”
*****
Jordan terlihat termenung di sebuah taman yang tak jauh dari rumahnya. Ia tiba-tiba saja mengingat momen-momen kebersamaannya dengan Melisa. Mengapa hubungnya dengan Melisa menjadi renggang. Bahkan untuk saling bertegur sapa pun tidak, terlihat akhir-akhir ini mereka jarang berkomunikasi.
Apakah kisahnya dengan Melisa akan berakhir detik ini juga? Ia berusaha melupakannya, namun masih saja kenangan manisnya dengan Melisa tidak mudah untuk ia lupakan.
"Gue nggak nyangka kita bakalan kayak gini" batin Jordan.
"Tapi itu juga kesalahan lo, gue juga masih nggak nyangka lo selingkuh sama Andre dibelakang gue" imbuhnya.
Tanpa disengaja pandangan kini tertuju pada dua orang remaja yang sedang dimabuk cinta lebih tepatnya sedang kasmaran.
"Gue nggak bisa lupain lo Mel. Tapi gue juga kecewa sama lo" kata Jordan.
Bersambung......
Yuhuuu, kasian ya Melisa
Tapi mau gimana lagi.
Jangan lupa vote komennyaFollow akunnya black flower juga biar gak ketinggalan info terbaru.
@blac.kflower4
@silentboom9

KAMU SEDANG MEMBACA
My bad boy?
Teen FictionMelisa Lavendra yang nota bate nya sebagai ketua OSIS malah dijodohkan dengan Brandalan disekolahnya? Apa yang akan terjadi...? Jika anda penasaran silahkan dibaca...:) "semua alur ini murni pemikiran sendiri bukan menjiplak atau pun plagiat cerita...