BAB 32

31 30 7
                                    

Club yang ramai dengan alunan musik dan para pelayan yang menari menjadi saksi keterpurukan seorang Jordan Adijaya.

Setelah pamit pulang dari markas, Jordan langsung saja melancarkan aksinya, pergi ke club malam sudah menjadi rutinitasnya kalau dilanda masalah besar, seperti saat ini.

Jordan hanya main minum-minum tidak lebih dari itu, dia juga masih mengenal batasnya.

"Argh Melisa, Lo selingkuh" gumamnya yang sudah mabuk.

"Bangun" kata seseorang.

Jordan mengangkat kepala, matanya memerah dan sayu nampak kalau sekarang dia mulai mabuk.

"Ck, tinggalin gue sendiri"

"Dah berapa lama, Lo disini?"

"Apa peduli Lo"

"Jor, gue udah kenal, Lo dari lama, berhenti rusak diri, Lo sendiri"

"Bacot Lo, Lan"

Alan, anak itulah satu-satunya yang tau kebiasaan buruk Jordan ini, selain dirinya tidak ada lagi yang tahu, bahkan keluarganya sekalipun.

Alan menghela nafas. "Percuma, Lo lakuin ini bos, Melisa gak bakalan suka"

"Gue bilang diem, Lo gak tau apa yang gue rasain" murka Jordan menggebu-gebu.

"Jordan, sadar, Lo yang salah, Lo terlalu kekanak-kanakan!" Murka balik Alan.

Selang berapa menit mereka bertengkar mereka keluar dari club itu dan Alan memiliki niat untuk mengantarkan Jordan balik, karena dia khawatir dengan Jordan yang sedang mabuk jika pulang sendiri, takutnya ada hal diluar kendali yang terjadi.

"Jor, biar gue anterin lo pulang" ucap Alan.

"Gak usah gue bisa sendiri" Jordan menolak ajakan Alan sembari memegang kepalanya yang pusing.

"Gue gak akan biarin lo pulang sendiri dengan kondisi lo yang kayak gini"

"Gue bilang gak usah ya gak usah, lo denger gak sih, Lan"

Jordan pun langsung jalan ke arah motor nya yang terparkir dan langsung menaiki motornya tanpa menghiraukan Alan. Jordan melajukan motornya sangat kencang dan Alan yang sedikit khawatir dengan aksi Jordan langsung mengejarnya dari belakang untuk memastikan Jordan pulang tanpa ada masalah di jalan.

Dengan laju motor Jordan yang sangat kencang membuat Alan kehilangan jejak. Alan berhenti sejenak untuk melihat sekeliling dan mencari keberadaannya, namun nihil, dia benar-benar kehilangan jejak kali ini.

Suasana dijalan itu sunyi dan mencekam, membuat siapapun tidak akan betah berlama-lama disana.

Alan mengacak rambutnya kasar setelah terlepas dari helm. "Akhh sial" ucapnya dan segera meninggalkan tempat tersebut.

****

Melisa anak itu kini tengah merenung di balkon kamarnya seraya menatap langit malam yang begitu suram tanpa adanya taburan bintang yang menghiasinya, dengan tiupan angin yang menusuk kulitnya saking dinginnya udara malam ini, Melisa menarik nafas beratnya, kemudian menghembuskannya secara perlahan.

Kini tatapannya beralih pada sebuah cincin emas yang pas melingkar dijari manisnya itu.

Flashback on

Kedua keluarga itu nampak begitu senang ketika dua remaja yaitu Jordan dan Melisa yang direncanakan untuk dijodohkan.

“ayo dong dipasang cincinnya” itu suara Arum. Wanita paruh baya itu begitu sumringah melihat dua remaja yang terlihat begitu cocok.

“iya, ayo cepetan” seru Kirana dengan senyum tak kalah sumringah.

Mereka berdua pun hanya tersenyum canggung menanggapi perkataan kedua wanita paruh baya itu. Jordan pun segera mengambil kotak cincin berbentuk love dengan warna merah merona dan mengeluarkan satu cincin untuk dipasangkan pada tangan Melisa.

“siniin tangan lo” suruh Jordan ala bisik-bisik tetangga.

“mau ngapain lo?” balas Melisa dengan berbisik juga.

“ya mau ngasih cincin ke tangan lo lah, yakali ketangan gue” seloroh Jordan sedikit kesal.

“owalah ngomong dong kids” balas Melisa sedikit bercanda untuk mengurangi rasa gugupnya.

Dengan segera Jordan pun langsung saja melingkarkan cincin itu pada jari Melisa. Melisa juga, ia kemudian melingkarkan cincin itu pada jari manis Jordan.

“cie... Foto dulu yo, foto” seru Arum begitu semangat.

Flashback off

Tak terasa, air matanya mengalir begitu saja. Melisa masih saja menatap cincin yang melingkar itu. Pikirannya masih saja memikirkan kejadian manis dimana dirinya dijodohkan dengan Jordan. Namun, kejadian tadi membuatnya begitu sedih bahkan ingin sekali melupakan kejadian itu.

Melisa melepas paksa cincin itu kemudian langsung saja membantingnya kebawah “gue benci sama lo, Jordan!” serunya diiringi tangis yang pecah.

****

Setelah melakukan aksi kejar-kejaran dengan Alan. Kini Jordan berhenti di salah satu pantai. Pantai yang dulu pernah ia kunjungi dengan Melisa.

Dengan suara desiran ombak yang tenang dan semilirnya angin malam. Jordan meluapkan semuanya disini. Semua masalah menimpa dirinya.

"AAAAAAAAAAA"

"GUE BENCI SAMA LO MELISA"

"Apakah cinta, kasih sayang, yang gue berikan ke Lo itu kurang, sampai-sampai Lo mengkhianati gue" lirih Jordan disertai dengan kekehan kecil diakhir kalimat.

"Gue udah berusaha jadi yang terbaik buat Lo, tapi lo malah mengkhianati gue dengan cara Lo selingkuh sama, Andre"

Ia masih tidak menyangka orang yang ia cintai telah mengkhianatinya. Ia merasa semua perjuangannya kini sia-sia.

Bersambung......

Wah Jordan sadboy cuy gak jadi badboy, wkwk, kasian.
Komen sebanyak-banyaknya "Jordan didikan lord fajar"

Janlup vote komennya

My bad boy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang