BAB 37

23 6 24
                                    

Jordan berusaha secepat mungkin untuk menuju rumah sakit, setelah membeli bunga, dia dengan cepat membelah jalan ibu kota yang terlihat ramai.

Tidak butuh waktu lama akhirnya dia sampai di parkiran rumah sakit.

Jordan pun bergegas turun dari motornya dan langsung menuju kamar yang telah diberitahu mamanya itu.

*****

Di lorong kamar nomer 3 VVIP sudah terdapat inti dari silent boom dan juga Queen, Lauren.

Kehadiran Jordan hanya disambut dengan tatapan sinis dari Arka. Jordan tak menghiraukannya tetapi dia mengalihkan pandangannya menuju Lauren yang sedang menangis histeris.

"Puas Lo, bos?"

Kata yang keluar dari mulut Zidan langsung mengalihkan atensi. Lauren yang tadinya menundukkan kepalanya langsung mendongak dan mendapati Jordan tidak jauh darinya.

Dia pun langsung berdiri dan dengan amarah yang menggebu-gebu, langsung memukul dada Jordan dengan sekuat tenaganya, walau itu tidak berasa bagi Jordan.

"Puas Lo, bikin Melisa begini? puas hah?!" Maki Lauren.

Jordan hanya diam dan menerima pukulan demi pukulan yang Lauren berikan kepadanya.

"Hiks dasar manusia brengsek, Lo seneng bikin Melisa menderita sampai dia harus berjuang antara mati dan hidup"

Deg

Jantung Jordan seperti berhenti kala itu. Hidup dengan mati? apa maksudnya?

Ardan yang mendengar keributan diluar ruangan pun lantas keluar dan mendapati Jordan sudah berada disana.

"Jordan" panggil Ardan dari belakang yang membuat Jordan dan Lauren, Queen, Arka, Alan dan Zidan seketika langsung diam.

"Om Ardan" ucap Jordan.

"Sekarang om minta tolong sama kamu Jordan, tolong kamu mau masuk ke dalam Melisa butuh kamu di sampingnya sekarang" seru Ardan dengan wajah khawatir.

Flashback

Alan, Arka dan juga Zidan menyusuri lorong rumah sakit untuk melihat keberadaan Melisa. Setelah menemukannya, mereka bertiga segera masuk kedalam. Suasana mendadak tegang, semua yang berada di ruangan tengah menangis sesenggukan tanpa henti.

"Mel" ujar Zidan menghampiri Melisa yang tengah berbaring lemah di brangkar rumah sakit.

Melisa tersenyum, bibir pucat nya dan mata sendu itu berhasil membuat hati Arka dan Zidan sedikit tersentil.

"sory Mel, gue nggak bisa bujuk Jordan buat ikut kesini" Arka menundukkan pandangannya. Tak kuasa ia melihat Melisa yang terbaring lemah seperti ini.

"Gue juga minta maaf Mel" Zidan juga menundukkan kepalanya.

"nggak usah minta maaf, ini bukan salah kalian" Melisa memaksa tersenyum, jujur saja ia sedikit kecewa karna tak bisa bertemu dengan Jordan di akhir-akhir hayatnya.

"gue juga minta maaf, selama ini gue sering jahil sama lo pada. Jaga kesehatan, sehat itu mahal, jangan biarin diri lo penyakitan kaya gue" Melisa tertawa diakhir kalimatnya. Entahlah, tapi tawa Melisa mengandung bawang kali ini.

"Kalian inti silent boom, tolong jaga Jordan buat gue ya, jangan bikin ulah terus disekolah, kasian Andre nanti kesusahan, gue udah gak bisa tegur kalian lagi kalo kalian ada salah" lanjutnya yang mulai meneteskan air mata.

"Maksud lo, apa ngomong gitu!" Elak arka

Melisa hanya tersenyum "kalau gue pergi, bilang sama Jordan ya, gue ngasih ini" Melisa memberikan surat yang telah lama ia tulis.

Flashback off

Kemudian Jordan pun masuk ke dalam ruangan Melisa. Dan ia mendapati Melisa yang terbaring lemas di atas brankar rumah sakit.

Seketika suasana pun menjadi hening. Tidak ada yang memulai percakapan antara keduanya. Selang beberapa menit kemudian Melisa pun memulai berbicara dengan Jordan. Ini adalah saat-saat terakhir ia berbicara dengan Jordan.

"Jordan" panggil Melisa disertai dengan suara yang sedikit melemas.

"Iya Mel" balas Jordan.

"Sebelum gue pergi, gue minta maaf sama Lo, maaf gue belum bisa jadi yang terbaik buat Lo"

"Lo ga boleh bicara kayak gitu, Lo ga boleh pergi" ucap Jordan.

"Kalau udah takdir gimana?"

Perasaan Jordan rasanya tidak karuan. Ia menyesal dengan kejadian-kejadian sebelum Melisa masuk rumah sakit.

"Udah nggak usah bicara kayak gitu lagi"....."Lo harus kuat" Imbuhnya.

"Tapi lo harus janji sama gue. Lo harus bahagia, Lo harus jadi ketua yang bijak, Lo harus bisa bahagiain kedua orang tua Lo"

"Gue pamit ya, Jordan Adijaya"

Tit....

Suara alat terdengar begitu nyaring, garis yang terlihat dalam gambar kini berubah menjadi garis lurus. Melisa memejamkan matanya dengan senyum tipis diwajahnya, pejaman yang begitu damai.

"MELISA..." Arum berteriak histeris. Arum juga sampai pingsan karna terlalu syok.

Kini, Melisa Lavendra. Telah berpulang kepada sang kuasa.

"Mel..." Jordan berteriak. Tak ia sangka, Melisa benar-benar pergi untuk selama-lamanya. Rasa bersalah dan menyesal mulai menggerogoti hatinya. Jordan meneteskan air matanya, ia menangis bukan karna cengeng, tetapi bagaimana pentingnya sosok Melisa di hidupnya.

Satu isi ruangan juga ikut menangis, mereka tak bisa menahan air mata mereka untuk jatuh.

Jordan menggenggam tangan Melisa yang sudah begitu dingin, "Selamat tinggal, Melisa Lavendra. Tunggu gue disana" ucapnya untuk terakhir kalinya dan memeluk Melisa begitu erat.

30-1-2020 Melisa Lavendra telah berpulang

-TAMAT-


Spam:😭
Tepuk tangan karena cerita ini selesai, terimakasih sudah membaca hingga akhir.
Nantikan kisah seru lainnya!
Isi surat dari Melisa ada di extra part selanjutnya ya! Pantengin terus.


Vote komennya jangan lupa.

My bad boy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang