Hari-hari berlalu dan kondisi Melis semakin hari semakin melemah, tidak ada jalan keluar untuk kesembuhan ini.
Dokter mengatakan kalau hidupnya bisa saja hanya tinggal satu minggu. Berbagi cara telah dilakukan Ardan dan Arum, namun tidak ada yang membuahkan hasil, ternyata uang banyak tidak menjamin seorang bisa hidup dengan sehat tanpa kendala.
Hati Arum hancur berkeping-keping, beberapa hari belakangan tidak ada makanan yang ditelan nikmat olehnya, orang tua mana yang tega melihat anaknya seperti ini.
Arum memegang tangan Melisa yang dingin. "Nak, maafin mama ya? Mama belum bisa jagain kamu dengan benar" ucapnya menahan tangis.
"Mama gak salah, malahan aku yang salah disini karena gak kasih tau Mama sejak awal"
Tak bisa dibendung lagi, satu tetes air mata berhasil keluar dari pelupuk mata Arum, hatinya benar-benar hancur sehancur hancurnya saat mendengar suara lemah anaknya itu.
"Ma? aku boleh minta tolong?" Tanya Melisa.
"Minta tolong apa sayang?"
"Tolong ajak Lauren dan Queen kesini, Melisa kesepian"
Arum mengangguk mantap. "Bisa kok sayang, tapi tunggu papa dulu ya, sebentar lagi papa kesini kok" kata Arum dan di angguki lemah oleh Melisa.
****
Selang beberapa menit pintu ruang rawa Melisa terbuka dan menampakkan dua sahabatnya itu, Lauren dan Queen.
Lauren dan Queen pun perlahan jalan ke ranjang Melisa dan Melisa yang melihat kedua sahabatnya itu dia sangat bahagia dan tersenyum.
"Mel lo gak kenapa gak cerita soal ini ke kita" ucap Lauren dengan mengusap air mata yang mengalir ke pipinya.
"Ya kenapa lo gak cerita sih?, Lo masih menganggap kita sahabat lo gak sih" ucap Queen sembari memegang tangan Melisa .
"Maafin gue ya karena gue gak cerita soal penyakit gue ini ke kalian "ucap Melisa ke Lauren dan Queen dengan air mata yang mulai mengalir di pipi nya.
****
Queen dan juga Lauren tampak merasa bersalah, tak ia sangka, Melisa menyembunyikan penyakit seberbahaya ini. Lauren dan Queen meneteskan air matanya tak kuasa melihat Melisa terbujur lemah dengan alat-alat canggih terpasang di tubuh mungilnya.
“Mel, sorry. Gue nggak pernah tau kalau lo punya penyakit seberbahaya ini, Mel” Queen berujar dengan air mata yang mengalir deras membasahi pipinya.“ini bukan salah kalian kok, gue nya aja yang egois, gue nggak mau kalian tau tentang penyakit gue, dan nantinya malah ngerepotin” Melisa berusaha tersenyum dihadapan kedua sahabatnya itu.
“Mel, gue udah bilang sama Arka dan anak-anak SILENT BOOM tentang kondisi lo, dan pasti Jordan kesini kok” seru Lauren pada mereka.
Jujur saja, untuk saat ini, Melisa memang ingin sekali bertemu dengan Jordan. Setidaknya, anak itu datang untuk mengucapkan kata perpisahan terakhirnya. Namun apa, cowok itu tak sekali pun peduli terhadapnya.
*****
“setidaknya lo datang, Dan, Melisa sedang berjuang ngelawan penyakitnya. Dia butuh lo Dan, turunin sedikit ego lo, demi dia!” ujar Zidan. Sedari tadi, Arka, Alan dan juga Zidan tengah membujuk Jordan untuk menemui Melisa. Setelah Arka mendapat pesan dari Lauren tadi, mereka berencana untuk melihat Melisa, namun Jordan masih saja tak mau untuk menjenguknya.
“kenapa harus gue?, Dia masih ada Andre kan?, Untuk apa gue dateng?” Jordan tersenyum miring.
“kali ini gue kecewa sama lo, bos. Sebejat-bejatnya gue yang sering mainin hati cewek, tapi gue nggak pernah suka kalau lihat cewek menderita!” Arka angkat suara, jujur saja ia memang sudah kecewa dengan sikap Jordan yang keterlaluan kali ini.
Zidan dan juga Arka pun memilih untuk melangkah pergi menuju rumah sakit saja, tidak peduli jika memang Jordan ingin menemui Melisa atau tidak.
“temui dia, sebelum lo nyesel nantinya” Alan menepuk punggung Jordan dua kali, setelah itu, ia langsung melangkah pergi bersama dengan Arka dan juga Zidan.
Jordan tampak merenung mencoba mencerna perkataan Alan. Sebenarnya, Jordan ingin sekali menemui Melisa kali ini, tapi gengsinya begitu besar hingga rasa ingin menemuinya itu tertutup oleh rasa tak ingin menemui.
*****
"Kalau dipikir-pikir bener juga apa yang Alan bilang" batin Jordan.
"Mungkin ini saatnya gue memperbaiki hubungan gue sama Melisa"
Tingg
Notifikasi pesan yang berasal dari handphone milik Jordan. Ia pun segera mengambil benda pipih tersebut di saku jaketnya.
"Sebelum semuanya terlambat, sebaiknya Lo harus kesini nemuin Melisa, dan sebelum semuanya berakhir mungkin ini kesempatan terakhir lo. Lo terlalu mikirin gengsi, egois Lo!"
Isi pesan tersebut, yang dimana pesan tersebut adalah pesa dari Alan. Ia berusaha meyakinkan Jordan agar segera menemui Melisa untuk yang terakhir kalinya.
Alhasil Jordan pun segera bergegas menuju rumah sakit. Tetapi saat di perjalanan entah mengapa, tanpa disengaja ia berhenti di sebuah toko bunga yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumah sakit. Mungkin ia ingin membelikan bunga untuk Melisa sebagai tanda permintaan maafnya dan sekaligus bunga terakhir untuk Melisa.
Bersambung.......
Kasian ya Melisa, kalian ada kata-kata perpisahan gak buat Melisa?
Tulis aja di kolom komentar, sebelum semuanya terlambat!!Vote komennya jangan lupa
Follow akunnya black flower juga
@blac.kflower4
@silentboom9
Bakalan ada kisah menarik loh, spoiler nya ada di Instagram loh buruan follow biar gak ketinggalan 🎉

KAMU SEDANG MEMBACA
My bad boy?
Teen FictionMelisa Lavendra yang nota bate nya sebagai ketua OSIS malah dijodohkan dengan Brandalan disekolahnya? Apa yang akan terjadi...? Jika anda penasaran silahkan dibaca...:) "semua alur ini murni pemikiran sendiri bukan menjiplak atau pun plagiat cerita...