BAB 28

46 47 4
                                    

Hari berikutnya adalah pertandingan sepakbola, dan kini anak-anak sedang berkumpul di lapangan kecuali ketua OSIS kita.

Melisa sedang menelungkupkan kepala di lipatan tangan, tiba-tiba saja terdengar suara nyaring yang memenuhi ruangan tersebut.

Prang!!!

"AAAAA" teriak Melisa kaget, melihat kaca ruang OSIS pecah.

Dia mengusap dadanya untuk menetralkan rasa terkejutnya itu, lalu beranjak untuk melihat lebih jelas.

Disana terdapat batu yang dilemparkan pelaku hingga membuat kaca pecah.

Melisa melihat sekeliling. "Siapa?" Tanyanya dengan nada dibuat dingin, dia tidak boleh lengah.

Dua detik kemudian dia mengambil batu tersebut, ada secarik kertas disana.

'lo bakal tau sesuatu yang tidak pernah kau sangka. Melisa Lavendra'

Begitulah isi surat tersebut.

Melisa dibuat bingung, siapa yang mengirim ini? Adakah musuhnya di sekolahan ini?, Berbagi pertanyaan bersemayam dalam benaknya.

Dengan kecepatan kilat Melisa langsung menyambar laptop khusus cctv dan melihat kejadian itu dengan rekaman cctv.

Mata coklatnya menatap setiap inti dari video rekaman tersebut, ada yang janggal didalamnya.

Dia mengamatinya kembali. "Hoodie hitam dan juga perawakan yang tinggi, Siapa dia?" Gerutunya.

Brak!!!

Pintu dibuka dengan kencangnya. Terdapat sosok Andre dengan nafas tersengal-sengal.

"M-mel" panggilnya dengan suara bergetar.

Sekian detik kemudian, Andre menangkap Melisa, dan memeluknya erat.

"Lo nggak papa kan?" Tanyanya masih membekap Melisa.

Melisa mencoba mengurai pelukannya tetapi kekuatan Andre lebih kuat memeluknya. "Gue nggak papa, malahan lo yang kenapa?"

Andre melepas pelukannya. "Gue tadi denger ada kaca pecah pas mau otw ke sini" jelas Andre.

Namun, perhatian Melisa malah tertuju pada penampilan Andre yang begitu cocok dengan orang yang berada di cctv, hoodie hitam, dan perawakan tinggi itu nampak seperti orang yang berada di cctv itu.

“Masa Andre?”

Berbagai macam pikiran buruk memenuhi isi pikirannya, ada sedikit bubuk curiga kepada Andre. Namun, sebisa mungkin ia menghilangkan rasa curiganya itu. Apalagi bukti yang masih kurang jelas.

“pertandingan udah selesai?” tanya Melisa mencoba mengalihkan pembicaraan.

“belum, lo beneran nggak papa Mel?” tanya Andre lagi.

“gue nggak papa kok, beneran. Yuaudah gue ke toilet dulu bentar”

“oke Mel, hati-hati ya”

Melisa pun segera beranjak keluar dari ruangan Osis itu, dan mulai melangkahkan kakinya menuju toilet.

Seseorang tersenyum, dengan senyum miringnya “permainan pertama, done”

*****

Melisa membasuh mukanya, lalu menghadap pantulan dirinya di cermin. Untuk kali ini Melisa benar-benar dihantui dengan rasa gelisah sekaligus curiga.

“masa Andre pelakunya?”

Melisa nampak berfikir “nggak-nggak, gue udah kenal dia dari lama, dia orang baik, masa ngelakuin kayak gitu”

“tapi...” entah kenapa Melisa menjadi tidak yakin, jujur saja, meskipun Melisa sudah mengenal Andre dari lama, namun dirinya masih belum tau seluk beluk Andre, bahkan anak yang satu itu juga sedikit misterius.

My bad boy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang