***
Ini bukanlah hari ulang tahun yang Jiyong harapkan. Ia memang bukan tipe orang yang antusias dengan ulang tahunnya, namun melihat kenalannya jatuh dari lantai dua puluh, bukan lah kejutan yang pernah ia bayangkan. Jangankan hadiah, bahkan ucapan selamat ulang tahun pun tidak sekalipun ia dengar hari ini.
Sedang partnernya mulai menyelidiki, Jiyong perlu menenangkan istrinya. Lisa jatuh dari tempatnya berdiri ketika mendengar jawaban Jiyong. Tahu kalau Jung Jaehyun yang jatuh, kaki Lisa seketika lemas. Jiyong langsung mengulurkan tangannya, menahan istrinya agar tidak duduk di atas genangan air kotor bercampur darah. Hujan deras membuat darah sekretaris Jung menggenang kemana-mana.
Jiyong membantu Lisa melangkah, masuk ke dalam gedung. Ia rangkul istrinya, sampai membantunya duduk di meja kerjanya. "Augh! Kau jadi basah," komentar Jiyong, meraih beberapa lembar tissue dari meja kerja istrinya, mengusapkan tissue itu ke beberapa bulir air di wajah sampai leher Lisa.
"Apa yang terjadi?" tanya Lisa, meski ia sudah tahu inti kejadiannya, namun semua itu melompat-lompat dalam kepalanya, membuatnya kebingungan.
Jiyong berlutut, meraih tangan Lisa kemudian mengusapnya. Memijat lembut jemari istrinya yang gemetar. "Aku melihatnya," susul Lisa sementara Jiyong masih menimbang-nimbang bahasa yang pantas untuk ia bicarakan pada istrinya. "Saat menoleh, kurasa aku melihatnya, kulitnya pucat," katanya dan Jiyong menganggukan kepalanya. Ia usap pipi istrinya, lantas tersenyum, mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja.
Saat tahu kalau ada seseorang yang jatuh di gedung tempat Lisa bekerja tadi. Jiyong sempat berfikir untuk melarang istrinya pergi bekerja. Namun mengingat peringai istrinya, Lisa tidak akan menurutinya. Karenanya, daripada Lisa pergi sendirian, terkejut sendirian, Jiyong memutuskan untuk mengajaknya sekalian. Setidaknya, keberadaannya di sana bisa sedikit menenangkan istrinya— begitu awalnya, sampai ia menyesal karena ternyata korbannya adalah kenalan istrinya.
"Tidak aku duga kalau korbannya adalah seseorang yang kita kenal," kata Jiyong. "Harusnya aku memintamu untuk tetap di rumah saja," susulnya.
"Apa dia bunuh diri?" Lisa bertanya namun Jiyong menggelengkan kepalanya. Belum ada seorang pun yang tahu alasan Jung Jaehyun jatuh dari atap gedung itu.
"Akan aku cari tahu," tenang Jiyong. "Aku bisa menemanimu sampai rekan kerjamu yang lain datang, jadi tenang lah... Aku tahu ini mengejutkan, tapi cobalah untuk sedikit lebih tenang. Ingin aku buatkan sesuatu? Teh? Dimana pantry-nya?" tanyanya kemudian.
Lisa menggelengkan kepalanya. Siapa yang bisa minum apalagi makan setelah melihat banyaknya darah bercampur air hujan di bawah tadi? Jadi, untuk menenangkan dirinya, ia peluk suaminya. Merasakan helai rambut basah juga jaket lembab dari tubuh suaminya.
"Apa yang harus aku lakukan?" bisik Lisa, masih memeluk dan menerima balasan atas pelukan itu.
"Tidak ada," Jiyong ikut berbisik. "Aku akan melakukan segalanya, untuk mencari tahu apa yang terjadi. Kau tidak perlu melakukan apapun," tenang pria itu.
Tiga orang rekan kerja Lisa datang sekaligus. Ketiganya sedikit terkejut ketika melihat Jiyong berada di dalam ruangan itu, tengah mengusap-usap rambut Lisa. Mereka bertukar senyum canggung, lantas saling menyapa. Sedang Lisa masih duduk resah di kursinya.
"Aku akan datang lagi untuk menanyakan beberapa hal nanti," kata Jiyong, sekali lagi mengusap rambut Lisa, memastikan istrinya akan baik-baik saja di dalam ruangan itu.
"Ya," angguk Lisa. "Hati-hati, jangan sampai terluka," pesan gadis itu dan Jiyong mengangguk. Lantas pria itu berpamitan pada rekan-rekan Lisa dengan melemparkan senyumannya, akan melangkah pergi namun istrinya kembali bersuara, menyuruh Jiyong memakai payung atau jas hujannya. "Jangan sampai demam!" seru Lisa, yang hanya Jiyong iyakan dengan sembari berlalu.
Selepas Jiyong pergi, Lee Junho, seorang rekan kerja bergegas menghampiri Lisa ke mejanya. "Apa yang terjadi? Kau tahu sesuatu?" tanyanya, sebab kerumunan orang di bawah hujan sekarang sudah sangat ramai. Mereka yang baru saja datang ke kantor, hendak bekerja, mampir dan berbaris di sana, penasaran dengan alasan para polisi memasang garis kuning di depan gedung. Saking ramainya, Lee Junho tidak bisa mengintip apa yang terjadi. "Aku dengar seseorang jatuh dari atap? Kau tahu siapa itu? Apa seseorang dari gedung ini? Mungkin dari perusahaan pialang?" tanyanya penasaran, sama seperti raut yang Jennie dan Roseanne Park— seorang staff dari tim personalia— tunjukan.
"Suamimu yang mengurus kasusnya? Siapa yang jatuh? Kau sudah tahu?" Roseanne Park menyusul pertanyaan Lee Junho.
"Sekretaris Jung," Lisa menjawab, sembari menghela nafasnya keras-keras. "Sekretaris Jung jatuh dari atap, wajahnya pucat dan darahnya kemana-mana, menakutkan sekali!" seru Lisa, yang sedari tadi menahan dirinya. Sulit untuk berkata begitu di depan suaminya yang sudah sangat sering bertemu korban meninggal.
Sama seperti Lisa sebelumnya, tiga orang yang mendengar berita itu pun terdiam. Menutup mulut mereka karena terkejut. Kemudian Kim Jisoo melangkah masuk, sedikit berlari dan memberitahu mereka informasi yang sama— Jung Jaehyun jatuh dari atap. Sampai beberapa jam selanjutnya, Jung Jaehyun masih menjadi topik hangat pembicaraan mereka di kantor. Namun hari itu, mereka tidak diliburkan. Tidak ada hari libur mendadak meski seseorang kenalan mereka jatuh dari atap dan polisi berkeliaran untuk menyelidikinya.
Tubuh Jung Jaehyun lantas dipindahkan ke rumah sakit untuk diautopsi. Beberapa dari tim forensik masih bekerja di depan gedung itu, masih mengumpulkan semua bukti yang mungkin ada di sana. Jiyong dan rekan-rekannya pun masih berkeliaran di kantor itu. Mencari apapun yang bisa mereka jadikan petunjuk, rekaman CCTV sampai pernyataan orang-orang yang berada di sekitaran lokasi kejadian.
"Hyung," Lee Seungri, si bungsu dalam tim yang Choi Seunghyun pimpin melangkah menghampiri Jiyong.
Jiyong sedang merokok tidak jauh dari lokasi kejadian, di atap, tempat Jung Jaehyun jatuh. Hujan sudah berhenti sekarang, namun tidak banyak yang bisa mereka jadikan bukti. Hujan menghapus semua debu, jejak kaki, tanda-tanda perkelahian atau apapun yang mungkin mereka temukan. Mereka terbuka pada semua kemungkinan— bunuh diri, kecelakaan atau dibunuh.
Begitu keduanya berdiri berhadapan, Lee Seungri mengoper selembar foto dalam plastik bukti bening. Lembar foto itu kering, berukuran persegi panjang kecil yang muat di simpan dalam dompet. Dan seseorang dalam foto itu, bukanlah seorang asing bagi Jiyong. Itu foto Lisa, yang diambil diam-diam ketika Lisa sedang berdiri memesan sesuatu di kedai kopi.
"Darimana ini?"
"Dompetnya," Lee Seungri menjawab, menunjuk tanaman semak di sekitaran dinding pembatas atap, mengatakan kalau ia menemukan dompet Jung Jaehyun di sana. "Uang dan kartu-kartunya kelihatannya masih lengkap," susul Seungri kemudian, menduga kalau tidak ada dugaan perampokan di sana.
"Apa ada yang lainnya?"
"Di baliknya," Seungri mengarahkan selembar foto yang Jiyong pegang untuk dibalik. Ia tunjukan sebait tulisan kecil yang ada di sana— sampai matipun, aku akan mencintaimu— tulis pemilik foto itu. Kata-kata yang pasti akan membuat polisi menduga Lisa tahu sesuatu tentang kematian rekan kerjanya hari ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Do Women Get Angry?
Fanfiction"Baik, aku mau bercerai. Tapi sebelum itu, carikan seseorang untukku," katanya, menatap serius pria di hadapannya. "Siapa?" suaminya bertanya, berharap wanita di depannya bisa segera menandatangani surat cerai mereka. "Cinta pertamaku." . . . . . ...