Prolog

2.4K 197 27
                                    

***

Ia duduk di lantai rumahnya, jauh di bagian belakang rumahnya, terpojok di sudut dapur, berbatas beberapa dinding sempit. Luas ruangannya tidak sampai dua meter persegi, tempat itu hanya mampu menampung sebuah mesin cuci, sebuah pengering dan beberapa barang minimalis lainnya. Rambutnya pendek, hitam legam sebatas bahu dan ia duduk membelakangi dapurnya, sedang di sebelahnya ada pintu lain menuju halaman belakang, sebuah pintu kayu yang perlu tenaga ekstra untuk menggesernya.

"Apa yang kau lakukan di sini, sayang?" sebuah suara mendekat, melangkah dari arah dapur kemudian ikut duduk di belakangnya, memeluknya juga menumpangkan dagunya ke bahu Lalisa Hwang, si gadis berambut pendek itu.

"Mencuci," Lalisa menjawabnya dengan singkat. Namun senyum keduanya tetap mengembang. Dari jawaban yang singkat itu, si pria yang baru datang tetap dapat merasakan kebahagiaannya, keceriaannya.

Lisa— sapaan akrab Lalisa— tersenyum menatap pakaian-pakaiannya yang berputar di dalam mesin cuci. Busa sabun yang penuh di dalam mesin itu, terlihat seperti awan yang berputar. Warna dari busa yang putih, ditambah semburat acak dari warna pakaiannya yang ikut berputar, membuatnya kelihatan indah.

Sedang Kwon Jiyong, pria yang memeluk Lisa, justru melihat keindahan lainnya— wajah istrinya yang tersenyum melihat cucian berputar. Tangan gadis itu mengusap tangannya, sesekali menggenggam tangannya. Kadang pipi mereka bertemu, bergesekan kemudian membuat keduanya terkekeh.

"Oppa, aku lapar," gadis itu kemudian berucap, bergerak melepaskan dirinya dari pelukan prianya, berbalik untuk bisa menatapnya.

"Hm... Apa yang ingin kau makan?" meski gadis itu berbalik, Kwon Jiyong, tetap bisa memeluknya dari samping. Terus memeluk seolah tidak ingin melepaskannya, tidak ingin kehilangannya.

"Roti panggang dan kopi di depan kantor polisi?" Lisa menatap pasangannya, pria yang baru satu minggu ini jadi suaminya.

"Sekarang?" pria itu balas bertanya dan Lisa menganggukan kepalanya. Menunjukan raut penuh harap lewat ekspresi wajahnya, membuat lawan bicaranya terhipnotis untuk menurutinya. Pria itu mau melakukan apapun untuknya, ia akan melakukan apapun untuknya— begitu janjinya minggu lalu, meski beberapa menit setelah berjanji, ada distraksi besar-besaran yang membuat pesta mereka berantakan.

"Ayo beli sarapan ke kantor polisi," gadis itu berseru, tersenyum sembari membiarkan tangannya ditarik untuk berdiri. Mereka meninggalkan ruang cuci, meninggalkan dapur, ruang tengah dan rumah baru mereka untuk beberapa potong roti dan ham. Mengisi perut sebelum mulai bekerja setelah beberapa hari bulan madu.

***

Coming soon, part 1-nya hari Senin atau Selasa malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Coming soon, part 1-nya hari Senin atau Selasa malam... Lebih cepat, lebih baik~

Why Do Women Get Angry?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang